nusabali

Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center Lepas 50 Tukik di Pantai Kuta

  • www.nusabali.com-kuta-beach-sea-turtle-conservation-center-lepas-50-tukik-di-pantai-kuta

MANGUPURA, NusaBali.com - Sebanyak 50 tukik jenis Penyu Lekang (penyu abu) dilepas ke laut bebas di Pantai Kuta pada Kamis (15/12/2022) sore.

Pelepasan tukik-tukik ini juga merupakan serangkaian dari kegiatan Ulang Tahun ke-1 Baga Utsaha Padruwen Desa Adat (BUPDA) Kuta yang berkolaborasi dengan lembaga konservasi Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTC).

“Adanya pelepesan tukik ini merupakan sebuah rangkaian dari pembukaan suatu kegiatan di Kuta. Maka kita biasanya melakukan hal itu, karena tukik merupakan ikon pariwisata pantai Kuta, jadi hal itu hampir setiap tahun kami lakukan, bahkan lembaga-lembaga tinggi melakukan pelepasan tukik setiap mengadakan kegiatan di pantai Kuta,” ujar Ketua Panitia, Wayan Suwali Karang saat ditemui di sela-sela kegiatan, Kamis (15/12/2022) malam.

Lebih lanjut, Wayan Suwali menerangkan lembaga konservasi tukik tersebut memang sudah ada sejak 22 tahun yang lalu di desa adat Kuta yang membentuk suatu lembaga penyelamatan tukik. Hal ini dikarenakan banyaknya penyu-penyu yang datang ke pantai Kuta untuk bertelur.

“Sedangkan disatu sisi penyu merupakan hewan langka dan dilindungi oleh Undang-Undang jadi ini kewajiban kita secara moral untuk bisa berkontribusi menyelamatkan anak-anak penyu itu supaya bisa tumbuh dan berkembang setelah itu bisa dilepaskan kembali ke laut,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Pencetus Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTC), I Gusti Ngurah Tresna sangat senang dirinya dapat terlibat dalam acara ini yang sekaligus gelaran ini menurutnya menjadi momentum yang tepat untuk memberitahukan edukasi yang sangat penting kepada publik bahwa melestarikan tukik-tukik ini adalah tanggung jawab bersama. Ia juga menerangkan tukik-tukik yang dirilis hari ini merupakan tukik terakhir dari lembaga konservasinya.

“Kita merilis tukik-tukik terakhir di lembaga konservasi kita karena musimnya telah selesai. 50 ekor tukik terakhir untuk dilepas kembali ke alamnya. Ini tukik terakhir, maret tahun depan baru lagi ada penyu untuk menetas,” ujar I Gusti Ngurah Tresna yang saat ini menjadi penasehat Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTC).

Sepanjang tahun 2022 ini, Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTC) bersama warga setempat telah melepaskan sekitar 35.000 ekor tukik ke laut lepas. Waktu terbaik untuk melepaskan tukik ke laut yaitu saat tukik baru menetas. Hal itu dilakukan agar tukik memiliki daya adaptasi terhadap alam liar, bagaimana mereka melindungi diri dari predator, bagaimana mencari makan serta mencari habitat yang nyaman dan aman.

“Untuk kegiatan rilis ini tergantung pada saat menetasnya telur penyu ini, bisa satu minggu sekali atau sebulan sekali tergantung dengan netasnya.
Tahun ini kita sudah selamatkan dan merilis tukik sebanyak 35.000. Jika dari awal 22 tahun lalu mungkin sudah jutaan tukik kita kembalikan ke alamnya,” terangnya. 

Aktif melakukan penyelamatan telur penyu sejak tahun 2000 tepat 22 tahun yang lalu, sebagai pilot lembaga konservasi I Gusti Ngurah Tresna pun sampai memiliki nama beken yaitu Mr. Turtle. Saat ini lembaga konservasi yang di dirikannya telah memiliki kurang lebih 7 orang anggota yang selalu konsisten menyelamatkan telur penyu disepanjang pantai Kuta, Legian, Seminyak hingga pantai Canggu. Walaupun hanya beranggotakan 7 orang saja, I Gusti Ngurah Tresna membeberkan jika pihaknya juga dibantu oleh relawan lokal bahkan relawan dari wisatawan mancanegara.

“Ini salah satu bukti bahwa sekarang kita tidak mengkonsumsi penyu lagi, karena image Bali di International adalah pembantai penyu, nah sekarang dari masyarakat dan pemerintah berkolaborasi bersama-sama bagaimana kita menjaga lingkungan, bagaimana kita melestarikan penyu-penyu yang bertelur dikawasan pantai Kuta yang betul-betul kita jaga kelestariannya untuk berkelanjutan,” ujarnya.

Mr. Turtle menerangkan, pihaknya selalu melepas tukik-tukik ke laut lepas pada saat sore hari menjelang senja agar tukik-tukik tersebut masih bisa melihat sinar matahari dan segera menghampiri ombak pantai. Ia juga merangkan tukik-tukik yang dilepasnya harus tukik yang baru menetas dengan estimasi waktu menetas 48-60 hari yang bertujuan agar tukik tersebut bisa cepat beradaptasi dengan lingkungannya.

“kita lepas sore hari karena masih ada matahari. Kalau malam hari kita lepas nanti mereka balik ke cahaya lampu hotel, jadi kita rilis saat sore hari sebelum mata hari terbenam. Lalu disaat telur penyu sudah menetas kita harus melepas secepatnya karena secara alami mereka harus cepat kembali ke alamnya itu yang kita jaga dan betul-betul laksanakan,” imbuhnya.

Pengambilan telur penyu pun kata Mr. Turtle akan selalu dimonitoring agar penyu-penyu yang naik ke permukaan pantai untuk bertelur, tidak diganggu oleh pengunjung dan penyu-penyu itu akan muncul untuk bertelur paling banyak saat bulan Mei hingga Agustus dengan jumlah 15 bahkan ratusan telur untuk satu induk penyu. 

Kendala di lapangan selama ia melakukan proses penyelamatan telur penyu pun selalu ia rasakan. Mr. Turtle menjelaskan karena pantai Kuta merupakan daerah wisatawan, maka kendala pertama adalah gangguan dari manusia. Terkadang di malam hari para tamu yang tidak mengetahui para penyu akan bertelur, mereka tidak sengaja membawa kembali penyu tersebut ke laut lepas, tetapi pihaknya pun telah berupaya memberikan informasi yang tepat kepada para wisatawan.

“Harapannya sudah pasti karena ini betul-betul pekerjaan yang dilakukan secara ikhlas nantinya supaya siapapun itu, generasi muda sebagai regenerasi agar betul-betul peduli terhadap lingkungan, mari kita sama-sama jaga dan lestarikan penyu ini. Agar anak cucu kita tidak hanya melihat gambarnya saja, tetapi bisa melihat aslinya juga. Karena bagaimana pun ini adalah satwa yang cantik sekali,” pungkasnya. *ris

Komentar