nusabali

Dihantam Gelombang, Truk Terguling dalam Kapal

Cuaca Buruk Juga Sebabkan Jukung Nelayan Tenggelam

  • www.nusabali.com-dihantam-gelombang-truk-terguling-dalam-kapal

NEGARA, NusaBali - Cuaca buruk di perairan Selat Bali kembali mengganggu aktivitas penyeberangan lintas Pelabuhan Ketapang - Gilimanuk.

Dalam waktu hampir bersamaan pada Sabtu (22/7) malam, terjadi dua insiden truk terguling di dalam kapal yang tengah berlayar di Selat Bali.

Insiden truk terguling itu, terjadi di dua kapal berbeda, yakni KMP Gerbang Samudera V dan KMP Tunu Pratama Jaya. Selain insiden truk terbalik di kapal, cuaca buruk di perairan Jembrana juga menyebabkan peristiwa jukung nelayan terbalik dan tenggelam.

Dari informasi yang dihimpun, insiden truk terguling pertama terjadi di KMP Gerbang Samudra V. Kejadian bermula saat kapal yang dinakhodai oleh kapten Supriyadi itu bertolak dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang pada, Sabtu malam pukul 21.15 Wita. Namun saat kapal tengah melintasi perairan Selat Bali pada pukul 21.50 Wita, kapal tiba-tiba dihantam gelombang tinggi.

Akibat hantaman gelombang tersebut, KMP Gerbang Samudra V oleng dan menyebabkan salah satu truk di geladak kapal, yakni truk nopol T 9312 DF, terguling ke kiri.

Selain menimpa truk nopol DK 8162 FZ yang berada di sebelah kiri, truk nopol T 9312 DF bermuatan asbes itu juga diketahui sempat terpental ke kanan dan menyenggol bagian samping kiri truk tronton nopol P 9615 UR yang berada di sebelah kanan truk maut tersebut. Sementara insiden truk terguling yang kedua terjadi di KMP Tunu Pratama Jaya pada pukul 22.30 Wita atau berselang 40 menit setelah kejadian serupa di KMP Gerbang Samudra V. Awalnya, KMP Tunu Pratama Jaya yang bermuatan 5 truk tronton, 3 truk besar, dan 2 truk sedang, itu bertolak dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk pada pukul 20.50 WIB atau 21.50 Wita.

Saat melintas di tengah perairan Selat Bali, kapal yang dinakhodai oleh kapten Agus Slamet itu juga dihantam gelombang tinggi. Alhasil kapal yang sempat oleng itu juga membuat salah satu truk, yakni truk nopol DR 8295 AT terguling atau roboh ke kiri. Berbeda dengan kejadian yang pertama, dalam insiden tergulingnya truk nopol DR 8295 AT yang penuh dengan muatan teh kemasan di geladak KMP Tunu Pratama Jaya itu tidak sampai menimpa kendaraan lain.

Koordinator Satuan Pelayanan (Korsatpel) Badan Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Pelabuhan Gilimanuk, I Nyoman Agus Sugiarta, Minggu (23/7) mengatakan, tidak ada korban jiwa maupun korban luka dari dua insiden truk terguling dalam dua kapal berbeda itu. Menurutnya, kedua insiden truk terguling dalam kapal itu sama-sama terjadi karena gangguan gelombang tinggi yang datang secara tiba-tiba di tengah perairan Selat Bali. "Karena gelombang tinggi," ujar Agus Sugiarta.

Dia mengatakan, sejatinya seluruh muatan truk di dua kapal itu sudah di-lashing atau diikat tali pengaman. Namun karena gangguan cuaca ditambah beban muatan truk yang terlalu berat, tali lashing kedua truk itu putus sehingga akhirnya terguling atau roboh. "Sudah di-lashing. Tetapi tali lashing putus, tidak kuat karena beban muatan truk yang terlalu berat," ucap Agus Sugiarta. Begitu menerima laporan peristiwa itu, Agus Sugiarta mengaku kedua kapal sudah langsung diarahkan sandar untuk bongkar muat termasuk evakuasi muatan di masing-masing pelabuhan tujuan.

Untuk evakuasi muatan KMP Gerbang Samudra V itu dilakukan di wilayah Ketapang. Sementara evakuasi muatan KMP Tunu Pratama Jaya dilakukan di wilayah Gilimanuk. "Sudah dievakuasi. Mengenai maslah kerusakan kendaraan, semua dicover asuransi," kata Agus Sugiarta.

Dalam menghadapi cuaca buruk akhir-akhir ini, Agus Sugiarta mengaku, terus memantau perkembangan cuaca di Selat Bali dan mengingatkan agar nakhoda lebih berhati-hati saat berlayar. Di samping itu, juga diingatkan kepada perusahaan kapal agar terus mengimbau penumpang agar menunggu di tempat penumpang dan mengikat kendaraan, terutama truk bermuatan berat. "Kita selalu ingatkan masalah keselamatan. Kalau terjadi cuaca buruk yang membahayakan atau tidak memungkinkan untuk melakukan pelayaran, kita akan segera koordinasi untuk menunda pelayaran," pungkas Agus Sugiarta.

Cuaca buruk di perairan Jembrana juga menyebabkan sebuah jukung yang berisi 2 orang nelayan asal Banjar Kombading, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, terbalik dan tenggelam di tengah laut perairan Rambutsiwi, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Sabtu (22/7) sore. Beruntung kedua korban, Wagiyo Susanto,53, dan Sugianto,60, berhasil selamat. Mereka berusaha berenang sambil memegang pelampung gabus atau styrofoam hingga sampai ke tepi pantai.

Foto: Dua korban jukung tenggelam Wagiyo Susanto,53, dan Sugianto,60, saat dievakausi ke Mapolsek Mendoyo, Sabtu (22/7) malam.

Dari informasi yang dihimpun NusaBali, insiden jukung tenggelam itu berawal ketika kedua korban berangkat dari Pantai Pengambengan pada, Sabtu pagi pukul 09.00 Wita, dan hendak mencari ikan ke wilayah Jimbaran, Badung. Mereka menggunakan jukung atau perahu fiber berwarna kuning yang bertuliskan ‘Manis Manja’, dan berangkat bersama dengan satu temannya bernama Ersad Fauzi,40, yang membawa perahu lain.

Setelah berlayar selama beberapa jam pada pukul 14.00 Wita, kedua korban bersama rekannya tersebut tiba di perairan laut Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Namun karena melihat cuaca buruk dan ombak besar, mereka pun memutuskan untuk balik arah menuju Pengambengan. Saat balik itu, rekannya Ersad Fauzi,40, yang membawa perahu sendiri, berada di depan dan disusul perahu yang dibawa kedua korban.

Namun sebelum tiba di Pengambengan, tepatnya memasuki perairan Rambutsiwi sekitar pukul 15.00 Wita bagian katir perahu yang dibawa korban tiba-tiba lepas karena dihantam ombak. Lepasnya bagian katir itu membuat perahu yang dibawa kedua korban terbalik. Ketika perahu mereka terbalik dan akhirnya tenggelam di tengah laut dengan jarak sekitar 1 mil dari tepi Pantai Rambutsiwi itu, kedua korban yang sudah menceburkan diri sambil memegang gabus atau styrofoam box tempat ikan berusaha berenang untuk menepi.

Alhasil, setelah terus berusaha berenang dan terombang-ambing dengan pelampung gabus selama 4 jam, mereka pun berhasil sampai tepi pantai Rambutsiwi pada pukul 19.00 Wita. Namun karena tidak melihat ada orang di pantai setempat, kedua korban melanjutkan berjalan kaki menyusuri tepi pantai menuju arah barat. Setelah sampai di Pantai Tembles, Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, akhirnya kedua korban bertemu dengan warga setempat dan meminta bantuan baju pengganti sambil menceritakan insiden yang mereka alami.

Selanjutnya warga yang diminta bantuan oleh kedua korban itu, langsung menghubungi Kepala Kewilayahan atau Kelian Dinas Banjar Tembles. Laporan itu lalu dilanjutkan kepada Bhabinkamtibmas Desa Penyaringan yang kemudian menghubungi pihak Polsek Mendoyo dan selanjutnya mengevakuasi kedua korban ke Mapolsek Mendoyo.

Kapolsek Mendoyo Kompol I Putu Suarmadi saat dikonfirmasi Minggu (23/7), mengatakan kedua korban yang mengalami insiden perahu tenggelam itu, berhasil selamat dalam kondisi sehat. Setelah dievakuasi ke Mapolsek Mendoyo, temuan dua nelayan asal Desa Pengambengan itu langsung dikoordinasikan ke pihak Satpolairud Polres Jembrana. 7 ode

Komentar