nusabali

Minyak Makan Merah Kaya Akan Vitamin A dan E, Konon Bisa Cegah Stunting

  • www.nusabali.com-minyak-makan-merah-kaya-akan-vitamin-a-dan-e-konon-bisa-cegah-stunting
  • www.nusabali.com-minyak-makan-merah-kaya-akan-vitamin-a-dan-e-konon-bisa-cegah-stunting
  • www.nusabali.com-minyak-makan-merah-kaya-akan-vitamin-a-dan-e-konon-bisa-cegah-stunting

MANGUPURA, NusaBali.com – Terdengar asing di telinga masyarakat, minyak makan merah merupakan salah satu inovasi minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional dalam membantu pencegahan stunting (kekerdilan) pada anak.

Direktur PT Perkebunan Nusantara III Persero (Holding), Mohammad Abdul Ghani menjelaskan, di Indonesia ada 26 persen kasus penduduk usia dini yang terkena stunting. Sesuai fakta tersebut, Ghani dengan mantap menerangkan hal ini dapat di cegah dengan cara mengonsumsi minyak makan merah. Sebab kata dia, di dalam minyak makan merah terkandung vitamin A dan E.

Stunting itu terjadi karena kekurangan gizi, salah satu elemen gizi adalah vitamain A dan E. Artinya permasalahan stunting di Indonesia dapat teratasi dengan mengonsumsi minyak makan merah,” ujar Ghani saat ditemui dalam gelaran International Oil Palm Conference (IOPC) 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Badung, Bali pada Selasa (14/3/2023) siang.

Lebih lanjut ia menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), diketahui minyak makan merah lebih sehat dibandingkan dengan minyak goreng, karena tidak melewati proses bleaching, yakni penghilangan warna, yang tidak disukai oleh konsumen.

Dengan inovasi ini, tambahnya sekaligus menjadi tujuan agar para petani kelasa sawit bisa lebih sejahtera dan mandiri. Sebab sangat cocok untuk pembangunan di daerah terpencil, memberikan pertumbuhan ekonomi, terciptanya kemitraan yang kuat antara petani kelapa sawit dan PKS, pemberdayaan dan penguatan UKM dan Koperasi, memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan yang kompetitif dan terjangkau, dan penciptaan keamanan pangan.

Selain itu, Ghani menerangkan pengolahan minyak makan merah dalam tahapan produksinya hanya memerlukan ongkos yang lebih murah.

“Minyak makan merah ini memiliki kelebihan, yakni biaya olah lebih murah dibanding minyak makan lainnya. Biaya pengolahan minyak bening industri Rp 800 per kilogram, namun biaya pengolahan minyak makan merah, bisa setengahnya,” tambahnya.

Ia turut membeberkan, setiap 1.000 hektare lahan sawit petani dapat menghimbun diri dalam koperasi dan akan dibuatkan 1 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 10 ton CPO. PKS mini, kata dia akan dibangun di daerah remote, sekitar perkebunan dengan teknologi dari PPKS.

“Intinya pabrikan makan merah ini dari 10 ton bisa menghasilkan 7.4 ton minyak makan merah per hari. Satu pabrik dengan kapasitas 10 ton bisa memenuhi kebutuhan sekitar 2.000 orang atau satu kecamatan. Nanti ketika itu ada di remote-remote daerah akan menjadi suatu center dari pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Sebagai informasi tambahan, saat ini pabrik untuk produksi minyak makan merah sebagai pilot projek di posisikan berlokasi di Sumatera Utara. Diantaranya di daerah Sumatera Utara yakni Pagar Merbau Mill (PTPN II), Sawit Langkat Mill (PTPN IV), dan Pulu Raja Palm Oil Mill (PTPN IV).

“Kita coba dulu di 3 tempat yang berlokasi di Sumatera Utara dalam waktu dekat ini. Setelah sukses secara proses yang diikuti dengan edukasi kepada masyarakat, maka pemerintah ingin membuat 20 tempat lagi di seluruh Indonesia,” bebernya.

Di akhir keterangannya, Ghani menuturkan rencana tersebut tidaklah mudah. Sehingga ia berharap nantinya dapat mengedukasi dan mensosialisasikan tentang manfaat minyak makan merah perlu dilakukan kepada masyarakat karena adanya perbedaan warna dengan minyak goreng pada umumnya.  *ris





 


Komentar