nusabali

Properti 2016 Lebih Bergairah

  • www.nusabali.com-properti-2016-lebih-bergairah

Properti 2016 diproyeksikan lebih bergairah. Salah satu pemicunya adalah masuknya investasi asing. Beberapa kawasan sudah dibidik. Sejumlah proyek pun telah direncanakan. Kapan terealisasi? 

Menurut ia, saat ini mereka masih menunggu deregulasi, khususnya terkait paket kebijakan ekonomi tentang investasi asing. Ada beberapa regulasi yang masih ditunggu kepastiannya. Di samping aturan tentang Real Estate Invesment Trust (REIT), regulasi yang dinanti kepastiannya adalah tax amnesty, kepemillikan properti bagi warga asing, serta perizinan. Khususnya perizinan, kata Andi, yang paling ditunggu kepastiannya adalah aturan main tentang kenaikan Koefisien Luas Bangunan (KLB), zoning (zonasi kawasan pengembangan properti), serta izin mendirikan bangunan (IMB).

Andi memperkirakan selutuh regulasi tersebut tuntas pada akhir semester I atau awasl semester II – 2016. “Setelah semua tuntas, para investor asing itu segera merealisasikan investasinya,” tegas Andi seperti dicatat beritasatu.com.

Ada dua penekanan yang dilakukan sebelum dan selama realisasi investasi. Yakni jenis proyek dan lokasi atau kawasan. Investor akan fokus ke proyek-proyek perkantoran, apartemen, kawasan industri (KI), hotel, serta mal. Untuk mal, lebih mengarah ke lokasi-lokasi di luar DKI Jakarta.

“Sedangkan lokasi atau kawasan yang sangat diminati adalah kawasan yang pembangunan infrastrukturnya memadai. Misalnya Bekasi, Serpong, dan Karawang. ” jelas Andi.

Pilihan lokasi mengisyaratkan jenis proyek yang akan dikembangkan. Senior Associate Director Investment JLL, Andi Loe tidak menampik, bahwa investor asing akan mengembangkan kawasan industri. “Di Karawang, misalnya, akan dikembangkan kawasan industri. Namun, arah pengembangannya bukan hanya ke kawasan industri,” kata dia.

Investor, lanjut dia, tidak akan mengucurkan investasinya hanya untuk membangun kawasan industri. Ada proyek-proyek turunan yang bakal berdiri di kawasan tersebut. “Kebutuhan ekspatriat bukan hanya tempat bekerja, tapi juga hunian dan area komersial. Hotel juga masuk dalam kebutuhan itu,” ujar Andi. Proyek-proyek turunan tersebut, tambah dia, memang disesuaikan dengan kebutuhan ekspatriat, yang dijadikan pasar utama.

Di luar Bekasi, Serpong, dan Karawang, arus investasi juga akan menyentuh wilayah-wilayah bisnis. Selain Surabaya, wilayah bisnis lain yang dibidik adalah Yogyakarta. “Sedangkan Bali belum diprioritaskan. Itu karena proyek properti di Bali sudah dianggap oversupply,” jelas Andi.

Kalaupun masuk Bali, lanjut Andi, investor asing hanya fokus ke pengembangan hotel bintang lima dan empat. “Itu pun tetap dibayangi oleh kekawatiran akan terjadinya oversupply,” kata dia.

Lantaran alasan itu, maka hotel memasuki 2016 disibukkan oleh penaikan tingkat keterisian kamar (okupansi). Diperkirakan, hotel akan fokus ke volume tamu untuk menaikkan okupansi. “Soal okupansi, memang masih meraba-raba. Tapi, angkanya tetap bisa dinaikkan,” tegas Corporate Director Of Sales & Marketing Blue Sky, Yanuwar Dedy Setyawan, di Jakarta, belum lama ini.

Selanjutnya...

Komentar