nusabali

8.000-an Krama Adat Peguyangan Melasti ke Pantai Padanggalak

  • www.nusabali.com-8000-an-krama-adat-peguyangan-melasti-ke-pantai-padanggalak
  • www.nusabali.com-8000-an-krama-adat-peguyangan-melasti-ke-pantai-padanggalak

DENPASAR, NusaBali - Sebanyak 8.000 krama dari Desa Adat Peguyangan, Denpasar Utara, Kota Denpasar mengikuti prosesi melasti di Pantai Padanggalak, Kelurahan Kesiman, Denpasar Timur pada Wraspati Pon Kuningan, Kamis (7/3). Prosesi Melasti ini diikuti 120 Pura yang ada di wewidangan Desa Adat Peguyangan.

Dari pantauan NusaBali, prosesi melasti sudah dimulai sejak pukul 06.30 Wita. Prosesi melasti ini berlangsung sekitar kurang lebih 2,5 jam. Krama Hindu dari Desa Adat Peguyangan sudah ramai berada di Pantai Padanggalak sejak pagi-pagi buta. Pratima, banten, dan barong landung pun sudah tergelar di tempat yang telah disiapkan sebelumnya.

Bendesa Adat Peguyangan, I Ketut Sutama mengatakan tujuan melasti untuk memohon tirta amerta penyucian bhuwana alit dan bhuwana agung. Menurutnya, dari Desa Adat Peguyangan melibatkan 120 pura dalam melasti ini. Pratima yang disucikan ke segara sebanyak 80 pratima. Sementara warga atau krama yang ikut melasti sebanyak 2.000 kepala keluarga atau sekitar 8.000-an orang. “Memang setiap tahun menjelang Nyepi kita gelar prosesi melasti ini, ritual wajib jelang Nyepi,” jelasnya.

Rangkaian melasti ini dimulai dengan menghaturkan banten soda oleh krama. Dilanjutkan dengan prosesi muput banten oleh pamangku, dan dilanjutkan dengan menghaturkan pakelem berupa bebek ka laut. Kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan dan nunas tirta. Setelah itu rangkaian dilanjutkan dengan sesolahan tarian pendet.

Sejak pagi buta, ribuan umat Hindu sudah tumpah ruah di Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar untuk melasti ini, bahkan ada yang datang sejak pukul 04.00 Wita. Mereka mengusung pratima, banten, umbul-umbul, barong hingga rangda ke pantai. Suasana mendung dan hujan gerimis tak menyurutkan antusiasme ribuan krama ini untuk mengikuti prosesi melasti. Suara gamelan terdengar berpadu dengan denting genta dan japa mantra para pamangku.

Usai melaksanakan persembahyangan di sepanjang jogging track atau di atas pasir pantai, krama pun mendekati air laut sebagai wujud penyucian. Pratima juga turut diusung menuju ke air laut tersebut. Untuk Nyepi Saka 1946 tahun 2024 ini, berdasarkan surat edaran PHDI Bali, melasti bisa dilaksanakan mulai 7 Maret 2024.

Sementara Nyepi akan dirayakan pada 11 Maret 2024. Surat edaran dari PHDI Bali ini berisikan pedoman pelaksanaan Nyepi mulai dari melasti hingga ngembak gni. "Surat edaran ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946," kata Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak. Kenak mengatakan, untuk upacara melasti dilaksanakan mulai Kamis-Sabtu, tanggal 7-9 Maret 2024. "Untuk pelaksanaannya disesuaikan dengan Desa Adat setempat dan diatur oleh Prajuru Desa Adat masing-masing. Dan sekembalinya dari melasti, Ida Bhatara Nyejer di Pura Bale Agung, Pura Desa atau Pura Puseh sampai dengan tanggal 10 Maret 2024," ujarnya.

Usai tawur, kemudian Ida Bhatara kembali ke Kahyangan masing-masing. Selain itu juga berisi terkait pelaksanaan tawur yang akan dipusatkan di Pura Besakih. Nantinya masing-masing perwakilan kabupaten/kota memohon tirta dan nasi tawur ke Pura Besakih. Tawur itu nantinya akan diteruskan hingga ke tingkat desa adat dan muaranya ke masing-masing rumah tangga. Selanjutnya pihaknya meminta kepada para wisatawan dan masyarakat non Hindu yang berada di Bali saat Nyepi untuk turut serta menjaga kesucian, kedamaian, keharmonisan, kerukunan antar dan inter umat beragama. 7 mis

Komentar