nusabali

TKRPP-PDIP Kumpulkan Pendukung Ganjar dalam Diskusi

  • www.nusabali.com-tkrpp-pdip-kumpulkan-pendukung-ganjar-dalam-diskusi

JAKARTA, NusaBali - Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres PDI Perjuangan (TKRPP-PDIP) Ahmad Basarah menegaskan, partai pendukung Bacapres Ganjar Pranowo membuka diri untuk senantiasa bekerjasama dengan elemen-elemen masyarakat luas, terutama organ yang tergabung dalam relawan pendukung Ganjar Pranowo.

Menurut Basarah, PDIP, PPP, Perindo, Hanura dan organ relawan harus menyatukan gerakan dalam menyusun pemenangan Ganjar Pranowo.

Salah satunya, melalui dialog interaktif terbuka 'Kenapa Ganjar Pranowo Capres Terbaik Penerus Jokowi' yang digelar di Rumah Aspirasi Relawan di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Sabtu (8/7/2023). Diskusi itu menghadirkan nara sumber Waketum PPP H Rusli Effendi, Ketum Bamusi yang juga Ketua DPP PDIP Prof. Hamka Haq, serta Ketua Alumni UI Garda Pancasila Sony Danang Caksono. Hadir pula puluhan perwakilan dari organ relawan Ganjar yang mendapat briefing dari Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto.

Menurut Basarah, berkumpulnya parpol pendukung Ganjar dan organ relawan harus dijadikan momentum dalam menyusun taktik dan stategi sesuai segmentasi pemilih di Pilpres 2024. "Di tempat ini kami menjalin komunikasi, koordinasi, bertemu, berkumpul, berdiksusi, sharing informasi menyusun taktik dan strategi sesuai dengan segmentasi yang dipilih oleh masing-masing organ relawan. Mereka memilih segmentasi pemilih pemula misalnya dari generasi Z, milenial. Ada yang khusus menggarap pemilik emak-emak, kemudian buruh, tani, nelayan dan lain sebagainya," kata Basarah saat membuka diskusi.

Ketua DPP PDIP ini mengatakan, antara organ relawan dengan partai politik tentu berbeda latar belakang pembentukannya dan latar belakang tujuannya. Parpol diatur sesuai dengan undang-undang partai politik. Sementara organ relawan adalah sebuah komunitas masyarakat yang bersifat mandiri, independen dan kreatif.

Namun, Basarah menyakini bahwa perbedaan itu justru diikat oleh satu persamaan yaitu sama-sama ingin mengantarkan Ganjar Pranowo sebagai Presiden ke-8 RI. "Persamaan itulah yang mempertemukan kita semua. Persamaan itulah yang kemudian membangun sinergitas, maka kegiatan semacam ini bukan hanya pada hari ini dilakukan, tapi hampir setiap hari," ucap Basarah.

Wakil Ketua MPR RI ini mengatakan, dalam dialog bisa muncul pemikiran-pemikiran yang rasional, dan objektif 'Mengapa harus Ganjar Pranowo yang melanjutkan dan akselerasi pembangunan-pembangunan yang telah ditorehkan oleh Presiden Jokowi selama 2 periode'. Alasannya, kata dia, Ganjar punya dimensi yang bersifat humanisme.

Apalagi kehidupan keluarganya harmonis, bersama istrinya Hj Atiqoh dan juga putranya yang menggambarkan sebuah rumah tangga yang ideal dalam struktur sosial masyarakat. "Kemudian Mas Ganjar lahir juga dari seseorang keluarga kebanyakan," terang Basarah. 
Artinya, lanjut Basarah, sama seperti rakyat biasa. Bukan dari kalangan bangsawan, bukan anak jenderal, bukan anak orang-orang elite di republik ini. "Dia anak seorang purnawirawan Polri berpangkat biasa, anak kolong dan sebagainya," kata Basarah. Bagi Basarah, demokrasi telah membuktikan, rakyat biasa dengan sistem demokrasi yang digunakan dapat menghantarkan orang biasa menjadi pemimpin bangsa Indonesia.

Hal ini terjadi pula pada Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Presiden Jokowi juga lahir dari rakyat kebanyakan seperti kita. Kita bersyukur dari buah karya Ibu Megawati Soekarnoputri telah lahir pemimpin bangsa yang lahir dari rakyat Indonesia," jelas Basarah.

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Rusli Effendi mengungkapkan, tiga alasan partainya mantap mendukung Ganjar di Pilpres 2024. Pertama, dari sisi personal. Ganjar adalah sosok pemimpin yang berproses dari kemasyarakatan, DPR RI dan menjadi gubernur sehingga memiliki kompetensi, kapasitas dan aksebilitas yang menarik bagi PPP.

Ganjar juga sebagai tokoh yang berjiwa milenial dengan segala inovasi serta membuat perubahan ketika memimpin Jawa Tengah (Jateng) selama dua periode. Di Jateng, Ganjar banyak melakukan inovasi serta pembaharuan-pembaharuan. "Kalau istilah saya, beliau bisa melakukan otonomi daerah berbasis digitalisasi. Ini menarik untuk Indonesia yang punya bonus demografi," terang Rusli.

Kedua, sisi historis, Rusli mengungkapkan peristiwa di tahun 1997. Kata dia, saat itu muncul Mega-Bintang yang merupakan sejarah dari PDIP dan PPP. Rusli menyebut, kerjasama PDIP dan PPP bukan baru kali ini saja dibangun. Namun, telah terjadi sejak tahun 1997 yang akhirnya muncul reformasi. "Dan itu Bu Mega punya komitmen ketika jadi presiden, wakilnya Hamzah Haz. Ini fakta sejarah. Kedua, kerja sama lagi di Jateng Pak Ganjar sama Gus Yasin, PDIP dan PPP. Karena itu kerjasama ini harus dilanjutkan menjadi presiden dan wakil presiden. Semoga wakilnya dari PPP," ucap Rusli.

Yang ketiga, alasan kultural. Rusli mengatakan, Ganjar terlahir dari kultur Nahdlatul Ulama (NU). Kata dia, istrinya, Siti Atiqoh Supriyanti merupakan anak dari tokoh kiai NU yang juga pengurus PPP Purbalingga, Akhmad Musodik Supriyadi. "Jadi kedekatan emosional ini sudah sangat panjang, karena itu bagi PPP, Pak Ganjar Pranowo adalah persaudaraan meskipun tidak ada pertalian darah. Jadi ini kultur," ucap Rusli.

Rusli menambahkan, Indonesia merupakan negara yang besar sehingga harus dipimpin oleh sosok yang berkualitas dan memikirkan masa depan bangsa serta meneruskan perjalan yang sudah dibuat oleh Presiden Jokowi. "Karena itu orang yang memimpin Indonesia kedepan, nasionalisnya tidak perlu pertanyakan. Religiusnya juga tak perlu kita pertanyakan, semuanya ada pada Ganjar Pranowo," jelas Rusli. k22

Komentar