nusabali

Gula Merah Sambirenteng Menembus Marketplace

  • www.nusabali.com-gula-merah-sambirenteng-menembus-marketplace

SINGARAJA, NusaBali
Produk gula.merah khas Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, Buleleng kini merambah marketplace.

Gula merah khas Sambirenteng ini selain memiliki kualitas super juga khas karena terbuat dari nira pohon lontar.

Pelaku UKM Usaha Kecil dan Menengah) Gula Merah Sembiran I Ketut Suwastika menjelaskan produk gula merah menggunakan nira lontar memang sudah dilakoni secara turun-temurun. Gula merah ini karena diibuat dengan bahan dasar nira lontar, rasa yang dihasilkan pun berbeda dari rasa gula merah pada umumnya. Gula merah berbahan nira lontar ini terasa lebih lembut dan manis. Produk UKM ini disebutnya merupakan produk lokal yang sebelumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Olahan pemanis alami ini pun dipilih karena di sepanjang desa banyak pohon lontar di kebun dan pemukiman warga.

"Pemanfaatan pohon lontar sebagai pohon yang banyak dikembangkan  sudah memberikan dampak positif bagi warga sekitar dengan mengolah pohon lontar menjadi produk unggulan desa," ucap Suwastika, Minggu (25/12).

Seiring perkembangan era digital, produk UKM ini pun terus ditingkatkan kualitas, pengemasan. Salah satunya yakni dilakukan Gapoktan Amerta Boga. Menurut Suwastika, dalam sehari satu petani hanya mampu menghasilkan maksimal 2 kilogram gula merah lontar. Produksi itu dihasilkan dari bahan baku sadapan nira dari 2 pohon lontar. Satu kilogram gula merah lontar dijual di kisaran  Rp 32.000.

Produk yang telah disiapkan dengan kualitas premium dan pengemasan yang bagus, kini sudah menjajal pasar modern dan markeplace. Produk gula merah ini sudah dapat ditemukan di sejumlah platform digital.  "Di era serba digital ini mau tidak mau pelaku UKM juga harus menyesuaikan dan mengikuti perkembangan teknologi agar tidak tertingggal, " jelas Suwastika.

Proses pembuatan gula merah lontar memakan waktu cukup lama. Proses produk olahan gula merah  itu dimulai dari penyadapan nira lontar yang dapat didua hari sekali. Kemudian petani gula merah menyiapkan pengawet alami (lau) yang berasal dari batang pepohonan dan sabut kelapa kering. Lau ini sudah dicacah kecil-kecil kemudian dicampur cuka makanan.  

Cairan nira yang sudah dicampur cuka makanan ini kemudian dimasak di atas wajan besar sampai mendidih, mengental hingga warna berubah menjadi kecoklatan. Proses ini dilakukan kurang lebih 40 menit. Selanjutnya sebelum membeku, cairan gula merah dicetak di tempat yang telah disiapkan, sebelum akhirnya dikemas dan siap dipasarkan. *k23

Komentar