nusabali

‘Medsos bak Pedang Bermata Dua’

  • www.nusabali.com-medsos-bak-pedang-bermata-dua

Kehadiran media sosial bak pisau bermata dua—dia bisa bermanfaat sekaligus juga bisa ‘mencelakakan’, lebih-lebih bagi anak-anak dan remaja. 

DENPASAR, NusaBali
Oleh karenanya, Dinas Kominfo Provinsi Bali secara terus menerus melakukan kampanye agar anak-anak dan remaja cerdas dalam bermedia sosial.

Rabu (12/7), Diskominfo kembali menggelar dialog yang mengusung tema; ‘Menyiapkan anak menjadi netizen yang cerdas’. Dialog yang digelar serangkaian Hari Anak Nasional itu dibuka Kadis Kominfo Provinsi Bali I Nyoman Sujaya, menghadirkan tiga narasumber yakni Ketua KPPAD Bali AA Anie Asmoro, Ketua KPID Bali I Made Sunarsa dan Ketua PWI Bali IGMB Dwikora Putra.

Dialog yang berlangsung di Kantor Diskominfo Bali itu berlangsung hangat serta dihadiri puluhan peserta, baik dari kalangan LSM perempuan dan anak, guru, kepolisian, media, serta anak-anak dan remaja. Tidak hanya masalah cerdas bermedia sosial yang disinggung para narasumber, juga masalah hoax atau berita bohong yang akhir-akhir ini sudah dirasa sangat ‘mengganggu’ kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kadis Kominfo Nyoman Sujaya mengatakan, internet ataupun media sosial itu bak pisau bermata dua. Dia akan sangat bermanfaat jika digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, baik untuk edukasi, hiburan, maupun menggali informasi. Sebaliknya, dia akan menjadi ‘jahat’ dan berdampak buruk jika kita tidak bisa memanfaatkan untuk hal-hal positif. “Oleh karena itu, adik-adik harus cerdas dalam bermedia sosial, jangan sampai justru kita menjadi korban dari dampak buruk media sosial,” paparnya.

Sujaya juga mengajak peserta dialog dan pejabat maupun masyarakat luas untuk sama-sama memerangi hoax. Sebab, kata dia, hoax itu sudah luar biasa dampaknya dan jika salah, kita sendiri bisa ikut-ikutan menyebarkan hoax.

Sementara itu, ketiga narasumber sepakat dengan Kadis Kominfo bahwa sudah harus ada kesadaran dari masyarakat untuk cerdas dalam menggunakan media sosial. Selain itu, ketiganya juga sepakat untuk secara massif memerangi hoax.

Anie Asmoro misalnya, ia menekankan bagaimana agar generasi muda bisa memanfaatkan media sosial untuk hal-hal positif seperti memupuk persaudaraan, silaturahmi, merawat budaya, dan sebagainya. Ia meminta generasi muda juga harus paham dan sadar bahawa ada UU ITE yang bisa menjerat dan menyeret kita ke ranah hukum jika salah dalam memafaatkan media sosial. Sedangkan I Made Sunarsa mengajak para remaja lebih banyak menggunakan kecerdasan dalam kaitan dengan media sosial.

Ketua PWI Bali Dwikora Putra lebih banyak menguraikan posisi media massa (pers) dalam kaitan dengan media sosial. Ia pun menyarankan para remaja agar jangan mentah-mentah ‘menelan’ informasi yang disebar di media sosial, apalagi meneruskannya, jika tidak ingin ikut-ikutan  menyebarkan hoax. ‘’Harus teliti dulu, bandingkan dulu dengan berita yang ada di media. Jangan langsung diterima, apalagi disebarkan. Itu bisa terseret hukum juga jika ikut-ikutan menyebarkan hoax atau berita bohong,’’ paparnya.       

Ketua Presidium Jawarah (Jaringan Wartawan dan Masyarakat Anti-Hoax) Provinsi Bali lantas menyodorkan beberapa tips yang bisa dipakai dalam bermedia sosial. Di antaranya, melakukan filter dalam pertemanan, memasang identitas asli namun tidak bersifat pribadi, tidak berbagi nomor telepon dan informasi pribadi lainnya, memasang foto profil yang sewajarnya,  mempertimbangkan secara cerdas sebelum membikin dan memosting status, menjauhi perdebatan-perdebatan yang tidak produktif bahkan rawan menebar kebencian, serta memastikan akun memiliki proteksi agar tidak diretas orang.

Sementara itu pada akhir dialog dilakukan lepas balon dan penandatanganan Anti-Hoax oleh Kadis Kominfo, para nara sumber, dan seluruh peserta. *

Komentar