nusabali

Komunitas Kera Dibagi Tiga ‘Banjar’, Kelian Bisa Dilengserkan dan Diusir

Sisi Lain Alas Pala Monkey Forest Sangeh di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung

  • www.nusabali.com-komunitas-kera-dibagi-tiga-banjar-kelian-bisa-dilengserkan-dan-diusir

Hak istimewa dimiliki kelian ‘bojog’ (kera), yakni bebas menggauli kera betina di kelompoknya, karenanya seekor ‘kelian’ kera bisa memiliki sampai 15 pasangan

DENPASAR,NusaBali
Kisah dan keunikan lain dari Daya Tarik Wisata (DTW) Alas Pala Monkey Forest Sangeh di Desa/Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung adalah tentang kehidupan dan perilaku kera ‘penghuni’ Alas Pala. Diketahui 700-an ekor kera Alas Pala memiliki hieraki sosial yang terbagi dalam tiga kelompok besar.

“Kami menyebut banjar kangin, banjar tengah dan banjar kauh,” ucap Ketua Pengelola Alas Pala Monkey Forest, Ida Bagus Gede Pujawan saat ditemui, Jumat (12/1) lalu. Penyebutan ‘banjar’ itu merujuk teritorial kelompok kawanan kera tersebut, yakni ‘banjar kangin, banjar tengah dan banjar dauh’. Untuk teritori banjar kangin wilayahnya dari area Pura Melanting sampai dengan Pura Lanang Wadon atau pinggir jalan raya Sangeh.

Lalu ‘Banjar Tengah’ dari area Pura Pucak Bukit Sari sampai Pura Melanting. Sedangkan ‘banjar dauh’ kawasannya dari Pura Pucak Bukit Sari ke barat sampai sisi tukad (barat). Masing-masing ‘banjar’ dipimpin ‘kelian’. Kera yang menjadi ‘kelian’ bisa dikenali keseharian dan perilakunya. Pertama secara fisik adalah paling besar sehingga menonjol. Kemudian paling berwibawa. “Kalau dia datang, diikuti kawanan kera lain sebagai rencang (anak buah),” tutur IBG Pujawan. ‘Kelian’ inilah yang memimpin kera-kera yang menjadi anggota kelompoknya.

Hak yang lebih istimewa lagi dimiliki kelian ‘bojog’ (kera) ialah bebas menggauli kera betina di kelompoknya. Karenanya seekor ‘kelian’ kera bisa memiliki sampai 15 pasangan.

Namun demikian, kelian salah satu kelompok pantang untuk mengusik, apalagi menggauli betina dari kelian kera yang lain. “Pasti terjadi perang hebat…,” lanjut IBG Pujawan meyakinkan ceritanya. Masa  kepemimpinan ’kelian’ kera ini juga ada periodisasinya. Seekor ‘kelian’ akan lengser dengan cara yang mengenaskan. “Dia diserang ramai-ramai dengan ganas, sehingga sereset pesranting (penuh luka). Kemudian diusir dari lingkungannya,” ungkap IBG Pujawan. Jika sudah demikian, keadaannya ‘kelian’ otomatis lengser.

Dia akan pergi menjauh dan menyendiri, diasingkan kelompoknya. Kondisinya semakin parah sampai akhirnya mati. “Biasanya di sana (di ujung barat),” kata IBG Pujawan sambil menunjuk tempat pengasingan ‘kelian’ kera yang lengser. Seingat, IBG Pujawan dan personel pengelola, I Gading adalah ‘kelian kera’ yang pernah dilengserkan dan kini sudah mati. “Memang mengenaskan cara kelian kera lengser,”  terangnya.

Menurut IBG Pujawan, kera penghuni Alas Pala merupakan spesies macaca pascicularis, yakni kera abu ekor panjang salah satu spesies kera di antaranya yang paling cerdas. “Itu sudah berdasarkan hasil penelitian,” ungkapnya. Ingatan kera ini terbilang kuat. Sepanjang tidak disentuh, dia tidak akan bereaksi. Karena itulah di Alas Pala Monkey Forest dipasang beberapa tanda peringatan, seperti ‘jangan menyentuh kera’. Peringatan itu ada yang ditulis pada papan kayu maupun pada papan beton. ‘Don’t Touch The Monkey’ atau Dilarang Memegang Monyet’. “Selain itu kami menyampaikan pengumuman secara lisan melalui sound,”  tambah IBG Pujawan.

Warga  yang juga pedagang sekitar mengiyakan kondisi kera di Alas Pala. “Kalau diganggu itu yang menyebabkan dia (kera) bisa galak,” ujar Jro Geria,71, salah seorang pedagang yang sehari-hari berjualan di DTW Alas Pala Sangeh. Karena itulah, Jro Geria juga mewanti pengunjung jangan sampai mengganggu kera-kera tersebut. Apalagi sampai ada yang yang berani menyentuh bayi kera, mungkin karena gemas karena melihatnya lucu. “Sampunang sentuha, nanti yang lain bisa ikut beramai-ramai menyerang,” ucap perempuan yang sudah puluhan tahun berjualan di Alas Pala ini. 7 k17

Komentar