nusabali

Bertumbangan, Dari 17 Peserta Hanya Bertahan 2 Orang

  • www.nusabali.com-bertumbangan-dari-17-peserta-hanya-bertahan-2-orang

Berhenti lima detik, peserta langsung didiskualifikasi. Awalnya panitia berniat menggelar lomba makendang 10 jam nonstop. 

Belasan Peserta Lomba Makendang Bermain 3 Jam Tanpa Henti 

SINGARAJA, NusaBali
Lomba makendang adalah hal lumrah. Namun lomba menabuh kendang yang diselenggarakan di Singaraja, Kabupaten Buleleng, ini baru pertama kalinya digelar di Bali, dan merupakan terobosan sebagai upaya melestarikan seni budaya lokal. Peserta lomba makendang wajib menabuh kendang dalam tempo tiga jam tanpa berhenti alias nonstop. Jika penabuh berhenti dalam jangka waktu maksimal lima detik, otomatis kena diskualifikasi.

Untuk menabuh kendang selama tiga jam nonstop diperlukan stamina luar biasa. Apalagi panitia lomba menerapkan aturan ketat. Apabila diketahui peserta berhenti menabuh kendang selama maksimal lima detik, akan langsung didiskualifikasi. Untuk memastikan peserta lomba tidak berbuat curang, satu peserta didampingi seorang panitia. 

Karena itu, dari 17 peserta lomba makendang yang digelar di Puri Seni Sasana Budaya, kompleks Puri Buleleng di Singaraja, Sabtu (5/12), satu demi satu bertumbangan karena staminanya drop. Hingga batas waktu tiga jam, hanya dua orang peserta yang bertahan.

“Ajang ini merupakan ajang yang pertama kali digelar di Bali. Setiap peserta dituntut untuk kuat-kuatan dalam menabuh kendang. Kalau ada yang berhenti lima detik saja, maka akan didiskualifikasi,” ujar Pembina Sanggar Santhi Budaya, sebagai penyelenggara, I Gusti Ngurah Eka Prasetya, Sabtu kemarin.

Belasan peserta tersebut tidak hanya berasal dari Buleleng, tetapi ada juga yang berasal dari Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. Awalnya, menurut Gus Eka, ide untuk menyelenggarakan lomba makendang terlama tersebut, direncanakan selama 10 jam nonstop. Tetapi untuk permulaan, hanya dilakukan selama tiga jam saja.

Dalam lomba makendang yang dilaksanakan serangkaian ulang tahun Sanggar Santhi Budaya, salah satu sanggar seni di Buleleng, masing-masing peserta didampingoi oleh satu orang panitia. Panitia yang mendampingi ini bertugas memantau kekuatan makendang dari masing-masing peserta. 
“Satu peserta didampingi satu panitia, jadi tidak bisa curang, siapa yang terkuat dan terlama dia yang keluar sebagai juara,” imbuhnya.

Pada saat lomba, peserta dibebaskan untuk memainkan ‘gending’, baik lelegongan, lelongoran maupun campuran. Selain itu, lomba makendang juga dicari juara favorit yang dinilai dari keindahan tabuh kendang yang dibawakan.

Selanjutnya...

Komentar