nusabali

Teater Keliling Angkat Kekayaan Nusantara di Panggung Ksirarnawa

  • www.nusabali.com-teater-keliling-angkat-kekayaan-nusantara-di-panggung-ksirarnawa

DENPASAR, NusaBali - Teater Keliling mempertontonkan kekayaan laut Nusantara dalam bentuk drama, tari, musik dan dialog-dialog yang jernih pada Festival Seni Bali Jani V/2023 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa (18/7) malam.

Pementasan teater berbasis di ibukota mengangkat judul 'Lenggang Bahari Cerlang Negeri', berusaha membangun kesadaran akan kebesaran Nusantara. 

Sebelum pementasan, sang sutradara Rudolf Puspa mengawali dengan sedikit dialog 'orasi’ menyapa penonton yang hadir malam itu. “Selamat malam, silakan duduk, apa kabar bapak ibu, hari ini baik-baik kah,” ucap Rudolf yang menghampiri beberapa penonton di kursi merah Gedung Ksirarnawa.

Rudolf menyinggung kehidupan kekinian yang sebagian besar dihabiskan menggunakan alat komunikasi smartphone. ”Dunianya sibuk, tak peduli dengan di sebelah kita apa yang terjadi, sekarang orang-orang sibuk  dihabiskan dengan megang HP, dunia dalam genggaman,” ujarnya.

Rudolf mengatakan bahwa kehadirannya kali ini di Bali sungguh luar biasa, berbagai cerita bisa diungkap dalam latar peran teater. ”Saya baca bukunya Pak Prof Dibia, tentang Cak, sungguh bagus, dan saya coba menangkap pesan Cak bisa diperankan disajikan di berbagai tempat, termasuk garapan saya malam ini,” ucapnya. 

Drama yang disutradarai Rudolf Puspa, berkisah tentang kehidupan tokoh Insan Kamil yang lumayan panjang, dari masa muda hingga masa di mana ia menemukan kematangan hidup.

Insan Kamil yang masih muda memiliki sifat heroik namun tak punya cita-cita besar. Tokoh ini kemudian memasuki tahap hidup di mana ia mulai bisa meresapi kehidupan yang penuh kasih namun masih belum mampu memberi kasih kepada sekitarnya. Selanjutnya adalah Insan Kamil yang dikisahkan telah memiliki kecerdasan yang melebihi manusia pada umumnya.

Pertunjukan Teater Keliling ini mendapat sambutan meriah dari penonton termasuk Nyonya Putri Suastini Koster dan budayawan seperti Prof Made Bandem, Prof Wayan Dibia dan penonton yang memadati hampir 70 persen Gedung Ksirarnawa itu.

Tahap-tahapan kehidupan Insan Kamil ini digarap dalam seni pertunjukan yang penuh warna. Tari dan musik digarap dengan sungguh serius sehingga drama itu di beberapa sisi terkesan seperti opera. 

Dialog-dialognya kadang dibangun dengan kalimat dan ungkapan jenaka, kadang juga diisi dengan pesan dan petuah-petuah yang serius dan terkesan formal. Melalui tokoh Insan Kamil, Teater Keliling membangun kesadaran tentang kebesaran Nusantara dengan kekayaan bahari yang melimpah. 

Awalnya ia adalah tokoh yang tak begitu peduli, namun seorang tokoh lain yang mirip peri, membawanya pada peristiwa-peristiwa-peristiwa tak biasa.

Antara lain, ia dibawa bertemu dengan ibu dan bapak hingga ibu moyangnya, melalui mimpi-mimpi yang semakin menggugah kesadarannya. Dari ibu dan bapaknya ia mendengar petuah-petuah tentang kebesaran negeri bahari bernama Nusantara. 

Insan Kamil pun akhirnya menyadari bahwa ia sedang hidup di sebuah negeri yang memiliki warisan sejarah yang panjang. Warisan perjuangan para raja, senopati dari Kerajaan Majapahit, Singosari, dan Sriwijaya untuk merebut jalur maritim.
 
Namun di akhir cerita, ketika Insan Kamil menyadari sepenuhnya, dan ia berjanji akan merawat bahari Nusantara dengan sebaik-sebaiknya, ia justru ditinggalkan oleh kekasih yang dicintainya karena selama ini kekasih itu ternyata hanya bayang-bayang. 7 cr78

Komentar