nusabali

Bencana di Buleleng Telan 2 Nyawa

  • www.nusabali.com-bencana-di-buleleng-telan-2-nyawa

Pasutri Abdur Rohman dan Aini, buruh proyek yang tertimbun longsor di Sukasada kemarin subuh, diketahui baru 8 bulan menikah

Ibu Hamil 5 Bulan Tewas Tertimbun Longsor, Satu Lagi Terseret Air Bah


SINGARAJA, NusaBali
Setelah bencana longsor-banjir maut di wilayah pegunungan Kecamatan Kintamani, Bangli yang tewaskan 13 orang, bencana maut serupa juga terjadi di kawasan Buleleng, Sabtu (11/2) sore hingga Minggu (12/2) subuh. Bencana di Buleleng ini mkenelan 2 korban nyawa, di mana seorang ibu hamil tewas tertimbun senderan longsor, sementara satunya lagi meregang nyawa akibat terseret air bah.

Bencana maut senderan longsor yang merenggut nyawa ibu haml 5 bulan ini terjadi di belakang Kampus Hotel dan Cruise Internasional (HI) di Lingkungan Bantang Banua, Kelurahan Sukasada, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Minggu subuh pukul 05.00 Wita. Korbannya adalah Aini, 25. Suami korban, Abdur Rohman, 30, juga mengalami patah tulang leher.

Sedangkan bencana banjir yang merenggut korban nyawa terjadi di Banjar Bhuana Kerti, Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Sabtu sore sekitar pukul 17.00 Wita. Korbannya adalah I Gusti Made Juliani, 31, ibu rumah tangga yang tewas terseret air bah saat membersihkan selokan di rumahnya.

Informasi yang dihimpun NusaBali, titik longsor maut di belakang Kampus HI Lingku-ngan Bantang Banua, Kelurahan Sukasada, Minggu subuh adalah senderan Pura Dalem Desa Pakraman Tista dan Pura Kawitan Pasek Gelgel Desa Pakraman Tista. Senderan dengan tinggi 7 meter ini longsor sepanjang 10 meter.

Material longsoran menimpa bedeng buruh bangunan yang sedang mengerjakan proyek di Kampus HI. Bedeng tersebut ditempati pasangan Abdur Rohman dan Aini, pasutri buruh proyek asal kawasan Curah Lele, Jember, Jawa Timur. Sang istri, Aini, yang tengah hamiul 5 bulan, tewas setelah dilarikan ke RSUD Buleleng. Sedangkan suaminya, Abdur Rohman, mengalami patah tulang leher hingga harus dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar.

Saat bencana maut terjadi, Minggu subuh pukul 05.00 Wita, korban Aini baru bangun tidur dan hendak ke kamar mandi sebelum menunaikan sholat subuh. Sementara suaminya, Abdur Rohman, masih tidur nyenyak. Tiba-tiba, senderan di atas bedeng longsor hingga menimbun pasutri buruh proyek ini.

Begitu terjadi longsor, penjaga Kampus HI bersama warga Lingkungan Bantang Banua langsung terjun ke lokasi TKP dan berusaha melakukan pertolongan terhadap korban. Menurut I Ketut Yasa, 43, salah satu saksi mata yang sedang berjaga sebagai Satpam sebuah Koperasi di Kelurahan Sukasada yang lokasi kantornya bersebelahan dengan Kampus HI, mengaku mendengara suara gemuruh. “Setelah saya cek, ternyata senderan longsor menimpa bedeng buruh proyek Kampus HI,” ungkap Ketut Yasa, Minggu kemarin.

Saksi lainnya, I Made Tubuh Sucita, warga yang tinggal di depan Kampus HI, juga mengatakan hal senada. Saat bencana senderan longsor terjadi kemarin subuh, Made Tubuh mengaku mendengar bunyi gemuruh yang semula disangkanya suara petir. Namun, ketika keluar rumah, Made Tubuh mendapati banyak orang berlarian ke Kampus HI.

“Ternyata, ada senderan longsor menimpa bedeng. Warga bersama para buruh proyek berusaha mengevakuasi korban pasangan suami istri yang tertimbun. Saminya ditemukan selamat dalam kondisi terluka dan tidak sadarkan diri di kamar tidur. Sedangkan istrinya ditemukan di posisi barat daya bedeng dalam keadaan telanjang bulat,” tutur saksi Made Tubuh.

Kedua korban yang pasutri buruh proyek ini langsung dilarikan ke RSUD Buleleng di Singaraja untuk mendapatkan penanganan. Saat dilarikan ke RSUD Buleleng, korban Aini---yang selama ini sering dilihat warga sekitar sebagai perawat kebun di Kampus HI---masih bernapas. Perempuan berusia 25 tahun yang hamil 5 bulan ini pun sempat dirawat di IRD RSUD Buleleng dengan diberikan bantuan kejut jantung. Namun, nyawanya tetap tidak terselamatkan.

Sebaliknya, sang suami yakni Abdur Rohman yang menderita patah tulang leher, langsung sadarkan diri setelah dirawat di IRD RSUD Buleleng. Namun, buruh proyek berusia 31 tahun ini shock berat dan menangis histeris begitu tahu istrinya meninggal. Bahkan, Abdur Rohman sempat meminta disuntik mati kepada petugas medis. Dia juga sempat menolak untuk dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar.

Dirut RSUD Buleleng, dr I Gede Wiartana, mengatakan korban Aini meninggal karena menderita trauma di kepala dan patah tulang leher. Kondisi serupa juga dialami suami korban, Abdur Rohman, yang patah tulang leher. “Yang wanita sudah meninggal dan tadi langsung dibawa ke rumah duka. Kalau suaminya sudah dirujuk ke RS Sanglah, karena kami di sini (RSUD Buleleng) tidak punya sumber daya. Penanganannya harus dokter spesialis bedah saraf," kata dr Wiartana.

Korban Abdur Rohman yang dirujuk dari RSUD Buleleng tiba di IGD RS Sanglah, Minggu sore sekitar pukul 17.30 wita. Korban longsor senderan ini pin sudah dipindah ke ruang bedah untuk mendapatkan penanganan tim medis.

Sepupu korban, Lia, mengatakan Abdur Rohman belum genap setahun menikah dengan Aini. Kini, korban harus kehilangan istri dan calon bayi pertamanya. "Mereka baru menikah sekitar 8 bulan yang lalu," tutur Lia ditemui NusaBali di depan IGD RS Sanglah, Minggu sore. Lia menyebutkan, jenazah Aini kemarin sudah dipulangkan ke kampung halamannya di Jember, Jawa Timur untuk dimakamkan.

Sementara, Kasubbag Humas Polres Buleleng, AKP I Nyoman Suartika, mengatakan pihaknya telah memeriksa tiga saksi yang tahu pasti bencana maut longsornya senderan di belakang Kampus HI, Lingkungan Banatang Banua, Kelurahan Sukasada ini. Mereka masing-maisng I Ketut Yasa, 43 (Satpam asal Banjar Pebantenan, Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada), Hanafi, 35 (buruh proyek asal Curah Lele, Jember, Jawa Timur yang juga kakak kandung dari korban Abdur Rohman), dan serta Ida Bagus Ari Surya Artha, 44 (warga Lingkungan Bantang Banua, Kelurahan Sukasada).

“Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, buat sementara disimpulkan musibah ini murni bencana. Sebab, senderan yang jebol usianya sudah cukup lama. Kemungkinan senderan tersebut tidak kuat menahan beban air hujan, sehingga  ambruk. Apalagi, hujan lebat terjadi sepanjang malam,” ungkap AKP Nyoman Suartika, Minggu kemarin.

Sebaliknya, pihak manajemen Kampus HI di Lingkungan Bantang Banua, Kelurahan Sukasada hingga kemarin petang masih enngan memberikan keterangan apa pun terkait bencana maut yang merenggut 2 buruh proyek. Bahkan, mereka melarang awal media men gambil gambar usai polisi memasang police line pagar Kampus HI tersebut. Bukan hanya itu, pihak kampus juga sempat melarang awak media menggambil gambar korban saat di RSUD Buleleng.

Sementara itu, bencana amuk air bah merenggut nyawa Gusti Made Juliani, warga yang tinggal di Banjar Bhuana Kerti, Desa Ularan, Kecamatan Seririt. Saat musibah maut terjadi, Sabtu sore pukul 17.00 Wita, ibu rumah tangga berusia 31 tahun ini berusaha membersihkan selokan yang tersumbat di rumahnya.

Tiba-tiba, muncul air bah menerjang IGM Juliani, hingga korban terpelesat jatuh. Karena air bah yang terlampau besar dan arusnya kuat, korban pun terseret sejauh 15 meter. Setelah dilakukan upaya pencarian dan evakuasi selama 30 menit, korban IGM Juliani akhirnya ditemukan nyangkut di gorong-gorong sekitar pukul 17.30 Wita. Saat ditemukan nyangkut di gorong-gorong selebar 40 cm dengan kedalaman 60 cm, korban sudah dalam kondisi meninggal.

Hingga Minggu kemarin, jenazah korban air bah ini masih disemayamkan di rumah duka, Banjar Bhuana Kerti, Desa Ularan, Kecamatan Serit, sembari menunggu dewasa ayu (hari baik) untuk penguburan. Pihak keluarga masih sangat terpukul atas musibah maut ini dan belum bersedia untuk dimintai keterangan. * k23,in

Komentar