nusabali

Kakak Ipar Ketua PHDI Sulteng Ikut Jadi Korban

  • www.nusabali.com-kakak-ipar-ketua-phdi-sulteng-ikut-jadi-korban

Sejumlah krama Bali perantauan meninggal akibat bencana gempa disertai tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Suleng), Jumat (28/9) sore.

Korban Tewas Bencana Palu-Donggala Jadi 925 Jiwa

JAKARTA, NusaBali
Ketua Ketua PHDI Sulteng, Nengah Wandra, juga kehilangan satu anggota keluarganya yang tewas diterjang tsunami. Selain itu, rumah mereka juga porakporanda. "Saya belum bisa menyampaikan berapa pastinya umat Hindu dari Bali yang meninggal dan rusak rumahnya. Rumah saya sendiri hancur. Kakak ipar saya yang tinggal di Pantai Mamboro bahkan meninggal dunia akibat tsunami," ujar Nengah Wandra saat dihubungi NusaBali per telepon dari Jakarta, Senin (1/10).

Menurut Wandra, dia dan keluarganya berusaha mencari sang kakak ipar sejak hari pertama bencana. Tapi, jenazah kakak iparnya itu baru menemukannya di hari ketiga, Minggu (30/9). Saat ditemukan, mayatnya telah membusuk. “Jenazahnya sudah dikuburkan hari ini (kemarin, Red),” papar Wandra, yang kesehariannya jadi PNS di Direktorat PAUD dan Masyarakat Wilayah Provinsi Sulteng.

Wandra sendiri tinggal di Jalan Tanggul Selatan Nomor 6 Palu, bersama keluarganya. Ketika bencana menerjang, Wandra sedang persiapan untuk menghadiri HUT Kota Palu. Beruntung, dia dan keluarganya selamat dari maut. "Goncangan gempa saat itu luar biasa. Sampai-sampai istri, anak, dan cucu saya tidak bisa berdiri. Saya dorong mereka agar bisa keluar dan akhirnya kami selamat. Ketika kami sekeluarga berada di luar, rumah terbelah dan ambruk di hadapan kami," kenang Wandra.

Saat ini, Wandra dan keluarganya tinggal di depan rumahnya yang hancur dengan beralaskan dan beratap terpal. Wandra memutuskan tetap berada di sana, karena lokasi rumahnya ini di dataran lebih tinggi yang berjarak 1 km dari bandara. "Kondisi di sini memprihatinkan. Hampir 85 persen kondisi bangunan di Palu rusak," jelas Wandra.

Menurut Wandra, di Palu ada 500 Kepala Keluarga (KK) krama Bali dengan jumlah 3.000 jiwa. Rata-rata profesi mereka sebagai PNS, TNI/Polri, petani, dan wiraswasta. Sebagian dari mereka kehilangan tempat tingalnya.

Bukan hanya rumah, satu-satunya pura di Palu, yakni Pura Agung Wanakerta Jagatnatha, juga hancur akibat gempa. Palinggih Padmasana terpotong dua, candi bentar roboh, tembok penyengker juga ambruk. Padahal, pura ini baru dibangun 2 tahun. Pura yang hancur ini kini digunakan sebagai Posko Umat Hindu yang dikoordinasi anak-anak muda. "Ada sekitar KK mengungsi di pura ini,” jelas Wandra, yang transmigrasi diajik orangtuanya ke Sulteng sejak tahun 1972.

Sementara itu, Satgas penanganan bencana gempa dan tsunami Sulteng mencatat jumlah korban tewas higgga Senin kemarin mencapai 925 jiwa. "Jumlah total korban meninggal saat ini 925 orang. Sedangkan korban luka bertambah jadi 799 orang. Sementara yang masih hilang 99 orang. Rumah yang rusak 65.733 unit," ujar Kapendam XIII/Merdeka, Kolonel (Inf) M Thohir, dilansir detikcom di Korem 132 Tadulako kemarin.

Selain itu, jumlah pengungsi terus bertambah. Hingga Senin sore, sudah terdata lebih dari 59.000 warga mengungsi. "Sekarang sudah mencapai 59.400 pengungsi, yang terdiri atas 109 titik. Ini pelonjakannya sudah sangat signifikan," katanya.

Sedangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi masih ada ratusan korban yang tertimbun di Perumahan Balaroa, Palu. Perumahan ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan parah akibat gempa. "Diperkirakan ratusan korban masih tertimbun," ujar Kepala Humas dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam konferensi pers di Jakarta kemarin.

Sutopo mengatakan, di Perumahan Balaroa tersebut ada 1.477 rumah yang rusak. Perumahan ini rusak parah karena lokasinya berada di jalur sesar Palu Koro. Menurut Sutopo, evakuasi di Balaroa sulit dilakukan karena posisi tanah yang tidak stabil. Sejauh ini, proses evakuasi masih dilakukan secara manual. *k22

Komentar