nusabali

Mapurwa Daksina, Lembu Pengantar Sang Pitara

  • www.nusabali.com-mapurwa-daksina-lembu-pengantar-sang-pitara
  • www.nusabali.com-mapurwa-daksina-lembu-pengantar-sang-pitara

AMLAPURA, NusaBali - PSAK (Prestisentana Sira Arya Kanuruhan) Karangasem melaksanakan puncak upacara Ngeroras massal, di Banjar Mumbul,  Desa Pakraman Subagan, Kecamatan Karangasem, Anggara Paing Pujut, Selasa (29/8). Saat upacara Mapurwa Daksina, menggunakan lembu (sapi putih) sebagai simbol pengantar sang pitara.

Ada enam sulinggih muput upacara. Upacara tersebut untuk menyucikan 464 pitara dari 72 dadia. Enam sulinggih tersebut, Ida Pedanda Jelantik Sidemen dari Griya Kawan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Istri Oka, dari Griya Kanginan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Ida Pedanda Gede Dwija Sidanta dari Griya Kanginan, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Ida Pedanda Peling Pinatih dari Griya Carik, Desa/Kecamatan Sidemen, Ida Pedanda Ketut Putra Kawan dari Griya Kawan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling.


Ida Pedanda Gede Dwija Sidanta memaparkan, pentingnya saat upacara Mapurwa Daksina dengan mengelilingi tempat upacara Ngeroras tiga kali searah jarum jam. Upacara ini menggunakan Lembu terdepan sesuai keyakinan Hindu. Dalam tradisi sastra Hindu, Lembu atau Nandini adalah wahana Ida  Bhatara Siwa, agar sang pitara lebih cepat mencapai surga.

Upacara Mapurwa Daksina diikuti ratusan sekah sebagai simbol sang pitara yang diupacarai. Selama keliling tiga kali, para pelaksana Mapurwa Daksina wajib berjalan di atas kain putih, dan melintasi sesaji Titi Mahmah. "Titi Mahmah adalah lambang bumi, dan lembu sebagai pengantar sang pitara menuju surga," jelasnya.

Prosesi Mapurwa Daksina berlangsung sekitar 1,5 jam. Upacara ini menghadirkan perwakilan warga berasal dari 72 dadia. Semua peserta prosesi tampak berjejer rapi.


Seksi Upakara dan Upacara Karya Ngeroras Massal Jro Mangku Jati yang mengoordinasikan jalannya upacara. Setelah keliling tiga kali, seluruh pitara yang sebelumnya diusung, kembali ditempatkan di petak, tempat upacara, berlanjut 6 sulinggih mapuja.

Pangrajeg Karya I Wayan Geredeg bersama panglingsir PSAK Pusat I Nengah Sumardi, ikut Mapurwa Daksina. Dia mengapresiasi antusias warga sameton PSAK Karangasem yang ambil bagian di upacara itu. "Kami merasa termotivasi melayani sameton untuk menggelar upacara ngeroras massal setiap lima tahun secara berkelanjutan," jelas Geredeg, mantan Bupati Karangasem 2005-2010 dan 2010-2015 ini.

Prawartaka Karya I Komang Kisid mengatakan, bukan saja melayani semeton menggelar upacara ngaben dan ngeroras massal, juga sinkrun dengan matatah massal, dengan biaya Rp 2,5 juta. "Tujuannya jelas, agar mampu bayar utang kepada pitara, dan berupaya meringankan beban biaya semeton," jelas Kisid. Dia telah enam kali menggelar upacara Ngeroras massal sejak tahun 2000.7k16

Komentar