nusabali

Musik Inovatif Perlu Apresiasi, Bali Harus Punya Festival Musik Internasional

Ketika Balawan dan Gus Teja Menghentak Panggung Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-5 Tahun 2023

  • www.nusabali.com-musik-inovatif-perlu-apresiasi-bali-harus-punya-festival-musik-internasional

Menurut Balawan ukuran sukses karena sering manggung di Bali membuat musisi tidak berkembang dan masyarakat menganggap tidak ada kelasnya

DENPASAR, NusaBali
World Music adalah persembahan pergelaran musik yang menggabungkan instrumen tradisional dan modern untuk menghasilkan perpaduan khas yang unik, sehingga menghasilkan harmoni nada yang indah. Dalam agenda Carnival of Music Bali Jani-World Music serangkaian Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-5 tahun 2023 persembahan dari Sanggar Rareangon Sejati hadirkan dua musisi ternama tidak saja nasional bahkan di kancah dunia.

Mereka adalah I Wayan Balawan dan Gus Teja yang dikenal kelihaiannya meracik musik modern dengan instrumen tradisional sehingga enak dinikmati. Balawan tampil menyajikan berbagai teknik petikan gitar andalannya serta Gus Teja sukses memanjakan telinga dengan alunan suling saktinya.

Bertempat di Panggung Terbuka Madya Mandala, Taman Budaya Bali, Sabtu (22/7) malam, kedua musisi ini disaksikan langsung Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ni Wayan Sulastri, para kurator, pengamat serta  ratusan penonton. Diawali penampilan Balawan bersama bandnya, beberapa lagu disajikan membuat malam itu penuh cita rasa harmoni nada musik yang memadukan gamelan Bali yang menghasilkan karya kaya genre. Bahkan, Balawan mengajak anaknya ikut ambil bagian pentas di atas panggung membawakan sebuah lagu. Usai pementasan, Wayan Balawan mengapresiasi adanya ruang yang diberikan dalam ajang FSBJ kali ini.

“Bicara musik inovatif di Bali sebenarnya sudah banyak yang tampil ke publik, namun masalahnya support yang kurang ada di Bali, yaitu perlunya ada konser apresiasi, yang selama ini hanya konser yang sifatnya hiburan, kita diserbu artis luar, kita hanya dijajah, belum ada keinginan musisi Bali biar bisa menjajah keluar. Hebat-hebatnya band cukup di Bali, bagaimana kita bisa bicara di luar pulau atau negara,” ungkap musisi asal Desa Batuan, Gianyar ini. Menurutnya, ukuran sukses karena sering manggung di Bali membuat musisi tidak berkembang dan masyarakat menganggap tidak ada kelasnya.


“Di Bali ada yang kurang, tadi kita ngobrol dengan Gus Teja, kita sepakat lebih baik sedikit orang yang nonton ketimbang banyak orang tapi tidak jelas mereka mengapresiasi karya atau tidak. Kita butuhkan penonton serius ketimbang ribuan orang nonton tapi ribut asyik main gadget, tidak jelas, kan lebih baik yang nonton seratus orang tapi benar-benar serius menonton, ya semua ini perlu proses dan memang tidak mudah untuk mencapai itu semua,” ujarnya. "Jadi bikin di Bali ini ada festival world music, kalau saya ibaratkan Bali harus punya festival kelas internasional yang konsisten, sehingga lama-lama apresiasi masyarakat terbiasa, padahal tidak susah, kalau mau kita bisa gandeng dengan kedutaan misalnya,” terangnya.  

Sementara itu, Gus Teja yang kerap manggung di berbagai event internasional dengan memainkan nada-nada hangat dengan suasana di pedesaan dan ada efek-efek air yang mengalir dengan sulingnya, sejalan dengan tema yang diusung pada FSBJ ke-5, yaitu 'Bahari Sumber Inspirasi'. Gus Teja mengajak penonton larut dalam suasana musik yang meluluhkan jiwa pendengarnya. Karya-karya tenar Gus Teja seperti Rhythm of Paradise (2009), Fluet for Love (2011), Ulah Egar (2015) kemudian Sundara (2017) adalah karya-karya laris yang menghiasi panggung-panggung festival tidak saja nasional bahkan internasional. Karyanya begitu kental dan unik terutama bagaimana Gus Teja meramu komposisi suling dengan gamelan dan alat musik lainnya.

“Beragam etnik baik musik dan gamelan Bali maupun gamelan Nusantara luar biasa bagusnya, nah kekayaan itu saya coba hadirkan sehingga msik ini mampu dinikmati dengan enak,” ungkap Gus Teja di sela pementasanya. 7 cr78

Komentar