nusabali

Satu Pasien Suspect Meningitis Mengalami Penurunan Kesadaran

  • www.nusabali.com-satu-pasien-suspect-meningitis-mengalami-penurunan-kesadaran

Dua pasien suspect (diduga terjangkit) bakteri Meningitis Streptococus Suis (MMS) masih dirawat di BRSUD Tabanan, Selasa (14/3), yakni Ni Ketut Mungkrig, 65, dan I Made Sutanaya, 55.

TABANAN, NusaBali

Keduanya dirawat dalam kondisi berbeda. Jika Made Sutanaya kehilangan pendengaran, Ketut Mungkrig justru mengalami penurunan kesadaran.

Pasein Ketut Mungkrig (perempuan berusia 65 tahun asal Banjar Pengayehan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan) kini dirawat di Ruang Dahlia VI BRSUD Tabanan. Sedangkan Made Sutanaya (pasien suspect Meningitis berusia 55 tahun asal Banjar Gubug Belodan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan) dirawat di Ruang Dahlia III BRSUD Tabanan.

Kabid Pelayanan Medik BRSUD Tabanan, dr I Gede Sudiarta, menjelaskan kedua pasien suspect Meningitis ini kondisinya sudah berangsur membaik. Khusus untuk pasien Ketut Mungkrig, yang masuk BRSUD Tabanan, Senin (13/3) sore, telah menjalani CT scan untuk mengetahui terkena Meningitis jenis apa.

Rencananya, Rabu (15/3) pagi ini pasien Ketut Mungkrig akan diambil sampel cairan otaknya melalui lumbal fungsi di tulang belakang. Hingga Selasa kemarin, Ketut Mungkrig belum ada terdiagnosa bermasalah di pendengaran. Namun, kata dr Sudiarta, pasien Ketut Mungkrig mengalami penurunan kesadaran.

Menurut dr Sudiarta, penurunan kesadaran ini terjadi karena pasien Ketut Mungkrig mengalami peradangan di selaput otak yang bernama Meningitis. Tim medis BRSUD Tabanan sudah menelusuri riwayat Ketut Mungkrig. Dari penelusuran, pasien suspect Meningitis ini ternyata tidak ada riwayat kontak dengan babi atau daging babi, melainkan sempat makan sate sapi.

"Dokter yang menanganinya terus mengejar hal tersebut. Nah, jawabanya nanti setelah ada hasil uji laboratoriuam, 20 Maret, pasien ini kena Meningitis jenis apa. Soalnya, jenis Meningitis itu banyak" ujar dr Sudiarta kepada NusaBali di BRSUD Tabanan, Selasa kemarin.

Sebaliknya, anak dari pasien Ketut Mungkrig, yakni Ni Wayan Suntri, 44, mengakui ibunya semula dirawat di RS Wisma Prashanti Tabanan, sejak 8 Maret 2017, dengan gejala panas tinggi, lemas, sakit kepala, dan ngamuk-ngamuk. "Sehari sebelum dibawa ke rumah sakit, ibu saya sempat disuntik di dokter umum terdekat, namun panasnya tidak turun," kenang Wayan Suntri saat tunggui ibunya di BRSUD Tabanan, Selasa kemarin.

Menurut Suntri, dia tak tahu persis apakah ibunya sempat santap dagung babi atau tidak. Yang jelas, Suntri sebelumnya sempat membawa olahan daging babi berupa lawar dan sate ke rumah, 24 Februari 2017, yang didapatkan dari hajatan. "Saya tidak tahu, apakah lawar dan sate itu sempat dimakan ibu atau tidak. Sebab saya tanya ibu, jawabanya belum jelas," cerita Suntri.

Sementara, pasien suspect Meningitis lainnya, Made Sutanaya, hingga kemarin masih kehilangan pendengaran. Made Sutanaya sendiri dibawa ke BRSUD Tabanan, Rabu (8/3) lalu, dalam kondisi panas badan tinggi, sakit kepala, dan muntah-muntah. Sebelum dibawa ke rumah sakit, pasien suspect Meningitis yang punya riwayat santap olahan daging babi berupa lawar dan komoh dua pekan sebelumnya ini, sempat diperiksakan ke dokter terdekat.

Menurut dokter spesialis syaraf BRSUD Tabanan, dr Ni Ketut Sudiarani, pasien Made Sutanaya mengalami gangguan pendengaran, karena Meningitis merupakan peradangan yang mennyelubungi otak. "Bisa menyebabkan kejang, mengingat pasien datang pertama dalam kondisi kejang. Saat ini, sisa efeknya adalah pasien tidak bisa mendengar," papar dr Sudiarmini didampingi Direktur BRSU Tabanan, dr Nyoman Susila, Senin lalu.

Menurut dr Sudiarmini, karena gejala penyakit yang disebabkan sama dengan bakteri MSS, maka pihaknya telah lakukan pengambilan specimen darah dan cairan otak pasien sebanyak 3 cc, Jumat (10/3) lalu. Namun, hingga kini belum bisa dipastikan apakah pasien Made Sutanaya terjangkit bakteri MMS atau tidak. Soalnya, masih dilakukan uji laboratorium di RS Sanglah, Denpasar.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tabanan, IB Made Wiryawan, mengatakan sampai saat ini harga daging babi di pasar dan di tingkat peternak masih normal kisaran Rp 60.000 per kilogram, meski ada kasus penyakit Meningitis. Namun demikian, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk mengurangi dulu makanan lawar babi merah (campur darah) dan komoh.

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap munculnya kasus serangan bakteri Meningitis Streptococcus Suis di Kabupaten Badung dan Tabanan tidak sampai melumpuhkan perdagangan kuliner babi guling. "Jangan sampai melumpuhkan perdagangan babi guling. Kan babi guling itu sudah matang, jadi seha-rusnya jalan terus," seloroh Pastika saat berbincang dengan awak media di Press Room Biro Humas Setda Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kemarin.

Hanya saja, Pastika mengimbau masyarakat agar memasak daging babi sampai benar-benar matang. Apalagi, Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan sudah mengambil langkah-langkah penanganan. * d

Komentar