nusabali

Nasib Gedung Robinson, Dibiarkan Terbengkalai atau Bikin Konsep Baru

Pasca Tutupnya Ramayana Robinson (Mal Denpasar) di Jalan PB Sudirman, Jantung Kota Denpasar

  • www.nusabali.com-nasib-gedung-robinson-dibiarkan-terbengkalai-atau-bikin-konsep-baru

Ramayana Pusat dikabarkan tengah ada pembicaraan untuk merenovasi besar-besaran gedung yang 'terbengkalai' namun bernilai, tetapi belum diketahui bagaimana konsepnya.

DENPASAR, NusaBali
Ramayana Robinson sempat menjadi salah satu mal pilihan utama warga Kota Denpasar sebelum ambruk diterjang badai pandemi Covid-19 pada triwulan pertama 2020 silam. Gedung empat lantai yang berdiri di lahan seluas 13.934 meter persegi di Jalan PB Sudirman itu sebelumnya tidak bermerek Ramayana Robinson. Properti dengan letak strategis itu dulunya milik New Dewata Ayu, mal yang berdiri pada tahun 1989.

Kepala Divisi Humas dan Promosi Ramayana Bali, IGB Widiantara mengungkapkan properti di depan Pojok Sudirman ini dibeli oleh Manajemen Ramayana Bali pada tahun 2001 silam. Yang dibeli atau diambil alih pada waktu itu hanya properti berupa gedung, bukan merek dan Manajemen New Dewata Ayu.
Setelah diambil alih, mall legendaris ini berada di bawah bendera Ramayana Robinson dan mencapai kejayaan di periode tahun 2005-2010. Kata Widiantara, lini mode dan supermarket menjadi andalan dan daya tarik pengunjung yang didominasi kalangan menengah ke bawah.

"Ciri khas kami dari waktu ke waktu ya fashion dan supermarket dengan target pasar menengah ke bawah. Kami pun berani bersaing dengan kompetitor yang high class seperti mall di depan Ramayana Robinson (Matahari Duta Plaza)," kata Widiantara kepada NusaBali ketika dihubungi, Senin (5/6) sore. 

Sayangnya, gedung Ramayana Robinson tidak mampu menopang tingginya minat warga kota dari waktu ke waktu. Jelas Widiantara, gedung yang ada hingga saat ini sudah terlalu tua untuk mengimbangi perkembangan dunia retail. Di samping itu, gedung empat lantai itu juga memiliki sistem tua yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Kata Widiantara, konstruksi bangunan yang sudah ketinggalan zaman membuat pengunjung dan tenant undur diri. Selain itu, Ramayana Robinson juga sempat terkendala sistem pendingin yang memakai teknologi lama semacam cooling tower. Sampai akhirnya pernah diganti menjadi floor standing AC. "Tetapi baik pengunjung dan tenant ternyata kurang puas dengan sistem pendingin itu. Akhirnya sedikit demi sedikit tenant keluar dari Ramayana Robinson," terang Widiantara.

Situasi pun diperparah ketika pandemi Covid-19 datang yang akhirnya membuat Ramayana Robinson tutup berkepanjangan hingga detik ini. Ada satu tenant besar yang masih bertahan hingga Mei 2023, yakni McDonald's namun akhirnya juga pamit setelah kontrak habis. Di samping itu, kondisi gedung yang sudah tua dan tidak terawat juga menjadi alasan. Kini Ramayana Robinson menjadi gedung tua tak berpenghuni karena sudah resmi 'mati' total usai ditinggal McDonald's. Namun demikian, area depan masih terlihat cukup hidup dipenuhi anak muda yang nongkrong saat malam hari karena masih ada tenant dari UMKM khususnya coffee shop.


"Saya sempat tanya mereka apa mau keluar juga karena McDonald's sudah keluar. Katanya sih sebentar dulu karena mereka sudah punya pelanggan loyal. Jadi, malam-malam sangat ramai di sana," imbuh Widiantara. Lalu, apa rencana selanjutnya? Lahan dan properti sudah berstatus penuh milik Ramayana, lokasi masih cukup strategis di tengah-tengah Kota Denpasar. Selain itu, dua cabang Ramayana Bali yang masih tersisa memiliki performa baik pasca pandemi. Apakah akan didiamkan saja?

Jawab Widiantara, pihak Ramayana Pusat dikabarkan tengah ada pembicaraan untuk merenovasi besar-besaran gedung yang 'terbengkalai' namun bernilai itu. Akan tetapi, memang belum diketahui secara pasti bagaimana konsep pengembangannya nanti. Yang jelas, dikatakan Widiantara, fungsinya akan tetap sama sebagai mal. 

Sementara itu, komposisi tenant juga dikabarkan berubah lantaran ada merek besar yang bakal ikut bergabung seperti Starbucks, dan hiburan seperti karaoke, bioskop, dan lainnya. Hal ini menjadi jawaban ketertinggalan Ramayana Robinson yang meskipun memiliki pangsa pasar menengah ke bawah tapi tidak menjadi cerminan kualitas penawaran.

"Kami juga sering memberikan masukan kepada pihak pusat bahwa tanah itu adalah aset sendiri bukan milik siapa-siapa. Kemudian, lokasi masih sangat strategis di jantung kota. Sayang sekali kalau hanya didiamkan," beber Widiantara.

Menurut pria yang akrab disapa Bagus ini, apabila pihak pusat berkomitmen untuk mengemas ulang Ramayana Robinson, dia yakin akan mampu bersaing dengan mal yang sedang naik daun saat ini. Lebih-lebih, dengan pangsa pasar menengah ke bawah, harga yang ditawarkan nanti bakal menjadi lebih kompetitif.

Bagus Widiantara mengklaim dua cabang Ramayana Bali, yakni Ramayana Sesetan dan Ramayana Bali Mall di Jalan Diponegoro masih menjadi primadona masyarakat. Saat libur lebaran misalnya, 80 persen pelancong domestik di Kota Denpasar dipastikan berkunjung ke Ramayana.

Harga yang ditawarkan pun disebut 30-40 persen lebih murah dari kebanyakan mal termasuk yang menyasar kalangan menengah ke atas. Untuk itu, Ramayana menancap gas memastikan menyedot sebagian besar kalangan menengah ke bawah yang menyumbang angka penjualan. "Weekdays di Ramayana itu bisa dapat kunjungan rata-rata 1.500 per hari. Itu baru hari-hari biasa. Kalau weekend, bisa 2.000 sampai 2.500 pengunjung. Soal sales belum bisalah kami bocorkan tapi dari hasil ketemu teman-teman manajer bisnis retail di Bali, kami masih yang teratas," tegas Bagus Widiantara.

Widiantara menekankan bahwa Ramayana Bali akan tetap optimis seperti biasanya. Namun demikian, dia menyadari cukup banyak yang perlu dibenahi untuk bertahan di dunia retail Pulau Dewata baik dari segi branding maupun urusan manajemen. 7 ol1

Komentar