nusabali

Kakao Fermentasi Jembrana ke WCC 2018

  • www.nusabali.com-kakao-fermentasi-jembrana-ke-wcc-2018

Di Kabupaten Jembrana kini ada 38 subak abian yang lolos sertifikasi mutu fermentasi kakao kualitas premium untuk pasar ekspor.

NEGARA, NusaBali
Produk kakao fermentasi yang dihasilkan petani Kabupaten Jembrana di bawah pengelolaan Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS), di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, kembali menorehkan prestasi membanggakan. Sebagai satu-satunya koperasi yang khusus mewadahi pengelolaan kakao fermentasi, Koperasi KKS dipercaya menjadi salah satu duta Indonesia dalam ajang World Cocoa Conference (WCC) 2018 yang digelar International Cocoa Organization (ICCO) di Berlin, Jerman pada 22–25 April lalu.

Ketua Koperasi KKS I Ketut Wiadnyana bersama Direktur Yayasan Kalimajari Agung Widi, yang menjadi pendamping Koperasi KSS, berangkat ke Berlin untuk menghadiri konferensi tersebut. “Kemarin ada jatah memberangkatkan dua pengelola kakao dari Indonesia. Selain kami dari Koperasi KSS di Jembrana, satu lagi adalah pengelola kakao dari Lampung (Sumatera). Untuk menjadi duta Indonesia ke WCC, itu  juga ada seleksi dari Kementerian Pertanian,” kata Agung Widi, ketika ditemui di Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, Rabu (26/9).

Dari seleksi sebelumnya, kata Agung Widi, Koperasi KSS terpilih karena telah menjalankan pengelolaan kakao fermentasi, dengan menetapkan standar mutu. Saat WCC 2018 itu ada tiga materi penting yang diangkat. Kebetulan salah satu dari tiga materi penting yang baru muncul dalam WCC beberapa bulan lalu itu, juga menyangkut pengelolaan kakao fermentasi dengan aroma berkualitas.

“Sedangkan dua materi penting lainnya, adalah tentang program gender kakao, dan menyangkut petani muda. Jadi dalam WCC kemarin itu, kami dapat pengalaman luar biasa,” ujarnya.

Selain dihadiri sejumlah peneliti dunia, menurut Agung Widi, dalam ajang WCC yang rutin diadakan organisasi kakao internasional itu, juga hadir sejumlah buyer atau pembeli kakao dari berbagai negara. Kesempatan itu kembali dijadikan ajang promosi kakao fermentasi Jembrana, yang dalam beberapa tahun terakhir ini, telah terbukti menembus pasar ekspor. “Kami juga bawa contoh biji kakao fermentasi Jembrana. Kami berusaha membangun jaringan baru di sana, dengan harapan ke depan, makin banyak petani kakao di Jembrana yang lebih bersemangat untuk menghasilkan kakao fermentasi dengan standar kualitas premium,” ungkapnya.

Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Komang Ariada, mengatakan sebenarnya dari 148 subak abian se-Jembrana, ada 110 subak abian yang berpotensi sebagai kawasan penghasil kakao. Dari 110 subak abian potensi kakao tersebut, 80 di antaranya sudah menjadi kawasan budidaya kakao. Tetapi dari 80 subak abian kawasan budidaya kakao itu, baru ada 38 subak abian yang lolos sertifikasi mutu fermentasi kakao kualitas premium untuk pasar ekspor.

“Sertifikasi mutu fermentasi kakao itu rutin diaudit setiap tahun. Waktu awal mulai tahun 2011, hanya ada 11 subak abian yang lolos. Tetapi setiap tahun kami genjot, hingga sekarang ada 38 subak abian. Kami tetap berupaya secara bertahap agar 80 subak abian kawasan budidaya kakao di Jembrana bisa semua tersertifikasi. Nah untuk mendapat sertifikasi itu, yang terpenting adalah petaninya, apakah mau melakukan perawatan untuk menghasilkan kakao fermentasi berkualitas,” ujar Ariada. *ode

Komentar