nusabali

Kembangkan Ternak Kele-kele, Madu Dipasarkan hingga Luar Bali

Kreativitas Gede Redi Putra Yasa, Remaja asal Desa Les, Tejakula, Buleleng

  • www.nusabali.com-kembangkan-ternak-kele-kele-madu-dipasarkan-hingga-luar-bali
  • www.nusabali.com-kembangkan-ternak-kele-kele-madu-dipasarkan-hingga-luar-bali

Gede Redi memiliki ide beternak lebah klanceng setelah madu hasil buruannya di hutan laku terjual di Denpasar, Badung dan Gianyar dibantu pemasaran oleh kakak sepupunya.

SINGARAJA, NusaBali
Gede Redi Putra Yasa, 18,  asal Banjar Dinas Kanginan, Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, terlihat sangat sibuk memeriksa deretan kotak kayu yang dipajang berderet di depan rumahnya. Dua tangan berototnya mengeras saat membuka satu per satu kotak kayu tersebut. Sorot matanya dengan seksama mengamati isi kotak kayu sarang lebah klanceng atau di Bali lebih dikenal dengan nama kele-kele yang berhasil diternakkannya dalam 1,5 tahun terakhir.

Kini remaja yang masih duduk di bangku kelas XI SMAN 1 Tejakula ini memiliki 250 kotak sarang lebah klanceng yang di Bali lebih dikenal dengan nama kele-kele. Bentuk sarang lebah klanceng yang dibuat Redi sangat bervariasi. Ada yang berbentuk miniatur rumah, kotak dan ada juga yang dibuat dengan batang bambu.

Ditemui di rumahnya, Sabtu (26/2) Gede Redi mengatakan usaha pengembangan ternak lebah klanceng dilakukannya sejak September 2020. Sebelumnya anak sulung pasangan Made Sukarta, 42, dengan Made Adnyani, 39, ini memang aktif membantu perekonomian keluarganya. Maklum saja keluarga Gede Redi salah satu keluarga kurang mampu di Desa Les dan terdaftar sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH).

Saat waktu senggang sekolah, Redi seringkali ikut bekerja dengan ayahnya sebagai buruh serabutan. Terkadang bekerja memetik buah rambutan atau mangga pada musim buah atau bekerja sebagai buruh bangunan. Terlebih saat pandemi melanda, remaja kelahiran 13 September 2003 ini memiliki waktu lebih banyak membantu orangtuanya karena hanya mengikuti pembelajaran daring.

Karena sering bekerja di kebun memetik buah-buahan, Redi dan ayahnya Sukarta berniat mencari madu lebah klanceng. Awalnya dia hanya mencari madu klanceng di hutan dan di kebun-kebun warga setempat. “Karena belajar daring lebih banyak waktu senggang di rumah akhirnya saya sama bapak kadang sama kakak sepupu cari madu ke hutan atau ke kebun-kebun. Hampir setiap hari, kalau cari ke hutan di atas jalan kaki sekitar 4 jam,” ungkap Redi.

Hasil berburu madu lebah klanceng di hutan semula tak banyak dicari masyarakat. Bahkan hasil berburu madu seringkali diberikan kepada tetangga secara cuma-cuma. Redi memiliki ide untuk beternak lebah klanceng setelah madu hasil buruannya di hutan laku terjual di Denpasar, Badung dan Gianyar dibantu pemasaran oleh kakak sepupunya. Satu botol madu lebah klanceng ukuran 320 mililiter dijualnya dengan harga Rp 300.000.

“Setelah tahu harganya bagus saya berpikir untuk beternak. Akhirnya saya mencari sarang lebah klanceng di hutan dan kemudian dipindahkan ke media yang sudah saya siapkan. Awalnya gagal, dari 4 sarang yang dikembangkan hanya satu yang berhasil,” kata Redi. Seluruh upayanya mengembangkan ternak lebah klanceng dilakukan sendiri tanpa modal dan bantuan orangtuanya. Kotak kayu yang dipakai sarang lebah saat ini berasal dari limbah kayu yang tak dipakai. Dia pun mencarinya di tukang serkel kayu setempat.

Redi tak mudah putus asa. Dia belajar cepat secara otodidak mengembangkan ternak lebah klanceng. “Semuanya saya pelajari secara otodidak. Karena pas itu saat mau cari tutorial di youtube tidak ketemu. Terakhir saya baru tahu kalau lebah kele-kele itu nama latinnya lebah trigona atau klanceng kalau di Indonesia,” katanya sambil tertawa kecil. Kerja kerasnya kemudian membuahkan hasil setelah dia dapatkan cara beternak yang tepat. 

Peternakan lebah klanceng melalui media kotak kayunya sukses keras. Kini Redi memiliki 250 kotak sarang lebah klanceng yang dia pasang di areal rumah dan kebun-kebun sekitar rumahnya. Satu sarang lebah klanceng menurutnya harus disertai oleh ratu lebah. Sehingga lebah-lebah pekerja lainnya dapat mengikuti dan tinggal menetap di sarang baru yang telah disiapkan Redi. Sejak dipindahkan ke sarang kayu baru, kelompok lebah klanceng dapat dipanen dalam waktu enam bulan. Satu kotak sarang lebah itu dapat menghasilkan 250 ml-300 ml.

Satu setengah tahun berbudidaya lebah klanceng, Redi sudah menjual kurang lebih 300 botol madu hasil peternakannya. Produk madu klancengnya pun tak hanya laku di wilayah Bali saja, namun sudah merambah pembeli di luar pulau. Dia pun mulai melakukan penyesuaian tampilan produk agar lebih aman dan cantik. Madu klancengnya kini dijual dengan botol kaca dan tutup segel, sehingga dapat mempertahankan kualitas dan khasiat madu.

“Kasiat madu klanceng ini banyak sekali. Saya banyak belajar cari-cari informasi di google. Mulai dari meredakan asam lambung, melancarkan peredaran darah, menambah imun tubuh, sampai meredakan radang tenggorokan. Ini tidak hanya teori, banyak yang sudah membuktikan setelah minum madu ini,” jelas dia.

Redi pun mengakui usaha yang dirintisnya satu setengah tahun belakangan mulai membuahkan hasil. Terlebih situasi pandemi covid-19. Permintaan pasar semakin meningkat. Bahkan kini dia sampai kehabisan stok. Kondisi ini pun sangat menguntungkan baginya. Hasil penjualan madu lebah klanceng ini pun dia tabung sebagian di celengan. Sebagian dipakai untuk keperluan sekolah, seperti membeli HP dan kuota internet. Sebagian lagi Redi sisihkan untuk membantu perekonomian keluarganya.

Sementara itu pendamping PKH Desa Les, Made Sri Kusumawati mengatakan anak keluarga binaan yang tersentuh program sejak 2016 lalu, memang dikenal sangat ulet dan kreatif. Sebagai penerima PKH, pemerintah memang mengharapkan KPM tetap kreatif, inovatif dan bekerja keras untuk meningkatkan perekonomiannya. Tak hanya mengandalkan bantuan yang diterima saja.

“Kreatifitas seperti Gede Redi ini memang sangat diharapkan pemerintah, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Sehingga setelah berhasil, sukses dan dianggap mampu, bantuan yang diterima selama ini dapat dialihkan ke KPM lain yang juga membutuhkan,” ucap Sri Kusumawati yang didampingi Kepala Dusun Kanginan I Made Yudi Arsana. 7 k23

Komentar