nusabali

Otak Teror Ada di Suriah

  • www.nusabali.com-otak-teror-ada-di-suriah

Bahrun Naim diperkirakan pergi ke Suriah melalui Turki bersama istrinya, Siti Lestari, awal tahun 2015.

Penebar Teror Tembakan di Sarinah Bernama Afif

JAKARTA, NusaBali
Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Bahrum Naim, 32, pentolan ISIS asal Solo, Jawa Tengah yang terlibat dalam serangan teror di seputar Gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Kamis (14/1), diduga berada di Suriah. Indikasinya, ada pendanaan yang mengalir dari Suriah untuk aksi teror di Jakarta yang menewaskan 7 orang dan puluhan korban luka.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan, pendanaan yang mengalir dari Suriah untuk serangan bom dan penembakan di Jakarta ini diduga kuat mengalir dari Bahrun Naim. Saat ini, Bahrun Naim diperkirakan tinggal di Rakha, Suriah. "Dari deteksi yang kami lakukan, memang ada pendanaan dari sana (Suriah)," papar Kapolri Badrodin Haiti di Jakarta, Jumat (15/1).

Menurut Badrodin, dana untuk teror di Jakarta yang besarnya tidak sampai mencapai miliaran rupiah tersebut dikirimkan melalui kurir. Uang sampai ke tangan pelaku, melalui rantai yang panjang. Bahrun Naim diperkirakan pergi ke Suriah setahun setelah bebas dari penjara pada 2013. Teroris yang ingin membentuk Katibah Nusantara ini sebelumnya dipenjara atas kasus kepemilikan senjata ilegal. Dia divonis 2 tahun 6 bulan pada 9 Juni 2011.

Bahrum Naim yang disebut-sebut sebagai otak teror Bom Sarinah ini masih tercatat sebagai warga Solo, Jawa Tengah. Rumah keluarganya berada di Jalan Sungai Indragiri No 57 RT 01 RW 1 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. 

"Masih tercatat sebagai warga sini, tapi sudah lama tidak tinggal di sana (rumah orangtuanya)," ungkap Lurah Sangkrah, Singgih Bagjono, kepada detikcom, Jumat kemarin. Versi seorang warga, Sutarno, Bahrun Naim sudah lama tidak pulang ke Sangkrah. Dia tidak tahu keberadaan Naim. 
Beredar informasi, Bahrun Naim berada di Suriah. Bahrun Naim bisa melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dokumen paspor yang dimilikinya. Dalam paspor itu dia tetap menggunakan nama asli untuk pergi ke Suriah bersama istri dan tiga orang anak.

Sebuah sumber terpercaya menyebutkan bahwa Naim mengajukan untuk mendapatkan paspor ke Kantor Imigrasi Surakarta, Desember 2014 lalu. Tak lama setelah itu, Siti Lestari, mahasiswi UMS yang dinikahi Naim tanpa persetujuan walinya, juga mengajukan untuk mendapatkan paspor. Pada saat bersamaan, Siti juga mengajukan permohonan paspor untuk tiga anak.

Pasutri Bahrun Naim dan Siti beserta tiga anak tersebut kemudian mendapatkan paspor secara resmi dengan nama dan identitas asli. Selanjutnya, mereka meninggalkan Indonesia menuju Suriah lewat jalur legal via Turki awal 2015 lalu.

Bahrun Naim diketahui sebagai alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sebelas Maret (FMIPA UNS) Surakarta. Dia ambil program D3 Ilmu Komputer---sekarang bernama D3 Teknik Informatika---tahun 2002. Namun, dia menempuh pendidikan diplomanya selama 5 tahun hingga lulus pada 2007.

Bahrun Naim termasuk pemain baru dalam dunia terorisme. Dia mencari nama dan pengakuan melalui serangan bom dan penembakan di sekitar Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis siang. "Bahrun Naim ini tidak masuk jaringan lama. Interaksi saya dengan mantan-mantan tokoh teroris yang sudah sadar maupun kajian-kajian para anggota Densus dan BNPT, nama Bahrun Naim baru muncul," jelas peneliti terorisme, Sidratahta Muntaha, Jumat kemarin.

Biasanya, bila sudah lama, seorang pelaku teror itu memiliki nama samaran atau panggilan dengan sebutan Abu. "Jadi, Bahrun ini baru muncul. Kalau lama, ada nama samaran alias Abu apa begitu...," ujarnya. Dengan melakukan ledakan Bom Sarinah yang mendapat sorotan, ini ajang efektif bagi Bahrun Naim untuk membuat nama.

"Biasanya, bila dia kelompok kecil, bila aksinya mendapat sorotan, akan segera bisa diklaim dan dilabelkan dengan ISIS. Eksen terorisme itu kan mana yang paling ditakuti dan berhasil menjadi propaganda dunia," katanya. “Saya melihat ketika dia berhasil manggung, dia akan segera melabelkan diri sebagai jaringan ISIS."

Selanjutnya...

Komentar