nusabali

RI Masih Ketergantungan Impor Pakan Ikan

  • www.nusabali.com-ri-masih-ketergantungan-impor-pakan-ikan

JAKARTA, NusaBali - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, Indonesia masih belum memiliki kemampuan untuk membuat subsitusi pakan ikan. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia masih ketergantungan impor akan pakan ikan.

“Kita belum punya kemampuan subsitusi pakan (ikan) yang terjadi seluruh pakan kita masih impor dan jumlahnya kurang lebih 89 persen itu impor,” ujarnya dalam Pertemuan Nasional Pembangunan Perikanan Budi Daya Berbasis Ekonomi Biru di Jakarta, seperti dilansir kompas.com, Senin (18/12).

Lebih lanjut Trenggono mengatakan, apabila ketergantungan impor ini masih terus berlanjut, akan berimbas pada budidaya ikan di Indonesia terdampak.

Apalagi jika negara yang menjadi penghasil produk pakan ikan menutup aktivitas ekspornya, pembudidaya ikan akan gelagapan. Padahal menurut dia sebenarnya Indonesia bisa belajar dari negara-negara maju yang membuat subsitusi pakan ikan.

Untuk itu dia mengatakan, pihaknya akan bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk mencari jalan keluar agar tidak bergantung pada impor bahan baku pakan ikan.

“Kita itu harus bergerak apabila kita tidak bisa melakukan itu, ujung-ujungnya kita akan jadi negara yang ketinggalan,” pungkasnya.

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan pakan impor itu pernah disorot Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Pertemuan Industri Jasa Keuangan 2023 pada 6 Februari.

Presiden menegaskan perlunya hilirisasi produk sumber daya alam guna meningkatkan nilai tambah. Indonesia mampu mengekspor tuna, cakalang, dan tongkol, tetapi menjadi negara nomor satu pengimpor tepung ikan.

Menteri KKP pun bilang pemanfaatan maggot atau belatung lalat tentara hitam (black soldier fly/BSF) bisa menjadi salah satu upaya untuk membuat subsitusi pakan ikan.

Kandungan tepung maggot dinyatakan tidak kalah dengan tepung ikan. Tepung maggot juga mengandung nutrisi, yang dibutuhkan ikan untuk bertumbuh. Pengolahan maggot juga lebih ramah lingkungan dibandingkan pengolahan tepung ikan.

”Ini menggeser ketergantungan bahan pakan agar tidak lagi sepenuhnya dari tepung ikan,” kata Wahyu usai membuka kegiatan rapat kerja teknis Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) di Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (14/3).7

Komentar