nusabali

Jalan Tol Gabeng, Warga Antosari Resah

  • www.nusabali.com-jalan-tol-gabeng-warga-antosari-resah
  • www.nusabali.com-jalan-tol-gabeng-warga-antosari-resah

Warga menegaskan mendukung program pemerintah, termasuk jalan tol, namun diharapkan proses tidak terlalu lama. Apalagi lahan mereka telah diukur dan dipatok.

TABANAN, NusaBali
Keresahan warga Antosari, Desa Antosari Kecamatan Selemadeg Barat terkait gabengnya proyek Jalan Tol Mengwi-Gilimanuk berujung bentangkan spanduk pada Rabu (19/7). Pemasangan dilakukan di Jalan Umum Jurusan Antosari - Pupuan tepatnya di bagian lahan yang dipatok penanda tol bakal dibangun. 

Aksi bentangkan spanduk dilakukan oleh perwakilan warga sekitar 10 orang dari Banjar Gulingan, Desa Antosari sekitar pukul 10.00 Wita. Bahkan pemasangan spanduk turut diamankan personel Polsek Selemadeg Barat. Pada intinya aksi bentangkan spanduk dilakukan meminta kejelasan pembangunan tol itu supaya warga tidak resah. 

Koordinator warga terdampak jalan tol, I Wayan Suriawan mengatakan pemasangan spanduk yang dilakukan pada intinya meminta kejelasan proyek tol. Sebab warga merasakan pengerjaan tol tersebut tidak jelas sejak dilakukan pertemuan empat bulan lalu dalam agenda inventaris. "Kami juga sudah melayangkan surat sekitar dua  minggu lalu ke Gubernur Bali Wayan Koster dan belum ada jawaban. Makanya kami bentangkan spanduk," jelasnya. 

Disebutkan pada dasarnya warga Antosari sangat setuju dan mendukung program pemerintah terkait proyek tol. Namun jangan sampai digantung terlalu lama mengenai informasi pengerjaan. "Apalagi terkait proyek tol telah menjalani proses inventaris baik rumah, sawah, ladang. Karena sekarang proyek belum jelas, jika kami tanami sawah kami, kemudian renovasi rumah kami yang bocor apa itu nanti dapat dana kompensasi atau lagi dilakukan investaris ulang. Itu belum kami dapat jawaban pasti dari pihak terkait," beber Suriawan. 

Dia menyebutkan khusus di Banjar Gulingan ada 50 KK yang terdampak seluas 45 hektar. Kawasan di Banjar Gulingan memang banyak terdampak karena sesuai rencana di Antosari yang menjadi simpang susun atau gerbang tol bukan di wilayah Soka (Kecamatan Selemadeg).

"Kami sudah wanti-wanti tol Gilimanuk terus disebut-sebut tol Gilimanuk, Pekutatan, Soka, dan Mengwi. Padahal ini wilayah Antosari, Soka itu jauh 5 kilometer ke arah selatan. Takutnya nanti ketika Pintu Gerbang Tol dibuat disebut Soka padahal wilayah Antosari," keluhnya. 

Sebelumnya Perbekel Antosari I Wayan Widhiarta membenarkan keresahan tersebut. Ada tiga banjar di Desa Antosari yang resah yakni Banjar Uma Seko, Banjar Petiles, dan Banjar Gulingan. "Mereka memang beberapa kali datang ke kantor desa menanyakan kejelasan itu. Tapi karena kewenangan untuk menyampaikan hal tersebut bukan di desa. Akhirnya hasil koordinasi dengan pemerintah daerah diputuskan mengirim surat ke Gubernur Bali. Surat dikirim sudah 15 hari lalu kalau tidak salah," akunya. 

Dia menegaskan pada dasarnya warga mereka setuju akan program pemerintah termasuk jalan tol namun diminta jangan terlalu lama. Apalagi lahan mereka telah diukur dan dipatok. Kalau misalnya jalan tol jadi maka ketika mereka bercocok tanam akan rugi. Termasuk tumbuhan dan pohon yang tumbuh di lahan mereka sudah didata. Dan bila mau dijual sekarang otomatis tidak mendapat kompensasi. 

Tak hanya itu yang lebih parah memberatkan warganya adalah bagi mereka yang rumahnya rusak karena musim hujan ini bila diperbaiki sekarang dan tol jalan makan nantinya akan menjadi persoalan. "Kemudian permasalahan yang baru ditemui warga tidak bisa menjadikan sertifikatnya jaminan bank. Intinya warga ini minta kejelasan jawaban. kalau tol jalan ya jalan, kalau tidak ya beri jawaban," kata Widhiarta. 

Untuk itu selalu perwakilan masyarakat desa tetap akan menjembatani terkait keresahan tersebut. "Memang sudah sempat kami koordinasi ke pemerintah daerah namun memang belum mendapat jawaban. Intinya kita akan tetap dampingi koordinasi warga kami," tandasnya. 7des

Komentar