nusabali

Program Pilah Sampah Belum Optimal

  • www.nusabali.com-program-pilah-sampah-belum-optimal

AMLAPURA, NusaBali
Program pilah sampah organik dan anorganik di Karangasem berlaku sejak Rabu, 1 Februari 2023.

Namun program hingga kini pelaksanaan program tersebut belum optimal. Meski demikian, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem tetap optimis, tahun 2023 mampu meyakinkan masyarakat agar memilah sampah dari rumah masing-masing.

Kepala DLH Karangasem I Nyoman Tari memaparkan, sementara sampah yang dipilah baru tercapai 20 persen. Kepada NusaBali hal itu dipaparkan di ruang kerjanya, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Kamis (9/3).

“Baru tercapai 20 persen pilah sampah. Berdasarkan evaluasi di lapangan, kami akan terus yakinkan masyarakat agar optimal pilah sampah,” jelas Tari.

Kata dia, pilah sampah sesuai amanat Peraturan Gubernur Bali Nomor : 47 Tahun 2019 tentang Pengolahan Sampah Berbasis Sumber.

Terkait itu, per 1 Februari 2023, DLH Karangasem tidak lagi melayani angkut sampah yang belum dipilah.

Sebagaimana diketahui, agar masyarakat tidak buang sampah belum dipilah, DLH telah membongkar empat bak sampah, yakni di depan penginapan Lahar Mas, Jalan Diponegoro, depan Lapangan Yowana Wijaya, Jalan Untung Surapati, depan RSUD Karangasem, Jalan Ngurah Rai, dan depan Kantor Camat Karangasem di Jalan Sudirman.

Tari menambahkan sampah yang ada terbagi beberapa kelompok. Yakni, sampah daun dan sisa sayuran termasuk sampah organik. Sedangkan sampah recycle, residu, dan sampah kertas termasuk sampah anorganik. DLH Karangasem juga telah menyosialisasikan jadwal pengambilan sampah, untuk sampah organik pengambilannya  pada Selasa, Kamis, dan Minggu. Sampah anorganik pengambilannya pada Senin, Rabu dan Jumat.

Di bagian lain, Perbekel Peringsari, Kecamatan  Selat I Wayan Bawa mengaku telah memilah sampah sejak lama. Kata dia, pemisahannya dari rumah masing-masing. Sampah organic langsung dibuang ke tegalan untuk dijadikan pupuk. Sedangkan sampah anorganik seperti botol plastik, dan kresek, dikumpulkan. “Setiap patedunan (kerja bhakti) banjar, warga wajib bawa sampah botol plastik dan kresek. Ada tujuh kader Bank Sampah Mertasari yang menimbang sampah, warga dapat buku rekening tabungan bank sampah,” katanya.

Dalam buku rekening itu tercantum nilai jual sampah anorganik. “Kami beli sampah plastik itu. Misalnya, sampah botol plastik kami beli Rp 3.000 per kilogram. Selanjutnya, kami jual ke Yayasan Bumi Lestari,” jelas I Wayan Bawa.

Beda dengan Perbekel Seraya Barat, Kecamatan Karangasem, I Wayan Putra Suarsa. Dia mengaku baru memulai sosialasi memilah sampah. “Kan di Desa Seraya Barat, tidak ada pasar, sampahnya kecil hanya sampah rumah tangga,” katanya. *k16

Komentar