nusabali

Jegeg Banjar Pelasa Jadi Jegeg Bungan Desa Kuta

  • www.nusabali.com-jegeg-banjar-pelasa-jadi-jegeg-bungan-desa-kuta

Jegeg Banjar Pelasa, Ni Made Gita Widiastiti, dinobatkan menjadi Jegeg Bungan Desa Kuta 2018.

MANGUPURA, NusaBali

Grand final dilaksanakan serangkaian Festival Budaya Desa Adat Kuta di panggung terbuka Majelangu areal Pura Segara Desa Adat Kuta, Minggu (18/3) malam.Jegeg Gita sebelumnya bersaing dengan 12 jegeg lainnya dari semua banjar di Desa Adat Kuta. Wakil dari 13 banjar di Desa Adat Kuta; Kadek Amrita Sridhara Rendar (Banjar Merthajati), AA Arumi Jayanti Kusumasari (Banjar Temacun), Sanjivani Sumadi Putri (Banjar Buni), Made Ayuni Dindasari (Banjar Pande Mas), Ni Made Gita Widiastiti (Banjar Pelasa), Ni Luh Putu Tara Verjinia Febriyanti (Banjar Tebasari). Ni Putu Pande Pradnyagita Sukma (Banjar Tegal), Ni Made Trisna Ari Putri (Banjar Anyar), Ni Nyoman Handayani Pratiwi (Banjar Pamamaron), Ni Ketut Yogiswari (Banjar Pering), Ni Made Septi Purnama Sari (Banjar Jaba Jero), Pande Ni Luh Ayu Artika Dewi (Banjar Segara), dan Ni Nyoman Ratih Triana Putri (Banjar Pengabetan).

Pada babak 3 besar, Jegeg Gita melaju bersama Jegeg Arumi (Temacun) dan Jegeg Pradnyagita (Tegal). Pemilihan yang berlangsung hingga pukul 00.30 dinihari itu mengantarkan Jegeg Gita sebagai Jegeg Bungan Desa Kuta 2018 menggantikan Ayu Dewintasari. Sementara posisi runner-up 1 diraih Jegeg Arumi dan runner-up 2 Jegeg Pradnyagita.

Bendesa Adat Kuta I Wayan Suarsa, mengatakan Jegeg Bungan Desa yang digagas sejak delapan tahun lalu menjadi duta Desa Adat Kuta dalam setiap kegiatan. Duta ini sekaligus menjadikan remaja putri bangga menjadi bagian dari Desa Adat Kuta. “Ajang ini sebagai suatu media biar remaja putri kita punya kebanggaan pada tanah kelahiran. Sebagai kegiatan positif untuk anak-anak kita. Sehingga ketika mereka nanti nikah keluar daerah misalnya, mereka punya rasa memiliki terhadap tanah kelahiran,” katanya.

Nantinya, Jegeg Bungan Desa Kuta akan banyak terlibat dalam kegiatan di desa adat setempat. Misalnya, membuat acara seminar, membuat pelatihan, membuat acara yang berkaitan dengan adat, atau mewakili Desa Adat Kuta dalam hal-hal tertentu. “Sementara untuk remaja laki-laki, media untuk kegiatan positif difokuskan dengan lomba ogoh-ogoh dan fragmentari, kemudian anak-anak kita semarak gong kebyar anak-anak,” imbuhnya.

Bendesa Suarsa juga menyebut, media-media ini merupakan bentuk pemertahanan agama Hindu khususnya dalam aspek seni budaya. “Sehingga ini (Jegeg Bungan Desa dan aneka lomba) menjadi rangkaian festival seni budaya. Tidak hanya itu, ada juga ekonomi kerakyatan dalam Pasar Majelangu,” tandasnya. *ind

Komentar