nusabali

Yakini Magender Menguatkan Konsentrasi

Kiprah Seniman Perempuan Bali Ni Putu Hartini

  • www.nusabali.com-yakini-magender-menguatkan-konsentrasi

DENPASAR, NusaBali - Seni bukan sebatas selera. Tapi, lebih pada kesuntukan untuk jadi kompeten. Ni Putu Hartini SSn MSn, misalnya. Perempuan kelahiran Banjar Kayumas Kaja, Denpasar bertekun pada seni.

Dia bersuntuk pada seni bukan semata karena jadi dosen seni di Program Studi (Prodi) Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar. Tapi, seni telah menjadi bagian terpenting dalam jejak hidupnya, sejak bocah. Bahkan, dia menemukan seni menabuh gender jadi terapi untuk meningkatkan kecerdasan akademik pelajar.

Hartini amat mahir memainkan gamelan Bali, khususnya Gender Wayang. Kemahiran ini berkat darah seni orang tua yang mengalir deras di tubuhnya. Dia juga lahir dan tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang getol dengan seni. Ayahnya, I Wayan Suweca S SKar MSi (alm) dan kakek I Wayan Konolan (alm) merupakan seniman karawitan Bali yang sangat dihormati di kalangan seniman Bali. Sang ayah dan kakek mengenalkan dan mengajarkan Hartini bagaimana memainkan Gender Wayang dan Kendang Bali nan apik.


Hartini terkenang saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu hanya bisa magender wayang. Tahun 1996, dia mengikuti Asti Kumara, perkumpulan anak dosen yang ikut menabuh dalam kegiatan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), ISI Denpasar, Bali. Dalam komunitas itu, dia makin menekuni Gender Wayang, lanjut belajar menabuh Kendang Bali.

Meski mahir memainkan sejumlah gamelan Bali, dosen Prodi Karawitan ISI Denpasar sejak 2019 ini mengungkapkan rasa kecintaannya pada Gender Wayang. Gema suara gamelan seakan memanggil-manggil hingga memberikan vibrasi yang menggetarkan jiwa. ‘’Ada gugahan rasa tiap kali mendengar dan memainkan Gender Wayang ini,’’ kenangnya.

Dosen lulusan S2 Pengkajian dan Penciptaan Seni Pascasarjana ISI Denpasar ini menambahkan, memainkan Gender Wayang dapat pula melatih konsentrasi. Sebuah instrumen Gender Wayang memang tampak. Namun, di dalamnya terdapat teknik  pukul rancak nan ritmis. Menurut dia, setiap penabuh Gender harus memiliki konsentrasi yang bagus agar tidak terpengaruh dengan hal-hal yang nirhubung dengan gending yang ditabuhkan. Konsentrasi juga jangan sampai dibuyarkan oleh suara gender yang ditabuh pasangan penabuh lain.

Dia menambahkan, empat instrumen Gender Wayang sudah sama artinya dengan satu barung gamelan yang dimainkan 30 orang. Teknik yang digunakan lebih rumit dibandingkan gamelan yang lain. “Kalau menurut orang asing, main Gender Wayang itu setara dengan memainkan piano,” ujar Hartini.

Berdasarkan pengalaman menjadi pengajar Gender Wayang di sejumlah sekolah di Bali, Hartini mengatakan bermain Gender Wayang dapat memengaruhi proses belajar siswa di kelas. Menurut penuturan salah satu siswa didiknya, siswa ini mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat mengikuti pelajaran di kelas. Namun, setelah belajar magender wayang, dalam beberapa bulan konsentrasi menjadi lebih meningkat dalam mengikuti pelajaran. “Siswa ini bilang ke saya, nilai matematikanya jadi semakin bagus. Karena dia sudah bisa konsentrasi mengikuti pelajaran sejak berlatih bermain Gender Wayang,” kenangnya.

Selain sebagai dosen dan pembina Gender Wayang, Hartini juga menulis sejumlah artikel. Artikel yang sudah diterbitkan antara lain, Kajian Penampilan Gender Wayang sebagai Representasi Estetis (Studi Kasus Penyajian Gender Wayang Pekan Seni Remaja Kota Denpasar 2015),  Pertunjukan Gender Wayang Pada Pekan Seni Remaja Kota Denpasar, Kajian Bentuk, Estetika, dan Makna (2017), Konsep Dualistis Pertunjukan Gender Wayang Pada Pekan Seni Remaja Kota Denpasar (2021), Dinamika Pertunjukan Virtual Gamelan Gender Wayang (2021), Estetika Pertunjukan Gender Wayang secara Virtual (2023).

Karya seni pagenderan yang telah disusun, antara lain, Komposisi Suanita Jaya (2007); Komposisi Nganten (2020); Komposisi Kumara Asih (2021); Komposisi iringan Tari Janger Nusantara Mahardika (2022); Komposisi Sidi Luwih (2023). Pengalamannya berkesenian di dalam negeri dan luar negeri, yaitu sebagai penabuh Gong Kebyar Wanita Pesta Kesenian Bali (PKB) (2007-2019).


Dia juga pernah menjadi pembina dan juri Gender Wayang dalam ajang perlombaan. Selain aktif di bidang kesenian, juga aktif dalam bidang organisasi, diantaranya sebagai anggota Senat Mahasiswa ISI Denpasar (2003-2007), sebagai pembicara dalam Gamelan Sekar Jaya’s live online series, Bali’s Living Arts (2020); sebagai pembicara dalam International Transdisciplinary in Perfoming Art Conference Envisioning the Future (IntransPAC2021) Conference (2021).

Terbaru, Department of Traditional Music, School of Music at Taipei National University of the Arts (TNUA) mengundang Ni Putu Hartini, S.Sn., M.Sn, dosen Program Studi (Prodi) Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar sebagai Guest Instructors. Dia diundang untuk mengajar Intensive Master Class of Balinese Gamelan pada Musim Gugur 2023. Kelas berlangsung 10 – 27 September 2023. Keikutsertaan dosen kelahiran 29 April 1985 ini sebagai guest instructors ini atas rekomendasi Dr I Gusti Putu Sudarta SSP MSn, dosen Prodi Pedalangan yang sudah menyambangi TNUA pada musim sebelumnya. Selanjutnya, dia ikut kembali pada musim ini. Pada kelas tersebut, Hartini dan Dr Sudarta mempresentasikan Gamelan Bali. Antara lain, Angklung dan Gender Wayang, dan beberapa Tari Bali.7lsa

Komentar