nusabali

Semarakkan HUT ke-32 LPD Desa Adat Celuk, Panitia Gelar Regenerations Barong Festival I

  • www.nusabali.com-semarakkan-hut-ke-32-lpd-desa-adat-celuk-panitia-gelar-regenerations-barong-festival-i

GIANYAR, NusaBali
Panitia HUT ke-32 LPD Desa Adat Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar menggelar lomba bapang barong dan makendang tunggal se-Bali di Wantilan Jaba Pura Desa Adat Celuk, Minggu (12/2) sore.

Celuk Regeneration Barong Festival I menampilkan penari barong buntut kategori SD dan perang bintang juara bapang barong dan makendang tunggal. Acara juga dimeriahkan dengan joged bumbung.

Ketua Panitia Celuk Regenerations Barong Festival I, I Ketut Ariwangsa mengatakan, lomba ini untuk merangsang minat generasi muda sebagai penari barong andal. Lomba diikuti sebanyak 18 peserta. Di antaranya 13 peserta pemula mulai umur 10 tahun dan 5 peserta bintang yang memperebutkan juara superstar. “Kami ada sesuhunan Ida Ratu Gede Sakti. Kami harapkan nanti ada generasi asli Celuk yang bisa nyolahang (menarikan) barong saat Ida napak pertiwi,” ungkap Ariwangsa. Lomba ini dihadiri anggota DPRD Kabupaten Gianyar yakni Ketut Sudarsana dan Ni Made Sanjani Widiastuti, anggota DPRD Bali Ni Luh Yuniati, ketua sanggar, dan perkumpulan seni di Kecamatan Sukawati.  

Kadis Kebudayaan Gianyar I Gusti Agung Sri Widyawati sangat mengapresiasi Celuk Regenerations Barong Festival. Menurutnya, pagelaran seni yang rutin dipentaskan setiap hari menjadi bukti seni di Gianyar selalu hidup dan mengalir. Menjaga kualitas seni di Kabupaten Gianyar, bisa dilakukan dengan salah satunya lomba barong dan makendang tunggal. “Saya menaruh harapan besar kegiatan ini sebagai bagian kesadaran menjaga seni dan budaya,” ujar Gusti Sri Widyawati.  

Salah seorang peserta, I Wayan Rangga Maheswara Putra, 10, asal Banjar Gelogor Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud mengaku tertarik dengan barong saat kelas 3 SD. “Latihan di rumah dan di sanggar Pakdek Benjo,” ujarnya. Lomba ini merupakan keikutsertaannya yang kedua kali. “Awalnya hanya ingin bisa menari bapang barong untuk pentas di pura. Ternyata setelah bisa sedikit, ingin ikut lomba,” ujar Rangga. Ibu kandungnya, Gusti Ayu Ardani senang ada lomba seperti ini. Sehingga anaknya bisa mencari pengalaman untuk menarikan barong. “Dapat pengalaman. Uji mental dulu. Fisik harus kuat, tiap mau pentas harus nyoba dulu. Kalau di rumah hanya ada tapelnya aja,” ujarnya.

Juri makendang tunggal I Gde Made Indra Sadguna mengatakan ada tiga kriteria penilaian. Pertama teknik membunyikan kendang, karena bunyi kendang harus tegas. “Bagaimana harusnya bunyi kendang, bagaimana suara yang diinginkan, bagaimana gerak telapak tangan kanan dan kiri sehingga mengeluarkan bunyi kendang yang tidak gabeng,” ujar Indra. Selanjutnya pola gedig kendang dan improvisasi pola. *nvi

Komentar