nusabali

Buleleng-Jembrana Risiko Tinggi Kekeringan, Juli-Agustus Diprediksi Puncak Musim Kemarau di Bali

  • www.nusabali.com-buleleng-jembrana-risiko-tinggi-kekeringan-juli-agustus-diprediksi-puncak-musim-kemarau-di-bali

BPBD Provinsi Bali menyiapkan sistem peringatan dini bahaya kebakaran lahan dan kekeringan akibat iklim El Nino yang bersumber dari data BMKG.

DENPASAR, NusaBali
Dua wilayah di Bali, yakni Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana, masuk wilayah kategori tinggi yang berpotensi mengalami kekeringan akibat keberadaan iklim El Nino pertengahan tahun ini. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin menyampaikan secara umum potensi bahaya kekeringan di wilayah Bali kategori sedang, kecuali di dua wilayah kabupaten tersebut. Menurut data BPBD Bali, di Kabupaten Buleleng terdapat lahan seluas 136.473 hektare yang berpotensi mengalami kekeringan. 

Rinciannya, 26.799 hektare merupakan luasan lahan yang berpotensi tinggi mengalami kekeringan. Selebihnya memiliki risiko sedang. Di Kabupaten Jembrana, terdapat lahan seluas 84.180 hektare yang berpotensi mengalami bencana kekeringan akibat memanasnya permukaan air laut di Samudera Pasifik. Di antara itu 26.799 hektare berpotensi tinggi mengalami kekeringan dan selebihnya masuk kategori sedang. 

"Prakiraan curah hujan bulan Agustus secara umum hampir di seluruh wilayah Bali curah hujannya dalam kategori rendah, dengan sifat hujan secara umum bawah normal, dengan artian curah hujan di bulan Agustus diprakirakan lebih rendah dari biasanya," jelas Rentin kepada NusaBali, Rabu (14/6). Rentin mengungkapkan, El Nino diprediksi mulai terjadi di akhir Juli 2023, namun secara normal di bulan Juli-Agustus kecenderungan di sebagian besar wilayah Bali memang sedang dalam kondisi puncak musim kemarau.

Lebih lanjut dikatakan, antisipasi yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengurangi dampak kekeringan tahun ini di antaranya penyediaan sumber air alternatif, pembuatan embung, dan sosialisasi kepada para petani untuk menanam jenis tanaman atau varietas tanaman yang tahan kekeringan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan. 

Selain itu BPBD Bali menyiapkan sistem peringatan dini bahaya kebakaran lahan dan kekeringan akibat El Nino bersumber dari data BMKG yang selanjutnya didiseminasi melalui jaringan komunikasi radio dan telepon di BPBD kabupaten/kota se-Bali dan relawan. Selain itu disosialisasikan pula peta bahaya kekeringan.


"Bagi masyarakat di daerah-daerah dengan peluang curah hujan rendah, perlu melakukan langkah antisipasi seperti budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan, dan semak," tambah Rentin. Dari sisi personel dan armada, Rentin mengatakan BPBD Bali dan Kabupaten/Kota siap dengan mobil tangki air sebanyak 7 mobil (provinsi 3 mobil). 

Tiap kabupaten/kota memiliki 1 unit (Karangasem, Buleleng, Bangli, Denpasar) ditambah dengan mobil pemadam di masing-masing kabupaten/kota se-Bali. Sementara itu dukungan Tim Reaksi Cepat (TRC) se-Bali berjumlah 220 orang personel ditambah dengan relawan.

El Nino juga diperkirakan meningkatkan potensi kedatangan beberapa penyakit seperti mual, muntah, pusing, dan batuk/pilek. Karena itu, masyarakat diiimbau mengkonsumsi air mineral diimbangi dengan buah dan sayur untuk mengurangi efek dehidrasi dan menurunnya daya tahan tubuh. 

Selain itu Rentin juga mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap radiasi sinar matahari dengan menggunakan pelindung agar tidak terpapar langsung sinar matahari, seperti tabir surya, topi, payung, atau jaket saat melakukan aktivitas di luar ruangan. 

Sebelumnya Kepala Wilayah III Denpasar BBMKG (Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho juga mengungkapkan kemarau di wilayah Kabupaten Buleleng paling kering dibandingkan dengan wilayah lainnya di Bali karena hampir seluruh wilayah Buleleng berada di lokasi bayangan hujan. 

Daerah bayangan hujan di Buleleng terjadi karena terhalang dataran tinggi yang membentang dari timur hingga barat wilayah Buleleng. Topografi ini menjadi penghambat embusan angin yang membawa curah hujan datang dari Bali selatan. Cahyo pun mengimbau masyarakat di wilayah Buleleng mempersiapkan diri dengan matang untuk menghadapi musim kemarau tahun ini. "Meski tidak termasuk kemarau panjang, namun tetap harus diantisipasi," ujarnya. 7 cr78  

Komentar