Parkir Kendaraan di Margi Agung Wajib Seizin Badan Pengelola Besakih

Kondisi itu terjadi karena banyaknya kendaraan pamedek menggelar upacara Nuntun parkir di pinggir jalan raya itu.  “Idealnya, jalan Margi Agung ini steril dari kendaraan parkir. Kecuali pengemudi kendaraan itu dapat izin dari badan pengelola, terutama bagi warga yang melaksanakan upacara Nuntun,” jelas Lanang Muliarta di ruang kerjanya, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa (19/9).

Pantauan NusaBali, beberapa kendaraan pamedek parkir di depan Pura Goa Raja Besakih, yang hendak Nuntun. “Nanti akan saya sosialisasikan agar pamedek yang hendak parkir di Margi Agung kaitan upacara nuntun, mesti seizin badan pengelola, tujuannya agar tidak krodit,” tambahnya.

Untuk diketahui, Badan Pengelola Kawasan Suci Pura Besakih telah menyediakan tempat parkir, di Terminal Banjar Kedundung, Desa Besakih, khusus untuk parkir bus kapasitas 250 bus. Asda juga di gedung parkir Pura Manik Mas Besakih berkapasitas 1.541 kendaraan roda empat dan gedung parkir kendaraan roda dua. Pembangunan gedung parkir, kios dan penataan jalan berbiaya Rp 911 miliar, dengan dana APBN Rp 427 miliar dan APBD Bali Rp 484 miliar.

Lanang Muliarta memaklumi pamedek yang menggelar upacara Nuntun memarkir kendaraan dekat pura. Sebab, membawa banyak banten dan mengajak sulinggih. Karena badan pengelola tidak melayani transportasi khusus pamedek berupacara Nuntun. Oleh karena itu, pamedek yang parkir dekat pura agar minta izin ke pengelola.

Sesuai tradisi berupacara, pamedek yang Nuntun dimulai dari Pura Dalem Puri, Pura Manik Mas, Pura Titi Gonggang, Pura Goaraja, Pura Basukihan, Pura Hyang Aluh, Pura Kiduling Kreteg, Pura Pedharman, dan terakhir Pura Penataran Agung Besakih.7k16