nusabali

Gigit Orang, Anjing Harus Ditangkap untuk Observasi

Tahun ini Anjing Rabies di Jembrana Tembus 101 Kasus

  • www.nusabali.com-gigit-orang-anjing-harus-ditangkap-untuk-observasi

NEGARA, NusaBali
Adanya kasus seorang balita yang meninggal karena diduga rabies di Kabupaten Jembrana diatensi langsung Bupati Jembrana, I Nengah Tamba.

Untuk mengantisipasi adanya kasus serupa, Bupati Tamba meminta jajarannya menggencarkan sosialisasi terkait penanganan rabies. Termasuk menginstruksikan agar setiap anjing ataupun Hewan Penular Rabies (HPR) yang menggigit orang wajib ditangkap untuk proses observasi.

Bupati Tamba, Rabu (18/5) mengatakan sudah merapatkan tim dari sejumlah OPD terkait menyusul adanya kasus balita yang diduga meninggal karena rabies. Di antaranya dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Pangan, Sekda beserta seluruh Asisten. Dari kasus tersebut, bisa disimpulkan adanya kurang pemahaman menyangkut penanganan rabies di masyarakat.

"Kita mengakui lambat untuk sosialisasi tentang bahaya rabies. Saya sudah kasih perintah kepada seluruh jajaran OPD sampai tingkat desa untuk lebih menggencarkan sosialisasi. Khususnya apa yang perlu dilakukan ketika terjadi gigitan anjing," ucap Bupati Tamba.

Menurut Bupati Tamba, ketika terjadi gigitan anjing ataupun HPR lainnya, hal yang pertama harus dilakukan adalah membersihkan luka bekas gigitan dengan sabun. Kemudian menghubungi dokter ataupun fasilitas kesehatan terdekat. Terhadap anjing yang mengigit diobservasi. Observasi maksimal selama 14 hari atau selama dua pekan bertujuan untuk mengetahui apakah hewan bersangkutan menunjukkan gejala rabies atau tidak sehingga tidak salah dalam penanganan pasien.

Nah, untuk proses observasi itu, Bupati Tamba mengatakan juga sudah meminta kepada jajarannya agar langsung menangkap anjing yang mengigit. Mengingat dalam kasus anak yang meninggal karena diduga rabies itu, anjing milik tetangganya yang menggigit korban diketahui hilang sebelum selesai masa observasi. "Terhadap anjing yang menggigit, kita harus bisa menangkap untuk dipastikan kondisinya. Kalau mati anjingnya, itu sudah pasti rabies. Tetapi kalau belum mati, harus kita tangkap. Apa benar rabies atau tidak. Tetapi kalau dalam satu bulan (HPR yang menggigit) tidak ditemukan bisa dikasih VAR (vaksin anti rabies)," ucap Bupati Tamba.

Menurut Bupati Tamba, langkah untuk memastikan apakah kondisi anjing yang mengigit itu merupakan standar operasional prosedur (SOP) terkait pemberian VAR kepada orang yang digigit. "Tidak bisa masyarakat begitu digigit langsung dikasi VAR. Kecuali anjingnya menggigit, anjingnya mati, langsung VAR. Tetapi kalau dalam satu bulan anjingnya sehat, itu anjing tidak rabies. Ini SOP. Makanya sosialisasi pengetahuan terhadap masyarakat harus tahu," ucapnya.

Bupati Tamba mengatakan, terkait stok VAR di Jembrana dipastikan masih aman. Namun sesuai SOP, pemberian suntikan VAR tidak boleh dilakukan sembarangan. "VAR ada sekarang. Cuman kan tidak bisa langsung ujug-ujug di-VAR. Kalau orang nggak rabies di-VAR, nggak bisa," kata Bupati asal Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Made Dwipayana saat dikonfirmasi terpisah Rabu kemarin mengatakan terkait kasus balita yang meninggal karena diduga rabies dan sempat dilaporkan ke Puskesmas setelah terjadi gigitan pada tanggal 5 April lalu itu, sudah berusaha ditangani sesuai SOP. Saat anjing yang menggigit si anak dilaporkan hilang, dari petugas Puskesmas sudah menyampaikan ke keluarga untuk pemberian VAR paling lambat tanggal 19 April 2022. Namun dari pihak keluarga baru mengkonfirmasi untuk VAR tanggal 12 Mei.

"Kalau itu kasusnya anjing tetangga. Jadi diminta untuk melakukan observasi paling lama 2 minggu. Jika dalam waktu tersebut ada perubahan perilaku anjing atau mati mendadak maka langsung diberikan VAR. Namun ini dikatakan hilang. Nggak tahu gimana anjing peliharaan bisa hilang. Makanya petugas minta tolong untuk mencari dulu anjingnya dan koordinasi dengan desa. Sampai batas tanggal 19 April 2022, namun ternyata tidak ada info lanjutan ke Puskesmas," ucap Dwipayana.

Menurut Dwipayana, tidak adanya konfirmasi lanjutan dari pihak keluarga sampai tanggal 19 April lalu itu diperkirakan karena lupa dan menganggap anaknya sudah sehat. Untuk mencegah kejadian serupa, Dwipayana ke depannya berharap adanya sinergi masyarakat. Terutama memastikan pemeliharaan anjing dengan baik dan sehat. Jangan dibiarkan liar dan dipastikan sudah vaksin.

Kemudian, sambung Dwipayana, jika ada gigitan, lakukan rawat luka awal dengan menggosok luka dengan sabun selama 10-15 menit di bawah air mengalir. Pembersihan luka itu bisa dilakukan di rumah dan selanjutnya diantar ke faskes. Anjing yang menggigit pun dipastikan diikat atau dikurung untuk dilakukan observasi selama 2 minggu. Ketika anjing yang menggigit adalah anjing liar, bisa meminta warga menangkap atau melapor ke desa. "Semoga hari selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Termasuk kami dari jajaran kesehatan," ucap Dwipayana melalui pesan WA.

Sementara berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, terjadi lonjakan kasus anjing rabies yang signifikan di tahun 2022 ini. Sejak Januari hingga per Rabu kemarin, tercatat ada sebanyak 101 kasus anjing rabies di Jembrana.

Jumlah kasus anjing rabies dalam kurun waktu sekitar 5 bulan itu pun telah melampaui jumlah kasus dalam setahun pada tahun 2021 lalu. Di mana 2021 lalu, tercatat ada sebanyak 66 kasus anjing rabies di Jembrana. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan-Kesmavet) Jembrana drh I Wayan Widarsa saat dikonfirmasi, Rabu kemarin mengatakan sebenarnya lonjakan kasus rabies di Jembrana ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya pada tahun 2020 lalu, di Jembrana hanya ditemukan 5 kasus anjing rabies. Adanya lonjakan kasus rabies itu pun diperkirakan karena vaksinasi rabies massal yang terhenti menyusul pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2021 lalu.

Terpisah Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengakui terjadi peningkatan kasus kematian akibat rabies pada tahun ini. Pada tahun 2022, laporan sampai awal bulan April sudah ada 5 kasus kematian akibat rabies di Provinsi Bali. Padahal sebelumnya pada 2021 dilaporkan satu kematian akibat rabies, sementara pada 2020 ada dua kematian akibat rabies.

Lima kematian tahun ini terjadi di Kabupaten Buleleng sebanyak 3 kematian dan sisanya terjadi di Kabupaten Jembrana. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom, MKes, kepada NusaBali, Rabu kemarin menuturkan jumlah korban meninggal akibat rabies sejalan dengan peningkatan jumlah kasus rabies di Bali.

Menurutnya selain penanganan di hilir, tidak kalah pentingnya adalah penanganan rabies di tingkat hulu, sehingga untuk mengelola kasus rabies di Bali diperlukan kerjasama antarinstansi. "Kalau kita di Dinas Kesehatan di hilir, begitu ada orang tergigit anjing rabies kita tangani," sebut Kadis dr Anom.

Menurut dr Anom, penanganan korban gigitan anjing di Bali sudah berjalan cukup optimal. Namun, dia mengakui ada prosedur yang harus dilalui korban gigitan anjing yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, terutama fasyankes milik pemerintah. Dia menjelaskan, setiap orang yang terkena gigitan anjing tidak serta merta akan diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR). Orang yang bersangkutan harus dipastikan memiliki risiko besar tertular rabies. "Bisa dibayangkan orang yang tidak kena virus rabies, tapi harus disuntik vaksin anti rabies," ujar birokrat asal Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini. Menurutnya setiap jenis vaksin memiliki risiko sampingan kepada yang menerimanya, sehingga harus dipastikan jika manfaat yang didapatkan lebih besar dari risiko efek samping yang kemungkinan diterima.

Kadis Gede Anom menyampaikan, jumlah VAR di Bali cukup memadai sehingga korban gigitan anjing yang membawa rabies tidak perlu khawatir.  Selain stok VAR milik Diskes Bali, Dinas Kesehatan di seluruh kabupaten/kota juga sudah memiliki kesediaan stok VAR. Sehingga stok VAR di Diskes Bali lebih berfungsi sebagai tambahan untuk kebutuhan di tingkat kabupaten/kota. Diskes Bali sendiri saat ini memiliki sekitar 500 vial VAR, dan segera kedatangan 5.000 yang sudah dipesan ke pemerintah pusat. *ode, cr78

Komentar