nusabali

Guru SD di Gunaksa Tewas Gorok Diri

  • www.nusabali.com-guru-sd-di-gunaksa-tewas-gorok-diri

Korban Nengah Sri Arini ditemukan suaminya tergeletak bersimbah darah di dalam kamar mandi yang jarang digunakan

Ekonominya Mapan, Motif Bunuh Diri Masih Misterius


SEMARAPURA, NusaBali
Seorang guru SD Negeri 3 Gunaksa, Ni Nengah Sri Arini, 55, ditemukan tewas mengenaskan dalam kondisi leher tergorok di rumahnya kawasan Banjar Tengah, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Senin (3/7) pagi. Guru berusia 55 tahun ini diduga bunuh diri dengan menggorok lehernya menggunakan pisau dapur.

Informasi di lapangan, kematian tragis korban Nengah Sri Arini pertama kali diketahui suaminya, I Ketut Rasna, 56, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Korban ditemukan tergeletak berlumuran darah di kamar mandi. Setelah diamati, korban ternyata terluka gorok di bagian leher. Di sebelah tubuh korban, ditemukan pisau dapur yang didiga dipakai untuk menggorok
lehernya.

Begitu melihat sang istri tergeletak bersimbah darah dalam kondisi tak sadarkan diri, Ketut Rasna langsung berteriak histeris. Dalam hitungan menit, para tetangga berdatangan ke rumah korban. Merekalah yang bantu evakuasi korban Sri Arini dari kamar mandi. Kemudian, korban yang sekarat dibawa ke RSUD Klungkung untuk mendapatkan penanganan medis. Namun sayang, nyawa korban tidak berhasil diselamatrkan. Sebab, saat tiba di RSUD Klungkung, guru di SDN 3 Gunaksa ini sudah dalam kondisi meninggal akibat kehabisan darah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis RSUD Klungkung, korban Sri Arini tewas dengan luka sayatan horizontal di leher sepanjang 5 cm, dengan kedalaman seotot. “Korban meninggal karena kehabisan darah,” ujar petugas medis di Instalasi Jenazah RSUD Klungkung, dr Made Batubulan, kepada NusaBali.

Menurut dr Batubulan, secara teori kalau seseorang bunuh diri dengan cara menyayat leher, bisanya posisi sayatannya miring. Namun, dalam kasus yang menimpa Sri Arini, luka sayatannya dalam posisi horizontal atau mendatar. “Itu baru menurut teori. Tapi, luka itu bisa saja karena bunuh diri. Itu kewenangan pihak berwajib yang memberikan keterangan,” jelas dr Batubulan.

Sejauh ini, kata dr Batubulan, pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi jenazah. Namun, kalau dirasa mencurigakan, tentu nanti petugas kepolisian maupun pihak keluarga memiliki kewenangan mengajukan otopsi. “Yang jelas, di tubuh korban tidak ditemukan adanya luka akibat pukulan benda keras. Hanya ada luka sayatan itu saja,” katanya.

Sementara, Kapolsek Dawan AKP I Kadek Suadnyana menyatakan pihaknya sudah terjun ke lokasi TKP di Banjar Tengah, Desa Gunaksa begitu mendapat laporan terkait insiden maut guru diduga tewas bunuh diri dengan menggorok leher. “Kita sudah minta keterangan di lapangan. Dugaan awal, korban meninggal karena gorok leher sendiri,” jelas kapolsek Kadek Suadnyana saat dikonfirmasi NusaBali, Senin kemarin.

Meski demikian, kata Suadnyana, pihaknya masih melakukan proses penyeldikikan. Hanya saja, pihaknya belum bisa menggali keterangan rinci dari suami korban, Ketut Rasna, karena yang gersangkutan masih shock. “Kita masih telusuri kasus ini, termasuk mengungkap apa motifnya,” papar Suadnyana.

Terungkap, sebelum peristiwa maut terjadi, korban Sri Arini diketahui bangun tidur di kemarin subuh. Sekitar pukul 07.00 Wita, sang suami, Ketut Rasna, mulai mencari korban karena tidak ada di rumah. Padahal, biasanya korban sudah pulang dari belanja di Pasar Gunaksa sebelum pukul 07.00 Wita.

Karena khawatir terjadi sesuatu, suami korban pun mencari istrinya ke Pasar Gunaksa. Namun, karena pencarian tidak membuahkan hasil, akhirnya Ketut Rasna balik kucing dan terus mencari istrinya di rumah. Ketut Rasna terkejut, karena sekitar pukul 08.00 Wita, dia menemukan istrinya tergeletak bersimbah darah di dalam kamar mandi di halaman rumahnya yang jarang digunakan.

“Korban sempat dikira tidak pulang, karena masih berbelanja di Pasar Gunaksa,” ujar tetangga korban, Nengah Kamar. Menurut kesaksian Nengah Kamar, selama ini korban Sri Arini dikenal sebagai sosok yang bersahaja, tidak pernah terdengar ada pertengkaran dengan keluarganya. “Di samping itu, secara ekonomi juga sudah mapan,” papar Nengah Kamar seraya mengaku bingung apa sejatinya motivasi di balik aksi nekat bunuh diri guru SDN 3 Gunaksa ini.

Sementara itu, Bendesa Pakraman Gunaksa, I Wayan Mardana, mengaku tidak menyangka korban Sri Arini  meninggal dengan cara yang targis. Pasalnya, guru SDN 3 Gunaksa ini dikenal sebagai sosok yang humanis dan aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat. Lagipula, dari sisi ekonomi juga sudah mencukupi. Sebab, suami korban, Ketut Rasna, juga merupakan pemilik Koperasi Wira Dharma di Desa Gunaksa. “Saya tidak tahu secara pasti apa permasalahannya,” ujar Bendesa Wayan Mardana yang juga anggota DPRD Klungkung ini saat ditemui di RSUD Klungkung, Senin kemarin.

Korban Nengah Sri Arini berpulang buat selamnya dengan meninggalkan suami tercinta Ketut Rasna serta tiga orang anak yang semuanya sudah berkeluarga: Putu Eka Trisnayanti, Made Ayu Sutrisna Dewi, dan Komang Oka Ari Gunadnya. Saat peristiwa maut terungkap kemarin pagi, anak-anak dan menantu korban tengah bekerja. Hanya sang suami, Ketut Rasna, yang ada di rumah.

Hingga kematiannya yang tragis, korban Sri Arini masih tercatat sebagai guru Wali Kelas V SDN 3 Gunaksa. Menurut kesaksian pegawai TU) SDN 3 Gunaksa, Ni Komang Kartini, korban Sri Arini merupakan sosok yang baik dan royal, bahkan sering mentraktirnya makan. “Beliau (korban) sering membelikan saya makan, karena tahu saya ini hanya pegawai kontrak,” kenang Komang Kartini. * wa

Komentar