nusabali

Semangat Yowana Banjar Dauh Kutuh Ubung Kaja Sambut Malam Pangerupukan

  • www.nusabali.com-semangat-yowana-banjar-dauh-kutuh-ubung-kaja-sambut-malam-pangerupukan

DENPASAR, NusaBali.com - Di tengah keterbatasan, para yowana Banjar Dauh Kutuh, Ubung Kaja, Denpasar Utara tetap bersemangat menyambut Tahu Baru Caka 1946.

Para pemuda yang tergabung dalam Sekaa Teruna (ST) Dharmaja sedang menyelesaiakan ogoh-ogoh yang akan diarak pada malam Pangerupukan, 10 Maret mendatang.

I Kadek Wijana (Dek Pong), seorang anggota ST Dharmaja, mengungkapkan semangat rekan-rekannya dalam penggarapan ogoh-ogoh.

"Meskipun di tahun 2024 ini tidak mengikuti lomba di Kota Denpasar, tapi kami masih semangat berkarya untuk meramaikan malam pangerupukan," ungkap Dek Pong dengan penuh semangat, Selasa (16/1/2024).

Ogoh-ogoh yang mereka tampilkan tergolong sederhana, dengan hanya satu tokoh karakter, namun tetap memukau dengan sistem permanen dan tinggi mencapai 3,5 meter. 

Proyek ini berhasil direalisasikan dengan budget sekitar Rp 8 juta saja. Namun, kreativitas mereka tak terbatas oleh angka di kertas. Dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti bambu sisit, rotan, kardus bekas, dan bahan-bahan ramah lingkungan lainnya, mereka mampu menciptakan sebuah karya yang memikat.

"Penggarapan kami dimulai dari pukul 21.00 hingga selesai. Kami percaya bahwa hasil yang baik memerlukan waktu, kesabaran, dan tentu saja, kerja keras," tambah Dek Pong sambil tersenyum.

Namun, di balik semangat dan kreativitas yang membara, terdapat tantangan-tantangan modern yang tidak bisa diabaikan. Dek Pong menyoroti pentingnya kecerdasan dalam memilah informasi, terutama di zaman digital ini. 

"Harapan saya sebagai anak muda di tahun ini adalah semoga semua dapat berjalan dengan lancar dan tidak adanya sangkut paut yang bersifat menjatuhkan karena kita sekarang hidup di zaman modern bukan di zaman dulu. Jadinya kita harus cerdas dalam memilah informasi apalagi dunia sudah dalam gengaman yakni HP," paparnya dengan serius.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, ogoh-ogoh Banjar Dauh Kutuh,menjadi lebih sederhana. "Terakhir kami sempat mengikuti lomba ogoh-ogoh di tingkat kota Denpasar tepatnya pada tahun 2019 lalu sebelum pandemi Covid-19 lalu," jelas Dek Pong.

Keputusan untuk tidak mengikuti lomba tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keterbatasan waktu dan sumber daya manusia. Namun, semangat untuk tetap berkarya dan merayakan tradisi tetap membara di hati mereka.

Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi ogoh-ogoh terus mengalami evolusi. Dari kemegahan dalam kompetisi hingga kembali ke akar tradisi yang lebih sederhana, setiap langkah merupakan ungkapan dari cinta dan penghargaan terhadap budaya Bali yang kaya. *m03

Komentar