nusabali

Pandemi Berakhir, Pemprov Tetap Waspada Bentuk Tim Penanggulangan Penyakit Zoonosis dan Infeksi Baru

  • www.nusabali.com-pandemi-berakhir-pemprov-tetap-waspada-bentuk-tim-penanggulangan-penyakit-zoonosis-dan-infeksi-baru

Selain Covid-19 yang merupakan penyakit infeksi baru, Bali juga masih berjuang menangani penyakit rabies yang ditularkan satwa anjing, kucing, dan kera.

DENPASAR, NusaBali
Keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengakhiri pandemi Covid-19 sebagai darurat kesehatan global tidak mengendorkan upaya penanggulangan penyakit yang disebarkan dari satwa/hewan (zoonosis). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali akan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Penyakit Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru.

Struktur organisasi tim ini rencananya akan menyerupai Tim Satgas Covid-19. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali akan menjadi ketua tim dan Kepala Pelaksana Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Bali akan menjadi sekretaris tim. Sementara stakeholder terkait seperti Kepala Dinas Kesehatan (Diskes Bali) Bali, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan Pangan) Provinsi Bali, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali dan lembaga terkait lainnya masuk ke dalam tim pokja surveilans berbasis masyarakat. 

Sementara tim surveilans terpadu terdiri dari dokter hingga akademisi. Dan, tim pokja Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) melibatkan Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistika (Diskominfos) Bali. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes menyampaikan pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan penyakit Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru tengah diproses di Biro Hukum Setda Provinsi Bali. Dalam waktu dekat diharapkan sudah terbit surat keputusannya. 

"Sudah berproses, (masih menunggu) karena ada penambahan anggota," ungkap dr Anom, Minggu (7/5). Dokter Anom mengatakan dasar hukum tim koordinasi ini akan lebih menguatkan koordinasi yang selama ini sudah cukup baik dilakukan dalam menangani penyebaran penyakit zoonosis maupun infeksi baru. Ia menambahkan, Bali menjadi salah satu wilayah yang masih dihantui beberapa penyakit zoonosis maupun infeksi baru. Selain Covid-19 yang merupakan penyakit infeksi baru dan banyak disebut sebagai zoonosis, Bali juga masih berjuang menangani penyakit rabies yang ditularkan dari satwa anjing, kucing, dan kera. 

Virus-virus yang selama ini hanya menyebar antarsatwa, juga berpotensi untuk bermutasi dan menjadi virus baru yang bisa menyebar kepada manusia. "60 persen penyakit di dunia ini adalah zoonosis (menyebar dari hewan ke manusia)," kata dr Anom. Terkait keputusan WHO mengakhiri pandemi Covid-19 sebagai darurat kesehatan global, dr Anom menyambut baik. Namun ia mengingatkan virus Covid-19 masih ada dan terus bermutasi. Diskes Bali juga masih menunggu respons Pemerintah Pusat terhadap pencabutan status pandemi Covid-19 oleh WHO. Sementara ini, ia tetap mengajak masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 sebagai perlindungan diri. 

Menanggapi pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan penyakit Zoonosis dan Penyakit Infeksi Baru, akademisi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Universitas Udayana, Dr drh Made Subrata menyampaikan bahwa koordinasi merupakan satu langkah mutlak dalam menangani penyakit zoonosis maupun penyakit infeksi baru. 

"Dalam penanganan penyakit yang bersifat zoonosis, itu tidak bisa dilakukan secara sektoral. Itu harus kolaborasi. Pada kuncinya harus menerapkan konsep one health," ujar drh Subrata. Diketahui, one health merupakan konsep yang menyatakan kesehatan manusia juga mempunyai koneksi dengan kesehatan hewan dan lingkungan. Dokter Subrata mengatakan semua sektor harus terlibat dalam menangani penyakit zoonosis dan menyesuaikan perannya masing-masing sesuai dengan kapasitasnya. 

Ia menambahkan, penanganan penyakit zoonosis yang sudah merebak di komunitas juga harus melibatkan masyarakat itu sendiri. Masyarakat diberikan pembelajaran sehingga sadar dengan permasalahan yang dihadapi,  dan minimal tahu bagaimana cara penanggulangan pertama pada penyakit tersebut. 

Ia menambahkan, Pemerintah juga perlu melibatkan pihak desa adat sebagai lembaga yang eksis di Bali. Dengan begitu diharapkan informasi yang diperlukan sampai ke akar rumput. Di samping drh Subrata juga mengingatkan bahwa Bali merupakan destinasi wisata internasional, tempat masuk dan keluarnya wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Hal itu ingatnya berpotensi sebagai sumber penularan penyakit infeksi. "Secara teoritis gampang namun implementasi one health itu sangat susah koordinasinya. Semuanya harus memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing," tandas drh Subrata. 7 cr78

Komentar