nusabali

Kejar Predikat Kerajinan Dunia, Karangasem Andalkan 5 Wastra

  • www.nusabali.com-kejar-predikat-kerajinan-dunia-karangasem-andalkan-5-wastra
  • www.nusabali.com-kejar-predikat-kerajinan-dunia-karangasem-andalkan-5-wastra
  • www.nusabali.com-kejar-predikat-kerajinan-dunia-karangasem-andalkan-5-wastra

AMLAPURA, NusaBali - Karangasem mengandalkan lima jenis produk wastra khas Karangasem untuk mengejar predikat Karangasem menuju Pusat Kerajinan Dunia.

Hal itu terungkap saat seminar bertema 'Karangasem Bali menuju Pusat Kerajinan Dunia' di bawah koordinasi Staf Ahli Bupati Karangasem I Putu Arnawa, di Museum Wastra, Objek Wisata Taman Sukasada Ujung, Banjar Ujung Pesisi, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kamis (24/8).

Seminar melibatkan Staf Ahli Bupati se-Bali dengan narasumber Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Karangasem Nyoman Antari, Staf Ahli Bupati Karangasem Bidang Sumber Daya Manusia I Wayan Astika, dan moderator Staf Ahli Bupati Karangasem Bidang Pemerintahan dan Kesra I Putu Arnawa.

I Wayan Astika memaparkan, ada lima produk wastra Karangasem yang terdata untuk masuk kriteria, Karangasem Bali menuju Pusat Kerajinan Dunia, yakni, geringsing, endek, songket, karas, dan bebali. Kriterianya, memiliki nilai budaya,  lingkungan, ekonomi, lintas generasi, dan berkelanjutan. "Lima wastra ini akan kami kaji,berlanjut pengusulannya ke Provinsi Bali, dengan harapanKarangasem tercatat sebagai pusat kerajinan dunia,” jelasnya.

Kaya Astika, lima wastra yang terdata memiliki ragam, motif, warna, dan makna tersendiri. Ragam dimaksud, ragam hias geometris, tumbuh-tumbuhan, binatang,  manusia, prembon, dan lain-lain.

“Wastra untuk kepentingan upacara keagamaan, bagian terpenting dari tradisi. Seperti di Desa Adat Tenganan Pagringsingan, warga setempat wajib menggunakan kain gringsing, di Desa Adat Bungaya, wajib gunakan kain karas,” katanya.

Begitu juga, katanya, kain bebali hanya ada di Karangasem dengan jenis beragam. Di antaranya, kain bebali atu-atu, kain bebali sudamala, sekordhi, padang derman, tuhu batu, salulut urab Kecicang, kakancan, sugih bhuana, dan lain-lain.

Arnawa mengatakan, Karangasem sangat berharap hasil karya wastra masuk sebagai pusat kerajinan dunia, melalui rekomendasi Unesco (The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization). Organisasi ini membidangi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.

“Gianyar yang paling pertama di Bali mendapatkan sertifikat dari Unesco, merupakan kabupaten sebagai pusat kerajinan dunia. Makanya, kami undang dari Gianyar untuk berbagi pengalaman," katanya.

Staf Ahli Bupati Gianyar I Wayan Suamba mengakui hal itu. Kata dia, predikat itu setelah Gianyar mengajukan hasil kebudayaan bidang kerajinan.7k16

Komentar