nusabali

87 Persen Endek di Pasaran Bukan Endek Bali

  • www.nusabali.com-87-persen-endek-di-pasaran-bukan-endek-bali

DENPASAR, NusaBali.com - Hanya 13 persen kain tenun endek di pasaran ditenun oleh perajin endek lokal Bali. Sisanya adalah kain endek yang dilabeli 'endek Bali' tetapi dibuat oleh penenun luar.

Data yang mengejutkan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster. Fakta ini menjadi peringatan langsung Putri Koster terhadap pelaku bisnis kain pada penutupan Pameran IKM Bali Bangkit Tahap III Tahun 2023, Senin (8/5/2023) sore.

"Kain tenun endek Bali yang ditenun oleh penenun Bali hanya 13 persen yang dijual oleh para pedagang di pasar-pasar tradisional," ungkap Putri di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali Denpasar.

Faktor utama penyebab ironi ini terjadi, dikatakan Putri, berkaitan dengan harga tinggi kain tenun endek yang ditenun perajin lokal Bali. Oleh karena itu, para pedagang cenderung mencari suplai kain endek dengan harga yang lebih murah dan itu didapat dari kain endek produksi luar.

Padahal dengan harga yang lebih murah, kualitas kain juga menjadi pertanyaan. Kain endek produksi luar biasanya lebih kasar dengan benang yang terkesan lebih jarang, berbeda dengan produksi penenun Bali.

Kata istri Gubernur Bali Wayan Koster ini, kain endek yang ditenun oleh perajin lokal Pulau Dewata menggunakan benang sisir 80 tanpa kandungan polyester. Dengan komposisi ini, kain endek lokal Bali memiliki susunan benang yang lebih rapat dan terasa lebih lembut apalagi bahannya kebanyakan berasal dari benang katun dan sutra.

"Nah, masyarakat yang tidak mendapatkan penjelasan dari pedagang bahwa itu bukan endek yang ditenun di Bali, sudah kadung senang mereka bisa memakai kain tenun berlabel endek Bali dengan harga murah," ujar Ketua TP PKK Provinsi Bali.

Mantan seniman teater ini mengaku tidak anti dengan produk luar Bali. Akan tetapi, pedagang diminta fair dengan konsumen bahwa kain yang dijual memang berjenis endek namun dibuat di luar Bali.

Kalau pun masyarakat masih acuh soal ini, artinya mendukung kepunahan endek Bali dan penenun tradisional. Sebab pasar kain tenun endek sudah dikuasai orang luar dengan menjual warisan budaya tanah Bali.

Putri Koster berharap masyarakat Bali bisa belajar dari krama adat Tenganan Pegringsingan. Desa Tenganan disebut memiliki kain tenun ikat ganda yang hanya ada tiga di dunia dan salah satunya di Bali, itu pun hanya ada di Tenganan.

Masyarakat Tenganan dikenal teguh memegang warisan leluhur termasuk kain tenun ikat ganda mereka. Putri menyebut warga Tenganan menenun, menjual, dan menjadi pemakai pertama kain tenun Gringsing.

"Ketika warisan ini hilang, betapa berdosanya kita generasi sekarang. Tidak mampu mewariskan kepada generasi selanjutnya, (tetapi) selesai di generasi kita karena salah memperlakukan kain-kain tenun tradisional kita,” tandas Putri Koster. *rat

Komentar