nusabali

Ogoh-Ogoh ‘Watupiak’ Banjar Buana Indah: Perpaduan Kreativitas dan Edukasi

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-watupiak-banjar-buana-indah-perpaduan-kreativitas-dan-edukasi

DENPASAR, NusaBali.com - Semarak Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1946 diwarnai dengan berbagai kreasi ogoh-ogoh yang memukau. Salah satu yang menarik perhatian adalah ogoh-ogoh ‘Watupiak’ karya ST Dharma Citta Banjar Buana Indah, Padangsambian, Denpasar Barat.

I Komang Angga Krisna Prabawa, Ketua ST Dharma Citta, mengungkapkan rasa bangganya atas hasil karya ogoh-ogoh Watupiak.

"Perjuangan kami selama 1-3 bulan terasa terbayar meskipun masih banyak kekurangan dalam proses. Kami menerima hasil penilaian dari tim juri, baik itu juara, masukan, dan hal lainnya, untuk dijadikan acuan dan pengalaman pada tahun-tahun berikutnya," ungkap Angga.

Ogoh-ogoh ‘Watupiak’ mengangkat tema cerita rakyat yang sarat makna edukasi. Angga menjelaskan bahwa pemilihan tema ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan kajian kepada masyarakat tentang baik buruknya suatu perjalanan hidup.

"Cerita rakyat ini sangat menarik dan dapat memberikan edukasi, pengetahuan, dan kajian kepada masyarakat tentang baik buruknya suatu perjalanan hidup melalui karakter ogoh-ogoh tersebut," terangnya.

Proses pembuatan ogoh-ogoh ‘Watupiak’ tidak lepas dari suka dan duka. Angga menuturkan bahwa kekompakan tim menjadi kunci utama dalam menyelesaikan karya ini dengan sempurna.

"Suka duka dalam proses pembuatan adalah dimana kami merasakan suka ketika ada kekompakan sehingga karya ogoh-ogoh ini dapat selesai dengan sempurna, tetapi duka ketika mengalami kendala seperti kekurangan waktu, kesehatan, dan lain-lain," tuturnya.

Angga menambahkan bahwa ogoh-ogoh "Watupiak" dibuat dengan anggaran sekitar Rp 25 juta. Tinggi ogoh-ogoh ini mencapai 3,5 meter dengan lebar 3 meter.

"Kami menggunakan sistem bongkar pasang dan menambahkan teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Bagian yang dapat bergerak antara lain adalah bagian pinggang bendesa, tangan bendesa, dan kepala patih," imbuhnya.

Angga berharap agar semangat berkarya ST Dharma Citta dalam pembuatan ogoh-ogoh dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi ST lainnya di Denpasar.

"Harapan saya dalam menyambut tahun Caka 1946 ini adalah semoga seluruh anggota STT dapat kompak menjaga seni ogoh-ogoh ini dan tidak ada lagi kasus yang tidak diinginkan. Adanya lomba di Kota Denpasar sangat memberikan dampak positif bagi STT dimana kami dapat tumbuh kreatif, menciptakan karya-karya baru, dan menjadikan ogoh-ogoh sebagai bentuk," harapnya.

Ogoh-ogoh ‘Watupiak’ ST Dharma Citta menjadi bukti nyata bahwa tradisi ogoh-ogoh tidak hanya sebagai simbol perayaan Nyepi, tetapi juga sebagai wadah kreativitas dan edukasi bagi masyarakat. *m03

Komentar