nusabali

MUTIARA WEDA: Melihat Semuanya Sama

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-melihat-semuanya-sama

vidyā-vinaya-sampanne brāhmaṇe gavi hastini, śuni caiva śva-pāke ca paṇḍitāḥ sama-darśinaḥ. (Bhagavad-gita, 5.18)

Orang bijak melihat semuanya sama, apakah brahmana terpelajar, sapi, gajah, bahkan seekor anjing atau pun orang yang makan anjing. 

APA maksud pernyataan Krishna di atas? Bagaimana mungkin gajah sama dengan sapi, atau  seorang brahmana dan seekor anjing itu sama? Rasanya tidak mungkin. Sejak awal penglihatan kita mampu membedakan mana manusia, mana sapi, dan mana benda lainnya. Makhluk satu dan yang lainnya berbeda, apakah jenis, bentuk, warna, sifat, dan ciri-ciri lainnya. Setiap makhluk atau benda adalah unik di dalam dirinya sendiri. Mereka semua memiliki instrinsik value yang unik yang tidak pernah sama meskipun dalam satu spesies. Mereka tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Lalu, bagaimana orang bijak bisa memahami bahwa semua yang dilihatnya sama? Apa orang bijak tidak lagi memiliki viveka untuk membedakan benda-benda yang ada? 

Tidak dipungkiri bahwa benda-benda yang kita saksikan itu berbeda. Sapi dipastikan berbeda dengan gajah, dan seterusnya. Namun, Krishna tidak melihat dalam konteks itu. Krishna mengatakan bahwa orang bijak itu mampu melihat pondasi yang mendasari semua yang ada. Di dalam sapi, gajah, anjing, manusia, dan makhluk apapun memiliki pondasi yang sama, yakni hidup. Dan, orang bijak mampu melihat itu. Sapi hidup, gajah hidup, manusia hidup, burung-burung hidup, semua makhluk itu memiliki pondasi yang disebut hidup. ‘Sama’ yang dimaksudkan adalah ‘hidup’ itu, bukan bendanya. Sapi dan gajah sebagai sebuah benda tentu berbeda-beda, tetapi hal yang mendasarinya sama, yakni hidup. 

Jadi, para bijak menurut Krishna dikatakan mampu melihat ‘kehidupan’ di dalam semua makhluk hidup, sehingga beliau melihat segalanya secara sama. Sementara itu, dari sisi kita, tentang persoalan ‘hidup’ atau ‘kehidupan’ rasanya mudah melihatnya. Rasanya kita tidak perlu menjadi bijaksana dulu untuk melihat gajah itu hidup, kambing itu hidup, sapi itu hidup, dan semua makhluk itu hidup. Kita secara sederhana telah tahu itu, dan tetap sapi yang hidup dan gajah yang hidup itu berbeda. Di sinilah perbedaannya. Sapi yang hidup dan gajah yang hidup itu dilihat berbeda, dan yang ada adalah perbedaan. Tetapi para bijak melihat kehidupan yang ada pada sapi dan gajah itu sama, hanya bendanya yang berbeda.

Para bijak melihat ada kehidupan pada gajah, pada sapi, dan yang lainnya. Sementara kita melihat gajah yang hidup. Para bijak melihat kehidupannya, sementara kita melihat gajahnya, melihat sapinya. Kehidupan, di mana pun berada, apakah pada gajah, sapi, kambing, anjing, dan yang lainnya adalah sama. Orang bijak melihat persamaannya, sementara kita melihat perbedaannya. Kehidupan yang mendasari semua makhluk hidup satu dan sama, makanya para bijak melihat semua makhluk secara sama. Sementara kita melihat makhluk yang berbeda-beda sedang hidup. Seperti langit yang dilihat dari beberapa jendela yang berbeda pada sebuah ruangan, ada jendela segi empat, bulat, dan segitiga. Para bijak melihat langitnya yang tunggal, sementara kita melihat jendelanya yang segitiga, bulat, dan segi empat. Langit tampak berbeda disesuaikan dengan bentuk jendelanya.

Antara kita mampu melihat makhluk hidup secara sama dan berbeda, apa konsekuensinya? Bukankah yang sama maupun yang berbeda-beda itu tetap merupakan kebenaran itu sendiri, bahwa sapi adalah sapi, gajah adalah gajah? Realitasnya memang demikian, tetapi persepsi yang berbeda berujung pada hal yang berbeda. Orang yang melihat semuanya sama akan secara natural mampu menyatukan dan penuh kasih. Nilai yang dimiliki adalah kesatuan. Sementara orang yang melihat makhluk itu berbeda-berbeda, nilai terhadap makhluk itu pun berbeda-beda. Inilah yang menjadi dasar dari perlakuan yang berbeda-beda. Kita memposisikan makhluk itu tidak sama. Karena tidak sama, maka bisa saja dengan perasaan tidak bersalah menyiksa binatang lain. Terjadinya kekerasan terhadap makhluk lain oleh karena rasa kita berbeda dengan yang lain. Bahkan dengan sesama manusia kita bisa saling merendahkan, apalagi dengan binatang. Jadi, apa yang dinyatakan oleh Krishna memang absurb oleh sebagian besar orang, namun menjadi kebenaran bagi mereka yang telah sadar. 7

I Gede Suwantana
Direktur Bali Vedanta Institute  

Komentar