nusabali

Sanggar Seni Mudra Bawa Semangat 'Ngayah' Geliatkan Kesenian di Pelosok Desa Sulangai

  • www.nusabali.com-sanggar-seni-mudra-bawa-semangat-ngayah-geliatkan-kesenian-di-pelosok-desa-sulangai

MANGUPURA, NusaBali.com – Sanggar Seni Mudra adalah salah komunitas seni di Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Kecamatan Petang. Lokasinya yang berada di ujung utara Kabupaten Badung menjadikan sanggar ini salah satu pelopor kesenian di pelosok.

I Gusti Lanang Subamia, pendiri Sanggar Seni Mudra menjelaskan, keberadaan sanggar dengan 48 anggota tetap ini tidak terlepas dari semangat ngayah. Sebab, selayaknya komunitas di desa selalu diwarnai pasang surut bergantung pada dinamika warganya.

Begitu pula dengan Sanggar Seni Mudra yang awalnya dibangun untuk mewadahi penghobi kesenian di Desa Adat Sandakan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan di desa adat seperti pertunjukan seni balih-balihan (hiburan) maupaun wali (ritual) sebagai pelengkap upacara keagamaan.

“Tujuan kami adalah untuk menghidupkan seni di desa. Kira-kira apa yang diperlukan oleh masyarakat di desa, kami bisa bantu, kami akan laksanakan,” tutur Lanang Subamia ketika dijumpai pada Minggu (2/4/2023) sore di kediamannya sekaligus markas sanggar.

Secara legalitas, sanggar ini terbilang cukup belia yakni berdiri pada tahun 2014. Namun sanggar seni yang sudah memeroleh banyak penghargaan dalam bidang seni pertunjukan ini dirintis sejak tahun 1990-an.

Lanang Subamia sendiri tidak mengetahui tahun pasti dia merintis Sanggar Seni Mudra. Hanya saja, diperkirakan sudah berdiri sejak sebelum peristiwa kerusuhan 1999 di Kota Denpasar yang menghanguskan Kantor Bupati Badung pada kala itu.

Pada awal pendirian, sanggar ini sangat fluktuatif mengikuti kebutuhan kegiatan adat dan antusiasme berbagai generasi penggelut kesenian di daerah sekitar. Pragina (penari/pelakon) dari berbagai usia dan kalangan diterima secara lapang di rumah Lanang Subamia yang kini sudah menjadi markas.

Barulah pada sekitar tahun 2019, Sanggar Seni Mudra banyak dipercaya oleh Pemkab Badung untuk mengisi acara dan menjadi duta kabupaten berlambang keris. Meskipun dikatakan oleh kepala keluarga sukinah Kabupaten Badung ini sanggarnya belum memiliki ciri khas, kebanyakan penunjukan duta mengarah kepada seni drama gong.

Lanang Subamia sendiri merupakan salah satu pegiat drama gong klasik dan merupakan lulusan Fakultas Sastra (Ilmu Budaya) Universitas Udayana. Maka tidak heran, drama gong secara tidak langsung menjadi ciri khas Sanggar Seni Mudra.

“Tahun ini, kami dipercaya oleh Dinas Kebudayaan Badung untuk menjadi duta dalam kategori drama gong remaja. Lebih dari 40 pragina muda kami latih untuk berani unjuk gigi dalam Pesta Kesenian Bali,” tutur pria yang juga Patajuh Desa Adat Sandakan.

Ini menjadi kali kedua Sanggar Seni Mudra menggarap drama gong setelah dibatalkan menjadi duta akibat keputusan non teknis pada 2019 lalu. Beruntung, hasil garapan yang batal tampil di PKB itu akhirnya dipentaskan serangkaian Bulan Bahasa Bali Kabupaten Badung.

Dengan kembali meningkatnya intensitas tampil Sanggar Seni Mudra, juga berdampak positif terhadap anggota yang awalnya berkegiatan musiman. Begitu pula terhadap perkembangan seni di Badung utara khususnya di pelosok Kecamatan Petang sebab episentrum kesenian di Badung selama ini didominasi seniman di Kecamatan Mengwi yang lebih urban. *rat

Komentar