nusabali

Pelaku Dikenal Pendiam, Menghilang Setelah Kejadian

  • www.nusabali.com-pelaku-dikenal-pendiam-menghilang-setelah-kejadian

Tersangka I Putu Astawa, 26 pelaku pembunuhan terhadap pasangan suami istri (Pasutri) asal Jepang, Matsubasa Nurio, 76, dan Matsuba Hiroko, 76, di Lantai II rumah kontrakannya di Perumahan Puri Gading 2 Blok F1 Nomor 6, Lingkungan Buana Gubug, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (4/9) lalu, dikenal sebagai pribadi yang polos dan pendiam. 

Pembunuh Pasutri Jepang di Mata Pemilik Kos

DENPASAR, NusaBali
Pemilik kos-kosan yang ditempati tersangka, yakni I Made Artayasa, 43 dan Suliyati, 43 mengaku jika tersangka Putu Astawa bersama istrinya yang merupakan guru TK itu tinggal di kosannya di Lingkungan Buana Gubug, Gang Tresna Asih, Nomor 101, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung sejak bulan Juni 2017 lalu. Tersangka dan istrinya yang sedang hamil muda itu tinggal di kamar nomor 23 yang biaya sewanya Rp 750.000 per bulan. 

Tersangka Putu Astawa yang bekerja sebagai sopir angkutan wisata freelance ini dikenal sebagai pribadi yang polos dan pendiam. Hal itu terlihat saat tersangka pulang kerja selalu menyapa pemilik kos. “Dia itu polos, kalau memang sedang duduk-duduk di teras, pasti selalu disapa oleh dia. Nggak nyangka aja dia pelaku pembunuhan itu,” beber Artayasa saat ditemui di rumahnya, Senin (2/10) siang.

Diceritakannya, tersangka masuk di kos-kosan yang memiliki total 25 kamar ini sekitar awal Juni lalu. Selang dua hari pasca memesan kamar itu, tersangka bersama istrinya langsung menempatinya. Nah, dalam kesehariannya, pasangan muda ini berjalan seperti biasanya. Tidak ada percekcokan ataupun pertengkaran antara keduanya. Hanya saja, pembayaran uang kos dari tersangka pernah telat satu minggu. Meski demikian, ia tetap membayarnya. 

“Keduanya layaknya hidup suami istri yang harmonis. Sama sekali nggak ada masalah ataupun bertengkar. Ya, kalau bayar kos telat itu biasa. Karena itu hanya selang dua hari sampai seminggu dan itu diberitahu oleh tersangka kalau memang belum ada uangnya,” urainya.

Belakangan pasca adanya aksi pembunuhan pasutri Jepang yang berada tak jauh dari lokasi kos-kosannya, tersangka pada 12 September lalu muncul di tempat tinggalnya. Tersangka datang dan ditegur oleh sang pemilik kos. Nah, saat itu ia mengaku baru pulang dari kampungnya di Jembrana usai melakukan upacara ngaben. Tersangka juga mengaku ada upacara di kampung istrinya. 

“Rentang waktu itu hampir dua minggu. Saya sempat tanya? Kok lama nggak kelihatan? Dia (tersangka) ini menjawab lagi sibuk upacara di kampung. Kebetulan ada ngaben. Begitu pengakuannya,” tiru Made Artayasa. Selang beberapa hari kemudian, tersangka pamitan karena pindah kerja yang jauh. Menurut Artayasa, tersangka kala itu mengaku jika dirinya kasihan dengan kondisi istrinya yang dalam keadaan hamil muda. Sehingga, pindah mengikuti lokasi tempat kerja istrinya. 

Anehnya, saat itu seorang kerabat dari istrinya ikut datang ke kos untuk pamit dan mengambil barang. “Kalau keluarga istrinya tinggal di Perumahan Penta (Samping Rudenim) Uluwatu. Ya, katanya sementara tinggal di sana. Itulah terakhir kali melihat tersangka dan belakangan diketahui jika dialah yang membunuh pasutri Jepang itu,” pungkas Artayasa seraya mengaku shock mendengar penangkapan terhadap tersangka ini. *dar

Komentar