nusabali

Desainer Prancis Riset Kerajinan Tradisional Bali

  • www.nusabali.com-desainer-prancis-riset-kerajinan-tradisional-bali

DENPASAR, NusaBali.com – Marta Bakowski, 35, perempuan berkebangsaan Prancis melakukan riset seni dan budaya di Bali selama satu bulan. Hasil ‘petualangan’ di Bali ini akan dibawanya dalam ajang Paris Design Week 2023.

“Saya baru pertama kali ke Bali dan saya rasa Bali sangat autentik, ramah dan rendah hati. Pelayanannya luar biasa serta memiliki budaya yang sangat kuat. Saya juga lihat di Bali hormat terhadap agama dan kepercayaan, sangat toleran juga,” kata Marta saat ditemui di CushCush Gallery Jalan Teuku Umar Gang Rajawali, No. 1A, Denpasar, Sabtu (10/9/2022) malam.

Selama satu bulan Marta menjelajah keunikan kerajinan serta mempelajari cara-cara tradisional Bali dalam dialog secara langsung bersama perajin lokal Bali.

“Sebenarnya ide dari program riset ini adalah untuk membangun koleksi barang yang dapat berupa furniture, barang dekorasi dan lampu. Lalu ide untuk membangun koleksi produk yang akan merefleksikan kolaborasi antara saya dengan seniman, galeri dan pengalaman yang kental akan budaya,” ujar Marta.

Lokasi-lokasi yang dikunjunginya pun beragam, mulai dari perajin topeng di Gianyar, perajin lukisan Wayang Kamasan di Klungkung, perajin Tenun Gringsing di Karangasem, dan perajin seni lainnya yang tersebar di Bali. 

Bukan hanya belajar soal kerajinan tradisional Bali saja, namun ia juga mencoba suwunan, salah satu  produk kriya di Pasar Kintamani, Kabupaten Bangli. 

Dari sekian banyak tempat yang dikunjungi, Marta mengaku menjatuhkan hatinya pada kerajinan topeng. 

“Saya benar-benar menantikan kegiatan pembuatan topeng, karena itu passion saya dan di rumah saya  juga memiliki koleksi topeng dari semua negara. Namun, saya juga terkesima dengan lukisan Kamasan, walau saya tidak begitu mengerti seni itu,” kata Marta.

Marta datang ke Bali setelah menjadi pemenang program Artist Designer In Residence (ADIR) 2022.  Program ini adalah kolaborasi CushCush Gallery bersama Kedutaan Besar Prancis dan IFI Indonesia.

 “Tujuan ADIR adalah untuk membentuk serangkaian interaksi yang berkesinambungan dan pertemuan untuk dapat diwujudkan menjadi output sekelompok objek yang dapat dibawa ke pasar internasional,” kata Atase Kebudayaan, Kedubes Prancis untuk Indonesia, Charlotte Esnou. 

“Kami sangat ingin untuk membuat percikan indah yang menjembatani desainer Prancis yang bertalenta dengan Bali,” imbuh Charlotte Esnou.

Sementara itu Co-Owner CushCush Gallery, Jindee Chua, menjelaskan jika program ADIR sebenarnya sudah dirancang sebelum pandemi tahun 2020, sehingga seleksi artis pun diundur sampai bulan April lalu. 

Selanjutnya dari 30 artis yang mendaftar dilakukan kurasi untuk memilih satu peserta yang berkesempatan untuk melakukan riset selama satu bulan di Bali.

“Akhirnya kami memutuskan memilih Marta karena ia memiliki ketertarikan yang kuat terhadap riset dan sudah melakukan beberapa kolaborasi internasional seperti International Design Expeditions,” jelas Jindee.

Marta pun melakukan riset yang dimulai pada 15 Agustus lalu, dan program ADIR ini akan resmi diakhiri pada 19 September mendatang.

Dari ‘petualangan’ di Pulau Dewata,  Marta mendapatkan warna dan simbol atau pola baru yang diimplementasikan dalam puluhan karyanya. 

Puluhan karya tersebut kemudian dirangkum dalam satu koleksi objek berjudul ‘A Journey Through Balinese Culture & Craft’ yang akan dipamerkan pada pameran desain di Indonesia maupun ajang Paris Design Week di Prancis pada tahun 2023.

Alumni Central Saint Martin’s School & Royal College of Arts di London, telah lama tertarik dengan kerajinan serta seni rakyat (Folk Art) yang kemudian melekat kepada pendekatannya yang multidisipliner terhadap desain.

Ketertarikan terhadap riset membuat Marta menganggap dirinya seorang siswa yang mendorong kemungkinan-kemungkinan memperkaya karyanya melalui eksplorasi material dan hubungan kreativitas dengan manusia.

“Saya percaya dalam kecerdasan sebuah tangan. Saya selalu berpikir bagaimana saya dapat memberi dimensi baru dalam kerajinan dan perputaran dan perbaruan tradisi,” pungkas Marta. 

Masih dalam kesempatan yang sama, seniman wayang lukis Kamasan, Kadek Sengsaka mengaku senang akan kedatangan Marta di Sanggar Lukis Wasundari, Desa Kamasan, Klungkung miliknya.

“Saya sangat senang karena warisan dari leluhur kami bisa sangat menarik bagi dia (Marta) dan secara tidak langsung dia akan membawa nama lukisan Kamasan ini ke negaranya,” ujar Kadek Sengsaka. *ris


Komentar