nusabali

Berdayakan Warga Miskin Beli Sembako Pakai Sampah

  • www.nusabali.com-berdayakan-warga-miskin-beli-sembako-pakai-sampah

Pelayanan jual beli sampah bagi warga miskin di Bank Sampah BaliKu dibuka Yayasan Bali Kumara Amlapura dua kali sepekan, Jumat dan Minggu. Transaksi dibuka hanya selama 2 jam, pukul 08.00-10.00 Wita

Kepedulian Sosial Yayasan Bali Kumara Amlapura di Bawah Kendali Ni Made Laba Dwikarini

AMLAPURA, NusaBali
Inovasi sosial dilakukan Yayasan Bali Kumara Amlapura di bawah kendali Ni Made Laba Dwikarini SSTP MSi, 38, dengan memberdayakan warga miskin. Caranya, warga miskin diberdayakan untuk mengumpulkan dan memilah sampah, kemudian sampahnya dibeli pihak Yayasan Bali Kumara. Uniknya, sampah yang disetor warga miskin itu dibayar de-ngan barang-barang sembako.

Yayasan Bali Kumara ini didirikan 1 April 2015 oleh trio Made Laba Dwikarini, I Wayan Suartawan, dan Putu Suri. Awalnya, 152 donator yang tergabung di yayasan ini mengelu-arkan iuran wajib Rp 20.000 per bulan. Setelah dana terkumpul, dimulailah gerakan peduli sosial, dengan membantu siswa miskin, penyandang disabilitas, serta melakukan edukasi ke sekolah-sekolah terutama di SD terpencil.

Menurut Made Laba Dwikarini, edukasi yang dilakukan meliputi bidang kesehatan. Termasuk di antaranya bagaimana cara gosok gigi yang benar hingga kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. “Edukasi ini berjalan efektif, karena anggota yayasan berasal dari kalangan dokter, bidan, perawat, guru, PNS, pengusaha, dan tokoh masyarakat,” ungkap Laba Dwikarini kepada NusaBali di kediamannya, BTN Taman Asri Blok C/16, Jalan Sudirman Amlapura, Selasa (24/4) lalu.

Dwikarini membebarkan, sejak 1 April 2016, Yayasan Bali Kumara mulai melebarkan sayap kegiatannya ke peduli bidang lingkungan dengan memberdayakan masyarakat miskin. Mereka dimotivasi untuk mengumpulkan dan memiilah-milah sampah. Kemudian, sampahnya dibeli pihak yayasan. Tiap jenis sampah ada nilainya.

Untuk sampah jenis gelas plastik bening yang dijual warga miskin, dibelu dengan harga Rp 1.800 per kg. Sedangkan sampah jenis botol plastik dihargai Rp 1.000/kg, gelas warna dihargai Rp 1.300/kg, ember plastik cat dihargai Rp 1.000/kg, ember hitam dihargai Rp 700/kg, jirigen oli dihargai Rp 1.500/kg, pipa paralon dihargai Rp 400/kg, kardus dihargai Rp 1.000/kg, sementara kertas HVS putih dihargai Rp 1.000/kg.

Tiap warga miskin yang diberdayakan pihak Yayasan Bali Kumara dalam hal me-ngumpulkan dan menjual sampah, wajib membuka rekening bank. Nah, uang hasil pe-njualan sampah itu langsung dimasukkan ke rekening mereka. Uang di rekening itu hanya bisa ditarik 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) menjelang hari Raya Galungan.

Dalam perjalanannya, muncul keluhan karena warga miskin harus menunggu cukup lama untuk menikmati uang hasil penjualan sampahnya. Maka, kata Dwikarini, format jual beli sampah pun diubah. Berdasarkan Yayasan Bali Kumara, dibentuklah Bank Sampah BaliKu.

Menurut Dwikarini, format transaksi dalam Bank Sampah BaliKu diatur sedemikian rupa, di mana setiapkali menjual sampah, warga miskin langsung bisa menikmatinya. Hanya saja, hasil penjualan tidak berupa uang tunai, melaikan dalam bentuk kebutuhan sehari-hari atau sembako, seperti sabun mandi, sabun cuci, mie instant, minyak goreng, beras, gula, kopi, snack, dan pasta gigi.

Transaksi jual beli sampah format baru ini, kata Dwikarini, baru bisa berlaku mulai Sabtu (28/4) saat puncak HUT ke-3 Yayasan Bali Kumara. Ada pun kebutuhan pokok yang disediaan untuk ‘barter’ sampah yang diseror warga miskin ini berasal dari iuran anggota, CSR Pru Citra milik dr Losen Adnyana, dan modal simpan pinjam.

Nantinya, pelayanan jual beli sampah di Bank Sampah BaliKu dibuka dua kali sepekan pada Jumat dan Minggu. Transaksi hanya dilakukan selama 2 jam, sejak pukul 08.00 Wita hingga 10.00 Wita. Dua karyawan ditugaskan di Bank Samnpah BaliKu untuk melayani warga miskin, yakni Ni Kadek Sri Apriliani dan Wayan Putra. “Sedangkan bertindak sebagai Manajer Bank Sampah BaliKu adalah IGAN Meiyari, dengan Koordinatornya Jro Erna Yuli,” jelas tokoh kelahiran 30 September 1980 yang dikaruniai tiga anak dari pernikahannya dengan Ketut Suardana ini.

Made Laba Dwikarini sendiri saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Selat, Karangasem. Sebelumnya, alumnus STPDN Jatinangor, Jawa Barat pada 2008 ini sempat lama menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Karangasem (2013-2016). *k16

Komentar