nusabali

4.066 Warga Jembrana Belum Rekam e-KTP

  • www.nusabali.com-4066-warga-jembrana-belum-rekam-e-ktp

Warga yang belum rekam e-KTP terus meningkat karena pertambahan penduduk baru dari kalangan usia wajib KTP, 17 tahun.

NEGARA, NusaBali
Jelang Pemilu 2024, ternyata cukup banyak warga yang belum melakukan perekaman data diri untuk pembuatan e-KTP. Sesuai catatan per 15 Agustus 2023, dari 246.134 warga wajib KTP di Kabupaten Jembrana, ada 4.066 orang yang belum melakukan perekaman data e-KTP.

Sesuai data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Jembrana, 4.066 warga yang belum rekam e-KTP itu tersebar di 5 kecamatan se-Jembrana. Warga dimaksud di Kecamatan Negara 1.339 orang, Kecamatan Mendoyo 839 orang, Kecamatan Melaya 782 orang, Kecamatan Jembrana 728 orang, dan Kecamatan Pekutatan 385 orang.

Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Kependudukan (Yanadminduk) pada Dinas Dukcapil Jembrana I Komang Sujana, Kamis (7/9), mengatakan, warga yang tercatat belum rekam data e-KTP itu, sebagain besar disinyalir karena sudah berpindah domisili. Di samping itu, warga yang belum rekam e-KTP terus meningkat karena pertambahan penduduk baru dari kalangan usia wajib KTP, 17 tahun.

"Kalau dibandingkan kabupaten lain, jumlah warga wajib KTP yang belum rekaman e-KTP di Jembrana tidak banyak. Apalagi, kami juga sudah rutin programkan Jebolan (jemput bola perekaman) e-KTP ke SMA/SMK/MA. Tiap tahun kita turun ke sekolah-sekolah," ujar Sujana.

Sujana mengaku, saat ini masih berlangsung perekaman e-KTP ke sekolah-sekolah. Teranyar pada Rabu (6/9), dilakukan perekaman e-KTP ke SMAN 2 Negara, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Jembrana. Sembari perekaman e-KTP, petugas juga melayani aktivasi Identitas Kependudukan Digital (IKD). "Nanti kami turun ke semua SMA/SMK/MA. Kita sasar anak-anak yang sudah usia 16 tahun. Jadi kita rekam dulu, dan nanti kami cetakkan e-KTP ketika mereka sudah berusia 17 tahun," ucap Sujana.

Selain ke sekolah-sekolah, sebelumnya juga diprogramkan Jebolan e-KTP ke desa/kelurahan hingga banjar/lingkungan. Namun, perekaman ke desa dan banjar, kurang efektif. "Kalau ke desa-desa yang datang paling hanya 1-2 orang. Jadi tidak efektif. Sedangan kalau ke sekolah-sekolah, yang rekam bisa sampai ratusan. Terutama di sekolah-sekolah yang siswa barunya memang banyak," pungkas Sujana.7ode

Komentar