nusabali

Lahan Sempit Dijadikan Kebun Minimalis, Hilangkan Rasa Penat

  • www.nusabali.com-lahan-sempit-dijadikan-kebun-minimalis-hilangkan-rasa-penat

SEMARAPURA, NusaBali.com – Berkebun tak selamanya harus di lahan yang luas. Kini berkebun bisa dilakukan di lahan yang sempit dengan konsep minimalis. Hal ini dilakukan oleh I Made Suastawa, 49, yang menyulap pekarangan rumahnya menjadi kebun minimalis dengan berbagai jenis tanaman.

Pria asal Desa Kamasan, Klungkung ini mengaku jika pemanfaatan lahan sempit di pekarangan rumahnya sudah ia lakoni sejak tahun 1994 tepat ketika ia baru menikah. Namun, kebunnya dulu menggunakan media tanah dan tidak terurus. Sejak tahun 2018, ia dengan mantap merenovasi kebunnya agar lebih tertata dan enak dipandang.

Berdasarkan hobi bercocok tanaman yang ia miliki, kata Made Suastawa sudah senang berkebun sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Berbekal pengetahuan dari bertanya dengan teman-teman sehobi, kini ia berkolaborasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan soal mengelola kebun hidroponik. 

“Ilmu tentang berkebun ini dapatnya dari teman-teman sehobi jadi saling tanya. Tetapi kalau kebun hidroponik ini dapat bantuan dan diminta untuk dikelola. Jadi kalau sudah panen akan dibantu dalam proses pemasaran oleh Dinas Pertanian,” ujar I Made Suastawa saat ditemui di kediamannya di Banjar Peken, Dusun Pande Mas, Desa Kamasan, Klungkung, Selasa (25/10/2022) pagi.

Dengan tanah seluas 3 x 8 meter ditanaminya berbagai jenis tanaman sayur, buah, hingga tanaman hias. Walau dengan luas tanah yang terbilang tidak luas, namun tidak mengurungkan niat Made Suastawa untuk berkreasi.

Dalam berkebun, ia menanam menggunakan media pot bahkan botol bekas yang disusun rapi di kebun yang tak begitu luas. Botol bekas ia kreasikan dan digantung deret 3 menghiasi tembok-tembok kebun minimalisnya itu. Walaupun menggunakan media pot dan juga botol bekas, namun hasil panen tetap berlimpah.

“Walaupun pakai pot, tanaman buah seperti belimbing bisa berbuah sampai 20 buah. Lalu kalau sudah dipanen tanamannya akan terus berbunga. Keuntungan lainnya, kalau pikirannya lagi ruwet terus masuk ke sini (kebun) jadi tidak penat,” paparnya sambil bergurau.

Tanaman yang ia tanaman seperti buah jambu air, jambu kristal, apel, sawo, jeruk lemon, dan belimbing. Jika tanaman sayur yang menggunakan media hidroponik biasanya ia tanamani dengan sayur kangkung, pakcoy dan selada merah.

Tanaman hias yang mendominasi di kebunnya adalah tanaman bonsai dan juga bunga-bunga yang menghasilkan madu atau nektar.

“Saat ini saya juga ternak kele (Jenis lebah Trigona) untuk membantu tanaman buah biar bisa kawin silang. Agar tidak hanya dari bantuan angin saja maka dari itu memelihara kele juga,” lanjutnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pupuknya, ia menggunakan pupuk organik yang ia dapatkan di toko Tani. Tak jarang ia juga menggunakan serbuk dari cangkang telur sebagai nutrisi tambahan untuk tanamannya.

Menjaga kebersihan dan perawatan semua tanamannya, ia lakoni setiap sore seusai bekerja menjadi buruh bangunan. Hasil panen dari kebunnya terutama buah-buahan digunakan sebagai bahan banten (Sesajen bagi umat Hindu, Red) dan sisanya tak jarang ia jual dan bagikan kepada tetangganya.

“Hobi yang di jalani Bapak (Made Suastawa) sampai memiliki kebun ini tidak dinikmati oleh orang rumah saja tetapi dinikmati juga oleh tetangga dan juga keluarga yang lain.  Setidaknya bisa berbagi walaupun sedikit,” ujar anak bungsu Made Suastawa, Made Ayu Purnama Sari.

Lebih lanjut, Ayu Purnama mengungkapkan jika ia tak jarang ikut membantu dalam proses promosi hasil panen tanaman sayurnya di media sosial.

“Kalau konsumen di Facebook lumayan banyak. Tetapi untuk di whatsapp dan instagram hanya satu atau dua orang,” lanjut mahasiswa Semester 7 Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Udayana. 

Sayur hidroponik yang ia jual biasanya sayur pakcoy dengan harga Rp 10 ribu  per kilogram. Ayu Purnama mengaku harga sayur hidroponik lebih mahal dari pada yang dijual di pasaran. 

“Yang membedakan harga di pasaran dengan hasil hidroponik di rumah jelas terlihat dari kualitas, perawatan dan ukuran sayur yang lebih besar dari pada sayur yang di pasar. Tentunya juga lebih segar,” ungkap Ayu Purnama.

Ke depan, Made Suastawa akan menjadikan ini sebagai peluang bisnis untuk menjual bibit tanaman. Bahkan ia pun memiliki cita-cita untuk membeli lahan yang lebih luas agar bisa mengembangkan hobi bercocok tanamnya. *ris 

Komentar