nusabali

Optimistis Ekspor Mangga Bakal Melejit

Kementan Ajak Perangi Lalat Buah

  • www.nusabali.com-optimistis-ekspor-mangga-bakal-melejit

JAKARTA, NusaBali - Kementerian Pertanian meningkatkan penggunaan pupuk kompos dan organik dengan bahan ramah lingkungan dalam penyuburan tanaman. Salah satunya dengan penggunaan pestisida serta insektisida yang ramah lingkungan dalam pengendalian lalat buah.

Selain menyebabkan kerugian karena merusak buah, jenis lalat ini juga menjadi perhatian pihak karantina pertanian di dalam dan luar negeri terkait persiapan ekspor sebab dapat menggagalkan potensi besar ekspor terutama pada musim panen September-November.Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan membuat berbagai langkah preventif dalam mengurangi risiko serangan lalat buah seperti memberikan edukasi, pengawalan, dan Reaksi Tanggap Cepat (RTC) pada tanaman bergejala serangan.

"Ingat, hambatan utama menembus pasar mangga ke luar negeri adalah lalat buah. Ke negara Jepang dan Korea Selatan, misalnya. Oleh karena itu, kita harus bersatu dan kompak menyelesaikan masalah tersebut,"ujar Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis, seperti dilansir detikcom, Selasa (27/6).

Mangga Gedong Gincu dan Arumanis menjadi jenis mangga yang banyak dibudidayakan. Diketahui banyak pengusaha memiliki minat tinggi untuk mengekspor mangga tersebut seiring dengan harganya yang cukup bersaing di pasar luar negeri.

"Kami terus berupaya meningkatkan daya saing hortikultura dari sisi produksi dan produktivitas melalui sistem pertanian modern yang ramah lingkungan. Proses ekspor mangga ke beberapa negara masih terhambat oleh serangan lalat buah. Masalah ini harus clear and clean. Lalat buah harus diatasi segera dan kita harus kerja keras lagi agar ke depannya ekspor berjalan lancar," lanjut Prihasto.

Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra melihat petani mangga umumnya masih mengendalikan lalat buah dalam skala kecil, sporadis, dan belum kompak, sehingga tingkat keberhasilannya masih kecil.

"Kita perlu berkoordinasi lebih lanjut dengan semua pihak terkait dalam pengelolaan lalat buah agar lebih terorganisir. Tentu sesuai dengan hasil penelitian dan pembuktian sebelumnya di lapangan," jelas Jekvy.

Sejak tahun 2019, Direktorat Jenderal Hortikultura telah menjadi salah satu pelaksana proyek Pengelolaan Lalat Buah Skala Luas pada Tanaman Mangga bersama BSIP Buah Tropika dan Tim Kerja Sama Indonesia-Australia.

Pemimpin proyek kerja sama Indonesia-Australia dan Principal Entomologist Queensland Government Stefano De Faveri mengungkapkan sejak pertengahan 2019 hingga saat ini, populasi lalat buah yang masuk ke perangkap pemantauan masih konsisten di bawah 1 ekor per perangkap dalam 1 hari.

"Melalui upaya terpadu dan utuh dengan memasang Metil Eugenol Wooden Block, pemasangan perangkap yang dipantau secara rutin, aplikasi umpan protein beracun sejak buah terbentuk, sanitasi terhadap buah busuk yang terindikasi terserang lalat buah, dan pemetaan lokasi, kita sudah membuktikan dapat menurunkan populasi lalat buah hingga mencapai di bawah 1 per perangkap per hari," tutur Stefano.

Ketua Antar Petani Mangga Kertamulya (APMK) Majalengka Elvan mengaku senang karena penerapan teknologi pengelolaan lalat buah dalam skala luas membuat serangan lalat buah di kampung mangga menurun secara signifikan.

"Sebelumnya, kami juga kurang yakin. Namun karena keinginan menyelesaikan masalah lalat buah ini begitu kuat, maka kami coba dan alhamdulillah ternyata berhasil. Mangga dari kelompok kami juga diakui bagus-bagus dan sedikit sekali yang BS atau ditolak," ungkap Elvan.

Penerapan pengelolaan lalat buah skala luas pada tanaman mangga menjadi harapan besar untuk kebangkitan ekspor mangga di masa mendatang.

Pemerintah dalam hal ini Kementan sangat optimis jika masalah lalat buah selesai maka ekspor mangga Indonesia dapat melejit. Kementan berencana untuk mengedukasi petani milenial agar tak hanya memahami proses produksi saja, namun juga menyeluruh ke proses agribisnis hingga mekanisme ekspor.*

Komentar