nusabali

Film Horor 'Purnama ke-9' Segera Tayang

  • www.nusabali.com-film-horor-purnama-ke-9-segera-tayang

“Kami memilih genre horror kita karena melihat nuansa masyarakat Bali saat ini yang masih suka genre horror” (Sutradara, Agung Wijayaningrat)

Joni Agung dan Yudi Leeyonk Sinatra Juga Ikut Main


DENPASAR, NusaBali
Industri perfilman Bali tengah menggeliat. Buat pertama kalinya, Balimoon Creative bakal merilis film layar lebar bergenre horror di Bali berjudul ‘Purnama ke-9’ yang bakal hadir menghiasi bioskop Denpasar Cineplex, 29-31 Agustus mendatang. Belum tayang saja, film ‘Purnama ke-9’ sudah ‘meraup’ 300-an penonton yang membeli tiket.

Film ‘Purnama ke-9’ mengisahkan tentang seseorang yang pernah belajar ilmu hitam bernama Nini Gongseng. Untuk bisa mencapai kehidupan yang abadi, Nini Gongseng memerlukan seseorang tumbal, yaitu orang yang lahir di purnama ke-9. Itu adalah syarat untuk ia bisa mencapai kehidupan yang abadi.

Seorang gadis bernama Kadek Asih lahir tepat di bulan purnama ke-9. Mengetahui hal ini, Kadek Asih dikejar oleh Nini Gongseng. Sebelum mendapatkan Kadek Asih sebagai tumbal, dalam menjalankan hidupnya Nini Gongseng butuh darah. Maka dia membunuh pemuda-pemuda untuk diambil darahnya dan bisa memperpanjang hidupnya. Sayangnya, untuk mendapatkan Kadek Asih tidak mudah. Karena banyak yang menjaga dan membela Kadek Asih.

“Kami memilih genre horror kita karena melihat nuansa masyarakat Bali saat ini yang masih suka genre horror. Kami yakin film horror dari Balimoon Creative astungkara diminati oleh masyarakat, karena kita juga memboyong beberapa artis ternama seperti Joni Agung dan Yudi Leeyonk Sinatra,” ujar sang sutradara, Agung Wijayaningrat di Denpasar, Rabu (25/7).

Selain Yudi dan Joni Agung, film Purnama ke-9 turut menggandeng beberapa artis seperti Sabrina Mandasari, Dita Saraswati, Kiki Soleil, Yuni Beratha, Ajik Weca, Wayan Agus, Gede Partha. Selaku produser adalah Likhah Surya Luwih. Adapun lokasi syuting mengambil di dua tempat, yakni Desa Bayunggede, Bangli dan Desa Penebel, Tabanan. “Lokasi kami ambil di Bayunggede Bangli karena peradabannya masih murni di sana. Di Bayunggede kami syuting di beberapa rumah penduduk, dan di kuburan ari-ari atas seizin desa adat setempat,” kata Agung.

Agung Wijayaningrat menuturkan, biaya produksi menelan biaya hampir Rp 200 juta. Biaya tersebut cukup mahal, apalagi ditambah sewa gedung dan pajak. Tiket pun dibanderol dengan harga Rp 100 ribu. Namun demikian, pihaknya optimis bisa menarik perhatian masyarakat terhadap film ini. Apalagi, kata Agung, dalam film tersebut sudah melibatkan pemain-pemain unik dan ternama. “Biaya produksi memang cukup mahal, tapi yang penting kita orang Bali tidak menjadi penonton di rumah sendiri. Mari kita berkarya. Karea karya tidak lekang oleh waktu, dan masih bisa dinikmati anak cucu kita nanti,” cetusnya.

Dikatakan, sejak tahun 2007-2011, Balimoon Creative lebih banyak menggarap sinetron yang tak lepas dari kearifan lokal masyarakat Bali yang diperuntukkan untuk mengisi program sinetron salah satu acara TV Media di Bali. Ada 13 karya yang telah diproduksi, seperti film jenis Horror seperti Seipihaa Gaib, Jero Gede Basur, Ratna Manggali, Kesurupayang. Film jenis Komedi yaitu Pang Balang Tamak Ne Jani, Gara Gara Pocong, dan Rerama. Serta film dokumenter Mantuk Ring Rana Perang Puputan Badung dan Untung Surapati. “Setelah istirahat selama 7 Tahun, Balimoon Creative kembali bangkit dengan penggarapan baru berupa film layar lebar ‘Purnama ke-9’ ini,” tandasnya.

Joni Agung yang berperan sebagai Dukun Santet dalam film tersebut mengaku bersyukur dan berharap film ‘Purnama ke-9’ bisa diterima di masyarakat. Joni Agung mengaku baru pertama kalinya ikut bermain film. “Teman-teman saya, termasuk teman-teman yang main film, setelah saya ceritakan, mereka kaget bisa hasilnya secepat ini. Scene saya tidak lebih dari dua jam. Ada apresiasi buat teman-teman (tim film Purnama ke-9, red), kalau mereka ini professional,” ujarnya.

Menurut Agung Wijayaningrat, film ini sudah direncanakan mulai Februari 2018. Kemudian syuting dimulai pada bulan Mei selama satu bulan. “Kami take gambar hanya satu bulan. setelah itu, bulan Juni tinggal perbaikan-perbaikan dan editing. Banyak juga yang tidak menyangka,” imbuhnya.

Sementara Sabrina Mandasari, pemeran Nini Gogseng pun mengaku baru pertama kali ikut bermain film. Baginya ini merupakan pengalaman baru dan menambah teman. Awalnya, dia sempat ragu ketika ditawari. Di samping itu, karena juga belum pernah bermain film horror. “Sehari sebelum syuting, saya sembahyang di rumah, saat itu tiba-tiba saya kesurupan, dan yang nenangin itu bapak saya. Tapi setelah itu, nggak ada kenapa-kenapa. Di lokasi syuting itu memang sih seram dan gelap, tapi saya berdoa saja, berpikir positif,” ceritanya. Meski bergenre horror, namun akhirnya dia mengaku senang menjalaninya. Dia berharap film ini bisa diterima di masyarakat dan dunia perfilman di Bali semakin maju. *ind

Komentar