nusabali

ST Cantika Banjar Sedana Merta Garap Ogoh-Ogoh dengan Hidrolik

  • www.nusabali.com-st-cantika-banjar-sedana-merta-garap-ogoh-ogoh-dengan-hidrolik

DENPASAR, NusaBali.com - Ketika tradisi bertemu teknologi, seni ogoh-ogoh di Bali mengalami evolusi yang menakjubkan. ST Cantika Banjar Sedana Merta, Ubung, Denpasar Utara, bersiap menyambut Tahun Baru Caka 1946 dengan menghadirkan ogoh-ogoh yang tidak hanya megah dalam bentuk, tetapi juga mengusung inovasi hidrolik.

I Nyoman Mariadi, atau akrab dipanggil Mang De, seorang  arsitek ogoh-ogoh yang memiliki pengalaman panjang sejak era 2000an. Dari membantu kakak STT di masa sekolah dasar hingga dipercaya menjadi arsitek utama  oleh senior-senior di ST Cantika Banjar Sedana Merta.

"Pada tahun 2024 ini, kami memulai penggarapan ogoh-ogoh sejak bulan Desember 2023. Rencana kami adalah mengikuti Lomba Kesanga Festival sebagai bagian dari perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1946," ungkap Mang De, Rabu (3/1/2024).

Ogoh-ogoh yang mereka ciptakan kali ini memiliki dua karakter tokoh, menunjukkan kompleksitas dan kekayaan detail dalam karya seni tersebut. Namun, yang membuat proses penggarapannya semakin menarik adalah penggunaan mesin hidrolik.

Mang De memberikan insight mengenai pemilihan hidrolik, "Saya mencoba menggunakan mesin hidrolik karena terinspirasi dari undagi Ogoh-ogoh di Banjar Tainsiat yakni Kedux. Saya suka dengan tampilan ogoh-ogoh yang besar, dan mesin hidrolik dapat membantu mengatasi kendala-kendala teknis yang dihadapi sebelumnya."

Namun, penggunaan hidrolik tidak datang tanpa tantangan. Mang De menceritakan pengalaman pahitnya pada tahun 2020, di mana kurangnya kesiapan dan pemahaman mengakibatkan kegagalan total dalam pengerjaan.

"Hidrolik memfokuskan pada titik beban terberat, dan ini memerlukan keahlian teknis yang mendalam. Sedikit kesalahan dapat mempengaruhi hasil akhir ogoh-ogoh secara signifikan," ujarnya.

Meskipun demikian, Mang De bersama para yowana masih semangat menjalani pengerjaan ogoh-ogoh. Dengan budget sebesar Rp 50 juta, saat ini mereka baru memasuki kurang dari 10 persen pengerjaan. Proses fokus pada nyetel mesin, kerangka, dan ngelas besi.

Satu hal yang menarik, ogoh-ogoh yang mereka buat kali ini bersifat permanen, tidak menggunakan sistem bongkar pasang. Mang De menjelaskan, "Semua teknik yang kami terapkan manual, dan harus memperhatikan segala aspek agar hasilnya maksimal."

Dalam harapannya di awal tahun 2024, Mang De berharap agar seni ogoh-ogoh bisa semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. "Saya harap ogoh-ogoh bukan hanya dikenal oleh masyarakat Bali, tetapi juga mendapatkan pengakuan sebagai aset budaya yang harus dijaga oleh masyarakat internasional," tandasnya.

Dengan sentuhan hidrolik yang inovatif dan semangat kreatif ST Cantika Banjar Sedana Merta, persiapan menyambut Tahun Baru Caka 1946 di Bali terasa semakin istimewa. Ogoh-ogoh tidak hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga wujud nyata dari perpaduan antara warisan budaya dan teknologi modern. *m03






Komentar