nusabali

Digelar Seperti Tahun 1919, Upacara Dipuput 11 Sulinggih

Karya Agung Danu Kerthi di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli

  • www.nusabali.com-digelar-seperti-tahun-1919-upacara-dipuput-11-sulinggih

Pada karya tahun ini digunakan pola yadnya seperti 104 tahun yang lalu, yakni pada 1919, dimana pakelem di danau menggunakan 3 ekor kerbau dan 1 ekor babi.

BANGLI, NusaBali
Puncak Karya Agung Danu Kerthi, Tawur Agung Labuh Gentuh, Meras Danu lan Gunung, Bhakti Pakelem ring Segara lan Puncak Gunung Batur, Mapaselang lan Mapadanan berlangsung saat Tilem Kapat pada Saniscara Pon Matal, Sabtu (14/10). Upacara yang pelaksanaannya digelar sama dengan tahun 1919 dipuput oleh 11 sulinggih.

Pada saat pakelem di tengah segara turut dilaksanakan ritual nuwur tirtha amreta oleh krama Batur, yang diikuti oleh Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, mantan Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, Dirjen Bimas Hindu Prof Dr I Nengah Duija.

Manggala Karya yang juga Jero Gede Batur Duhuran menyampaikan upacara Danu Kerthi merupakan ritual yang diamanatkan para panglingsir Batur, sebagai cara untuk memuliakan dan berterima kasih pada alam, khususnya Danau Batur.


“Upacara Danu Kerthi termuat dalam Rajapurana Pura Ulun Danu Batur, khususnya pada lontar Pratekaning Usana Siwa Sasana. Pada tahun ini kami menggunakan pola yadnya seperti 104 tahun yang lalu, yakni pada tahun 1919, di mana pakelem di danau menggunakan 3 ekor kerbau dan 1 ekor babi,” jelasnya.

Sebagai bentuk bakti kepada Ida Bhatari, pelaksanaan upacara berlangsung secara gotong royong. Krama adat Batur bersama Batun Sendi Ida Bhatari Sakti bekerja secara kolaboratif untuk menyukseskan yadnya. Adapun upacara pakelem ke puncak, krama adat Batur dibantu oleh Desa Adat Sekardadi (Pucak Kanginan Gunung Batur) dan Desa Adat Buahan (Pucak Kawanan Gunung Batur). Sementara itu, krama Batur bersama Batun Sendi Batur yang lain fokus di titik upacara di Pura Segara Ulun Danu Batur.

Sementara itu, puncak upacara pemuliaan Danau Batur terdiri atas tiga kegiatan utama, yakni Tawur Agung Labuh Gentuh, Mapakelem di Puncak Gunung dan Danau Batur, serta Mapaselang.

Tawur Labuh Gentuh yang digelar di areal utama mandala Pura Segara Ulun Danu Batur dipuput oleh Ida Pedanda Gde Putra Bajing Griya Tegaljingga, Denpasar; Ida Pedanda Gde Putra Kekeran, Griya Blahbatuh, Gianyar; Ida Pedanda Rai Griya Pidada Sengguan, Klungkung; Ida Pedanda Budha Griya Saraswati, Batuan, Gianyar; Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Daksa, Griya Agung Lingga Acala, Calo, Gianyar; dan Jero Gede Sengguhu Tumburuwasa, Griya Jero Gede Sengguhan, Lambing, Badung. Tawur Agung Labuh Gentuh dengan menggunakan sarana-sarana wewalungan (binatang) seperti kerbau, sapi, luwak, manjangan, anjing bangbungkem, kijang, petu, babi butuan, kambing, angsa, banyak, bebek belang kalung, bebek buli sikep, dan berbagai jenis ayam menurut warna.

Selanjutnya, pakelem di puncak Gunung Batur dilaksanakan di dua tempat, yakni Pucak Kawanan Gunung Batur dan Pucak Kanginan Gunung Batur (kawah utama). Upacara tersebut dipuput Ida Pedanda Gde Ngurah Keniten, Griya Kediri, Sangeh, Badung; Ida Pedanda Gde Made Rai Keniten, Griya Denpasar; dan Ida Pedanda Budha Griya Gunung Sari, Ubud.

Pada saat Mapaselang, upacara dipuput oleh empat orang sulinggih yakni Ida Pedanda Oka Buruan, Griya Sandingsuta Manik Manuaba, Pejeng, Gianyar; Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang, Griya Buduk, Badung; Ida Pedanda Rai Griya Pidada Sengguan, Badung; Ida Pedanda Istri Karang, Griya Sibetan.


Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, mengatakan Karya Agung Danu Kerthi merupakan implementasi dari konsep Sad Kertih sebagaimana tertuang dalam lontar Dewa Tatwa dan Roga Sanghara Bumi yang bermakna untuk memarisudha bumi menuju tatanan yang harmoni. Hal ini juga sejalan dengan Visi Pembangunan Bali saat ini yaitu ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’.

“Bali telah mengalami berbagai cobaan dalam tatanan ruang dan waktu. Berbagai peristiwa alam telah terjadi yang mengakibatkan kadurmanggalaning jagat. Berkenaan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan upacara tawar di beberapa tempat yaitu di danau, gunung, serta yasa-kerti di masing-masing desa adat wajib dilaksanakan,” kata Bupati Sedana Arta.

Sebagai upacara suci Tawur Agung Labuh Gentuh, Meras Danu lan Gunung, Pakelem Ring Segara Danu lan Gunung Batur (Danu Kertih) patut didukung oleh umat Hindu melalui pelaksanaan yasa-kerti di masing-masing desa adat.

Swadarmaning agama dan swadarmaning negara demi treptinya parhyangan, pawongan, dan palemahan. “Tidak kalah pentingnya mendukung pelaksanaan karya agung ini dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan kesucian, keiklasan, serta kesungguhan yang dilandasi rasa bakti yang tulus,” imbuh Bupati Sedana Arta.

Bupati Sedana Arta mengajak seluruh masyarakat Bangli, khususnya krama Desa Adat Batur sebagai penyelenggara kegiatan upacara, agar dalam setiap mengabdikan karma bhakti-nya selalu didasarkan atas ketulusan hati.

Melalui upacara ini, dia berharap sumber air Danau Batur tetap terjaga kelestariannya. “Semoga atas tuntunan dan pasiwecun Ida Hyang Parama Kawi, Ida Bhatara-Bhatari sami, pelaksanaan upacara karya agung ini dapat terselenggara dengan baik dan memberikan berkah kepada seluruh umat,” ucapnya.

Prof Duija mengatakan ritual Danu Kerthi yang menggunakan sarana kerbau dan babi sebagai sarana upacara adalah upaya mengembalikan harmonisasi alam semesta.

“Bahwa selama sekian tahun yang lalu, 100 tahun lalu tentu sudah mengalami kekurangan unsur atau kelebihan unsur. Dalam konsep Hindu, inilah yang disebut alam yang netral, ketika semua unsur ini tidak ada yang melebihi dan kurang. Hari ini kita menyaksikan ritual, di mana siklus ritual, menjadi momen penting bahwa alam semesta harus disempurnakan supaya lebih sempurna,” kata Prof Duija.

Disampaikan pula, bahwa pakelem bukan ritual membuang-buang binatang, tetapi binatang yang dikurbankan telah diberikan penyucian lebih dulu dan jiwa-jiwa dari binatang yang dipersembahkan sudah disucikan, sehingga perjalanan sang roh akan sempurna ketika lahir kembali.

“Siklus inilah sebuah netralitas, jika kita bicara Hindu. Kita ucapkan terima kasih pada umat Hindu, khususnya yang di Batur karena sudah bisa melakukan upacara sebuah kesucian di segara ini, sebagai huluning Pulau Bali. Kalau kepala sudah bersih, astungkara aliran darah ke bawah akan bersih,” ujar Prof Duija. 7 esa

Komentar