nusabali

9 Patung Bidadari ‘Diterbangkan’ Pick Up Sejauh 13 Kilometer

Pariwisata Bangkit, Objek Wisata Alas Harum Bikin 9 Patung Bidadari

  • www.nusabali.com-9-patung-bidadari-diterbangkan-pick-up-sejauh-13-kilometer

Alas Harum kembali memberikan seniman Agus Heri tantangan untuk membuat patung anyaman bambu dengan sosok Presiden pertama RI, Ir Soekarno terbesar di dunia.

GIANYAR, NusaBali
Sembilan patung Bidadari 'diterbangkan' menggunakan mobil pick up dari Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Ubud, Gianyar secara beriringan menuju Objek Wisata Alas Harum Bali di Jalan Raya Tegallalang, Minggu (13/3) siang.

Sembilan Patung Bidadari berbahan ulatan bambu ini akan menghiasi tempat wisata Alas Harum Bali Tegallalang. Kehadiran patung ini juga untuk menyambut kebangkitan pariwisata Bali pasca dibukanya penerbangan internasional.

Pengelola Alas Harum, Made Suardana alias Made Nano berharap patung bidadari ini bisa menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Melambangkan filosofi the balance of beauty, kecantikan yang seimbang. "Mencerminkan pelayanan kami. Cantiknya seimbang. Luarnya bisa dilihat, dalamnya bisa dirasakan. cantiknya seimbang," jelasnya. Hanya saja, peletakan patung di beberapa spot foto akan memakan waktu cukup lama. Pengelola merencanakan peresmiannya nanti bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 21 April. "Mungkin akan ada fashion show dan sejenisnya," ungkapnya.

Pembuatan patung bidadari ini dipercayakan kepada seniman asal Banjar Kelingkung, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, I Wayan Agus Heri Putra, 34. Seniman yang pernah membuatkan Patung Dewi Sri berbahan alang-alang setinggi 14 meter sampai tembus rekor MURI tahun 2020 lalu. "Kami tidak pernah berhenti berkarya melibatkan seniman lokal sejak sebelum pandemi. Apalagi saat ini pandemi, seniman agar tetap kreatif," ujar Made Nano.

Diungkapkan Made Nano, pihaknya terpanggil membuat patung ulatan ini karena menjelang Nyepi 1944 Saka lalu, pengarakan ogoh-ogoh sempat tarik ulur. "Sekitar awal tahun ini yang kami ketahui pemerintah sempat dengan tegas melarang pengarakan ogoh-ogoh. Satu sisi kami melihat kerinduan seniman lokal untuk berkarya. Makanya kami minta mereka berkreasi," ungkap Made Nano.

Tak disangka, antusiasme seniman bahkan warga satu banjar sangat tinggi untuk menyelesaikan 9 bidadari ini. Terlihat dari proses pembuatan hingga pengiriman 9 bidadari ke Alas Harum, masyarakat tumpah ruah melepas patung yang sudah diikat di atas pick up. Bahkan dua perangkat gong balaganjur ditabuh sepanjang 13 Kilometer perjalanan. Tidak ingin berhenti berinovasi, Alas Harum kembali memberikan seniman Agus Heri tantangan untuk membuat patung anyaman bambu dengan sosok Presiden pertama RI, Ir Soekarno terbesar di dunia.

"Kami beri target selesai di bulan Agustus. Astungkara akan kami ajukan Rekor MURI dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI," terang Made Nano. Proses menerbangkan patung sejauh 13 Kilometer ini memakan waktu sekitar 3 jam. Berangkat dari Balai Banjar Kelingkung sekitar Pukul 11.00 Wita dan baru tiba di parkiran Alas Harum sekitar pukul 13.34 Wita. Rata-rata ketinggian patung sekitar 5 meter. Perjalanan relatif lama karena setiap jalur yang dilalui terdapat kabel melintang yang mesti diangkat agar patung bisa lewat.

Sementara itu, Seniman Agus Heri mengatakan mulai berproses mengerjakan patung sejak Januari 2022 lalu. "Ide dan gagasan seluruhnya dari pengelola Alas Harum. Kami seniman hanya mengeksekusi," jelasnya. Baginya tantangan menciptakan 9 bidadari ini sangat dinikmati. Pertama karena pengarakan ogoh-ogoh sempat dilarang. Kedua karena pandemi yang membuat seniman kehilangan ladang pencarian. Sehingga begitu mendapat tawaran, Agus Heri semangat menyanggupi.

Dia mengajak 23 seniman lain se Desa Lodtunduh. Pengerjaannya dibantu oleh Sekaa Teruna (ST) Banjar Kelingkung. Bahkan beberapa warga juga kecipratan rejeki membuat anyaman atau ulatan berbentuk bunga atau ornamen lainnya. Untuk bahan baku berupa sebitan bambu atau bambu yang sudah diiris tipis.

"Kami beli di petani lokal di Bangli. Beli bahan sudah jadi bambu yang sudah disebit. Itu habis sekitar 1 pick up," jelasnya. Meski enggan membeberkan biaya yang dihabiskan, Agus Heri menyebutkan untuk bahan baku saja habis sekitar Rp 130 juta. Setiap seniman yang terlibat juga diberikan ongkos proporsional. "Kami sangat berterima kasih. Selain diberikan kesempatan berkarya kami juga mendapatkan penghasilan saat pandemi. Besar efeknya. Mudah-mudahan dengan euforia kami ini bisa jadi motivasi menyambut dibukanya kembali pariwisata internasional di Bali," harapnya. *nvi

Komentar