nusabali

Siswa dan Guru SD 2 Culik Juarai Bulan Bahasa Bali

  • www.nusabali.com-siswa-dan-guru-sd-2-culik-juarai-bulan-bahasa-bali

AMLAPURA, NusaBali
Siswa dan guru SDN 2 Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, sama-sama menyandang gelar juara lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali V tahun 2023, tingkat Desa Adat Culik.

Lomba di wantilan Pura Puseh, Banjar Amerta Sari, Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, Minggu (12/2). Siswi kelas V SDN 2 Culik atas nama Ni Komang Sava, juara nyurat aksara Bali dengan skor 1.072, mengungguli lawannya Ni Made Meka dari SDN 1 Culik skor 1.027 dan juara III Ni Komang Anik Meriati dari SDN 2 Kerta Mandala, skor 996.

Sedangkan juara lomba masatua Bali melibatkan anggota Pakis se-Desa Adat Culik mewilayahi 11 banjar adat pemenangnya guru SDN 2 Culik Ni Kadek Ema Yudiantari. Yudiantari dinobatkan sebagai yang terbaik mengungguli Ni Ketut Anik Suryaningsih harus puas sebagai juara II dari Banjar Lebah, dan juara III Ni Kadek Eka Juniati dari Banjar Amerta Sari.

"Saya tidak menyangka juara lomba masatua Bali, baru kali ini ikut lomba, saya masatua dengan bahasa sor singgih, dan sedikit memberikan ekspresi dan penjiwaan," jelas guru kelas V SDN 2 Culik asal Banjar Geria, Desa Culik, tersebut.

Siswi kelas V Ni Komang Sava, juga mengaku baru pertama ikut lomba nyurat aksara Bali. "Saya baru kali ini ikut lomba bulan bahasa Bali, tak menyangka dapat juara. Saya ingin terus berprestasi, di tingkat kabupaten hingga provinsi," jelasnya.

Sedangkan juara ngwacen aksara Bali, juara I I Gede Kosipan dari Banjar Babakan skor 1.350, juara II Ni Putu Anggi Natalia Sugita dari  Banjar Kangkang, skor 1.274, dan juara III  Ida Ayu Wayan Andriani dari Banjar Geria skor 1.199.

Bertindak sebagai dewan juri Ida Nyoman Sugata, Ida Ketut Rai Jendra dan I Nyoman Putu Sutirta, dibantu penyuluh bahasa Bali Kadek Sri Mutariani Astu, Ketua Pakis Desa Adat Culik Ida Ayu Santi Wiriani, Ketua Panitia I Gede Ananta dan Bendesa Adat Culik I Nyoman Alit Biantara.

Ida Nyoman Sugata memaparkan, untuk peserta lomba masatua Bali, banyak peserta belum mampu menempatkan sor singgih bahasa Bali yang baik dan benar. "Juga perlu ekspresi, menjiwai alur cerita sesuai kondisi cerita, penyampaiannya mirip pemain drama," kata seniman dalang wayang kulit tersebut.

Di samping itu katanya mesti mampu menguasai audient, dan mampu berkomunikasi dengan penonton. "Artinya dengan bercerita, penonton jadi paham alur ceritanya," lanjut pensiunan guru SD tersebut.*k16

Komentar