nusabali

15.000 Tipat dan Bantal Bertemu di Akasa Desa Adat Kapal

Pelaksanaan Aci Tabuh Rah Pangangon Ke-683 Sejak 1339 Masehi

  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal
  • www.nusabali.com-15000-tipat-dan-bantal-bertemu-di-akasa-desa-adat-kapal

MANGUPURA, NusaBali.com – Sebanyak 15.000 tipat dan bantal bertemu di akasa Desa Adat Kapal serangkaian pelaksanaan ritual Aci Tabuh Rah Pangangon pada Purnama Sasih Kapat, Soma Wage Dukut, Senin (10/10/2022) sore.

Pertemuan tipat (ketupat) perlambang pradana dan bantal (ketupat memanjang) simbolisasi purusa merupakan wujud persembahan kepada Dewa Siwa untuk memohon kesuburan jagat. Kesuburan yang dimaksud bukan saja mengenai pertanian melainkan kesuburan dalam arti luas, yakni kerahayuan dan kemakmuran semesta.

Kelihan Desa Adat Kapal I Ketut Sudarsana menegaskan bahwa istilah populer siat tipat bantal cenderung salah kaprah.

Kata ‘siat’ merujuk pada perang atau perkelahian sedangkan ritual yang sudah berusia 683 tahun ini merupakan prosesi sakral yang menyelamatkan panjak Desa Adat Kapal di masa pemerintahan Sri Astasura Ratna Bhumi Banten dengan Patih Kebo Iwa.

“Ida dane kraman titiang lanang istri, sebentar tipat dengan bantal tersebut hendaknya bertemu di akasa. Jangan saling lempar,” pesan Sudarsana kepada krama desa mengenai tata cara pelaksanaan ritual.

Aci Tabuh Rah Pangangon ini, kata Sudarsana, merupakan persembahan. Persembahan ini ada dalam kata ‘aci’ pada nama ritual tersebut.

Oleh karena itu, ritual ini bukan untuk bermain-main melainkan mesti dilaksanakan dengan tertib dan khidmat.

Dari 15.000 tipat dan bantal yang bertemu memercikkan vibrasi kesuburan ke bumi Kapal, sebanyak lima banjar terlibat menyukseskan pelaksanaan yadnya yang dipersembahkan kepada Dewa Siwa ini.

Kelima banjar tersebut adalah Banjar Cepaka, Panglan Baleran, Panglan Delodan, Gegadon, dan Tambak Sari.

“Di Desa Adat Kapal ada 18 banjar adat. Jumlah penduduknya terpadat di Kecamatan Mengwi yaitu 2.500 KK. Setiap KK ini menyiapkan satu kelan tipat dan bantal. Kalau ditotal jadinya 15.000 tipat dan bantal dipergunakan,” terang Sudarsana yang juga maestro kesenian lontar ini.

Sebelum ritual dapat diikuti oleh masyarakat umum yang berkumpul di lebuh Puseh Desa Adat Kapal, Jalan Raya Kapal, Banjar Muncan, ritual pelemparan tipat dan bantal dimulai terlebih dahulu oleh 33 lanang dan 33 istri Banjar Cepaka di dalam areal Madya Mandala.

Pada ritual pamungkah (pendahuluan) ini, lanang bertelanjang dada dengan memakai kamben putih dan kampuh poleng serta destar putih. Yang istri tampil dengan rambut disanggul menyamping, berkebaya putih dengan kamben bernuansa merah.

Sebelum dimulai, 66 lanang dan istri ini terlebih dahulu melaksanakan ritual penyucian Atma Pratista. Setelah dinyatakan bersih dan layak mengikuti ritual, puluhan timpat dan bantal pun mulai dipadukan di akasa Madya Mandala Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal.

“Kami sudah turun ke banjar-banjar memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa ini bukan masiat melainkan memadukan tipat perlambang pradana dengan bantal perlambang purusa,” tandas Kelihan Desa Adat Kapal asal Banjar Basang Tamiang ini. *rat

Komentar