nusabali

Korban Gigitan Anjing Sulit Dapatkan VAR

  • www.nusabali.com-korban-gigitan-anjing-sulit-dapatkan-var

GIANYAR, NusaBali - Sejumlah korban gigitan anjing mengeluh kesulitan mendapatkan suntikan VAR (vaksin anti rebies). Meskipun mencari ke beberapa rumah sakit, hasilnya nihil.

Kadis Kesehatan Kabupaten Gianyar Dra Ni Nyoman Ariyuni saat dikonfirmasi mengatakan stok VAR terbatas. VAR hanya disuntikkan pada kasus gigitan yang terindikasi rabies. “Bukan kosong, tapi langka,” jelas Ariyuni, Senin (13/11).

Menurut Ariyuni, stok VAR tidak hanya langka di Gianyar, juga di seluruh Bali. Pemberian VAR saat ini lebih selektif karena vaksinasi terhadap hewan penular rabies (HPR) sudah gencar dilakukan. VAR hanya diberikan pada kasus gigitan yang HPR-nya dinyatakan positif rabies berdasarkan ciri-ciri khas dan diperkuat dengan hasil laboratorium. “Jika anjing yang menggigit positif rabies, kami pastikan pasien pasti tertangani,” tegas Ariyuni.

Ada standar operasional prosedur (SOP) yang diterapkan oleh fasilitas kesehatan. Ariyuni mengajak masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan. “Standar yang dibuat sudah berdasarkan penelitian. Jika anjingnya mati pasca menggigit korban, pasien semaksimal mungkin dapatkan vaksinnya,” jelas istri Camat Blahbatuh ini. Kabar baiknya, Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar mencatat tren penurunan kasus gigitan anjing di Gianyar. Pada September 2023, gigitan anjing sebanyak 1.401 kasus. Turun drastis dari bulan Agustus sebanyak 2.165 kasus.

Kasus gigitan terbanyak terjadi pada bulan Juli dengan 2.905 kasus. Sebelumnya, tiap bulan di kisaran ratusan kasus. “Tidak semua gigitan anjing mengandung virus rabies. Gigitan oleh anjing yang telah terawat dengan baik, dikandangkan, sudah memperoleh vaksin lengkap, korban gigitan tidak membutuhkan vaksin anti rabies. Gigitan terjadi biasanya karena provokasi seperti anjing dipakai mainan, diganggu saat makan, anjing beranak, dan lainnya,” jelas Ariyuni.

Kepada korban gigitan anjing, Ariyuni menyarankan untuk datang ke fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan luka. “Pasien tetap disarankan ada observasi kesehatan anjing sampai hari ke-14 sebagai upaya deteksi, bukan menunggu anjing mati,” jelasnya. Ariyuni berharap masyarakat memberikan informasi yang jujur kepada petugas kesehatan. Petugas membutuhkan keterangan yang benar terjadinya kasus gigitan anjing, kepemilikan anjing, lokasi gigitan, vaksinasi anjing, perilaku anjing, dan lainnya.

Ariyuni menambahkan, pada dasarnya masyarakat bisa mengetahui dengan cermat tanda-tanda pada hewan penular rabies. Dengan pemberdayaan masyarakat bersama-sama bisa melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit rabies. Masyarakat bisa meningkatkan kewaspadaan bahaya rabies. Caranya, binatang peliharaan rutin divaksin, mengikat atau mengandangkan, dan tidak melepasliarkan anjing. Jika terjadi gigitan anjing, kucing, atau kera walaupun sedikit luka agar datang ke Puskesmas terdekat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. “Berikanlah informasi yang benar kepada petugas kesehatan sehingga petugas dapat memberikan penanganan luka sesuai standar kesehatan,” sarannya.

Jika terjadi kasus gigitan anjing, agar melakukan penanganan pertama yakni cuci luka dengan sabun atau deterjen pada air mengalir selama 10-15 menit. Selanjutnya melakukan penanganan luka dengan antiseptic seperti alkohol 70%, betadine, atau lainnya. “Bantu pantau anjingnya,” pinta Ariyuni. Dalam pemantauan tersebut, jika ditemukan ada indikasi atau dicurigai tanda-tanda anjing yang menggigit itu rabies, korban gigitan diberikan VAR. “Indikasi ini dikoordinasikan dengan Puskeswan dalam pemantauan anjing. Tidak semua kasus gigitan mendapatkan VAR,” tegas Ariyuni. 7 nvi

Komentar